"Ma, udahlah. Jangan gitu kenapa? Aku udah dewasa."

Janu menepiskan tangan sang mama saat kembali mengusap mulutnya dengan tissue.

"Itu bibir kamu kotor. Biar mama bersihin. Nanti hilang kegantengan anak mama. Batal deh dapet mantu."

"Entar juga ada masanya."

"Kapan? Udah lama Mama nunggu. Kamu jangan PHP, dong. Gak baik loh ngasih harapan palsu ke orang. Apalagi sama Mama sendiri," sungut wanita paruh baya itu sembari makan.

"Entar tahun depan," jawab Janu santai.

"Itu kata-kata kamu dari lima tahun yang lalu. Mama bosen dengernya. Paling gak, bawain satu cewek ke rumah ini. Biar kita agak legaan dikit. Jadinya gak berprasangka, kamu normal apa gak."

"Aku normal, lah. Mama ini mikir apaan, sih. Gak usah dengerin kata orang. Percaya aja sama anaknya," bantah Janu kesal.

"Kalau gitu, buktiin. Mama malu tiap arisan suka ditanyain sama ibu-ibu yang lain."

"Memangnya mereka bilang apa?"

"Janu kapan nikahnya, Jeng? Kok masih betah sendirian aja. Si ini lagi hamil. Si anu cucunya udah dua." Sarah menirukan ocehan teman-temannya.

Janu tergelak mendengar cerita mamanya. Kebiasaan ibu-ibu kalau berkumpul biasanya suka bergosip.

Berhubung Sarah hanya punya satu anak yang tampan nan mapan tetapi belum sold out juga. Jadinya wanita itu merasa resah. Apalagi selama ini Janu belum pernah mengenalkan siapa pun sebagai kekasih. Kekhawatirannya semakin bertambah.

"Gak usah dipikirin. Aku normal. Biar aja orang mau ngomong apa. Masa' Mama gak percaya sama anak sendiri," katanya mencoba menenangkan.

"Kalau memang kamu normal, bawa cewek ke sini. Paling gak, posting foto sama cewek gitu. Nanti mama bisa pamer di IGe. Calon menantu eike yang cakep dan cantik jelita."

"Buat apa?"

"Biar ada bukti. Jadi mereka gak usah ngomong macem-macem lagi," jelas Sarah panjang lebar.

"Kalau mama sebel, mereka makin seneng. Lagian ngapain mama temenan sama orang kayak gitu. Gak ada faedahnya juga," saran Janu.

"Kalau Mama gak nongkrong nanti dibilang gak gaul. Masa ibu pejabat kuper. Kasian dong suaminya pejabat terkenal. Gak cucok."

Janu menunduk dan kembali makan. Jika semua wanita setelah menikah menjadi cerewet seperti mamanya, apa dia akan sanggup menjalani rumah tangga. Mungkin lebih baik dia tidak usah menikah aja. Jadi hidup bisa lebih tenang, tanpa perlu mendengarkan ocehan yang tidak penting setiap harinya.

Eh, tapi jangan. Nanti Janu bisa dituduh macam-macam. Dia masih normal. Hanya belum bertemu dengan wanita yang cocok di hati. Laki-laki itu juga malas menjalin hubungan semu, hanya untuk membantah tuduhan orang lain.

"Ada apa, nih? Berisik pagi-pagi."

Percakapan mereka terhenti saat melihat seorang lelaki paruh baya datang dan ikut bergabung di meja makan. Anton, papanya Janu yang berusia enam puluh lima tahun, tetapi masih terlihat gagah.

Hello Dr. JackDonde viven las historias. Descúbrelo ahora