BAB 10

110 11 0
                                    

   Setelah selesai dengan semua rutinitas di pagi hari, Chaeri dan Noir mulai bepergian. Mereka memutuskan untuk berjalan kaki dan menikmati indahnya Pulau Jeju.

   Jeju adalah pulau terbesar di Korea Selatan, terletak di sebelah selatan semenanjung Korea. Pulau Jeju merupakan satu-satunya provinsi di Korea Selatan yang memiliki otonomi khusus, memiliki cuaca hangat sepanjang tahun dan pada musim dingin jarang turun salju, sehingga tanaman-tanaman subtropis dapat tumbuh disini.  

   Keduanya memutuskan menghabiskan bulan madu di sana, mencari suasana baru dan mencoba melepas penat dari urusan keluarga.

   Chaeri mengenakan mini dress berwarna hitam, pada bagian kaki ia memilih sepatu boots dengan warna senada. Chaeri juga menggerai rambut panjangnya, ia menggenggam tangan Noir.

   Pasangan pengantin baru itu terlihat begitu bahagia, mereka sesekali tertawa dan bercanda ringan di sepanjang jalan.

   Tetapi, ada beberapa pasang mata yang mencuri pandang. Wajah tampan Noir membuat beberapa wanita terhipnotis dan merasa tertarik. Mereka mulai memotret Noir dan Chaeri secara tersembunyi dan menyebarkan foto itu di media sosial.

   Selain para wanita, para pria juga mulai menatap Chaeri, mereka tertarik dan menganggap wanita itu seperti boneka hidup.

   "Chaeri …," panggil seorang wanita, ia melangkah cepat dan menatap tak percaya. "... Kau benar-benar Kim Chaeri. Apa kau melupakanku?" tanyanya kemudian.

   Chaeri mengerutkan keningnya, ia menggenggam tangan Noir erat dan memeluk tangan pria itu. Entah mengapa ia merasa wanita itu bukan berniat baik padanya.

   "Maaf, Nona. Sepertinya istriku tidak mengenalmu," ujar Noir. Ia menggunakan bahasa Korea yang fasih, ia mengerti banyak bahasa dan itu mempermudahnya.

   Wanita itu terlihat agak kecewa, ia kemudian tersenyum. "Aku cucu Wakil Presiden saat ayahmu menjabat. Han Ji Eun, apa kau masih belum mengingatku?" tanya wanita itu lagi.

   Chaeri mengeratkan pelukannya di tangan Noir, ia benar-benar lupa akan wanita itu. Chaeri menatap Noir, memelas kepada suaminya.

   Noir yang merasa istrinya begitu aneh hanya mengulurkan tangan dan membelai rambut Chaeri. Tak lupa ia tersenyum, menenangkan istri cantiknya itu.

   Wanita itu memeriksa tasnya, ia memberikan selembar foto kepada Noir. "Ibuku dulu berteman dekat dengan istrimu, mereka juga masih mempunyai hubungan keluarga."

   Noir meraih foto yang wanita itu berikan, ia menatap istrinya dan memperlihatkan foto tersebut. "Apa kau masih lupa?" tanya Noir.

   "Iya. Aku lupa," sahut Chaeri.

   "Baiklah, jangan memaksakan ingatanmu." Noir tersenyum, ia kemudian memberikan foto itu kepada wanita asing tadi. 

   "Dulu aku memanggilnya Bibi, tetapi Chaeri memintaku memanggilnya dengan nama." Wanita itu meraih foto yang Noir berikan, ia kembali menyimpan foto itu di dalam tas.

   "Nona, maafkan istriku. Dia mengalami kecelakaan beberapa tahun lalu, dan sebagian ingatannya hilang."

   "Ah … jadi begitu. Pantas saja dia tak mengingatku," ujar wanita itu sambil mengangguk.

   Noir tersenyum lagi.

   "Bagaimana jika kita bertemu keluargaku. Kakek pasti sangat merindukan Chaeri. Ibu juga pasti ingin sekali bertukar cerita dengannya."

   Noir melirik istrinya, ia bingung harus melakukan apa.

   "Ada apa?" tanya Chaeri.

   "Sayang, bagaimana jika kita menemui teman lamamu?" tanya Noir.

CARIAD UNFFORDD [Slow Update]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora