35. It happens, again!

2.4K 356 29
                                    

Enjoy kuy.


"Jika kau malu menjadi kekasihku, lebih baik kita sampai disini saja Jen!" Jisoo segera beranjak menuju kamarnya.

"Andwae Jisoo, andwae!" Jennie berlari mengejar Jisoo. Ia berhasil menggapai lengan Jisoo. Tapi Jisoo segera menepisnya dan menutup kuat pintu kamar.

"AHH!" Jennie memekik kesakitan karena pergelangan tangannya terjepit pintu.

Jisoo kembali menoleh, tapi hanya sebentar. Kemudian ia menutup pintu kamar dan menguncinya.

"Hiks,Ji maafkan aku." Jennie tidak memperdulikan pergelangan tangannya yang berdenyut-denyut.

"Jisoo, dengarkan aku dulu." Tetap saja Jisoo tidak menyauti. Jennie menyerah, akhirnya ia menuju kamar sebelah dan menangis disana.

Sebenarnya Jisoo berada di balik pintu. Ia juga menangis sama seperti Jennie. Hatinya sangat sakit mengingat Jennie tidak mengakui dirinya.

Jisoo sebenarnya ingin keluar dan melihat tangan Jennie yang terjepit pintu tadi, tapi egonya menahan ia melakukan itu. Dirinya luruh di pintu, ia terduduk dan menangis dalam diam.

Sedangkan Jennie sekarang, ia memegangi perutnya karena merasa kelaparan. Jennie menyesal kenapa tadi tidak ikut makan bersama mereka, ia bodoh karena terus memandangi wajah Jisoo. Berjalan ke dapur pun percuma, tidak ada apa-apa disana karena Jisoo belum belanja kebutuhan dapur. Energinya seakan terkuras habis karena daritadi menangis, apalagi sekarang ada janin di perutnya. Bicara pada Jisoo pun percuma. Jennie ingin sekali minta bantuan pada Rose, tapi ia terlalu sungkan karena Rose juga dari sini. Jadi ia memaksakan dirinya untuk tidur agar tidak merasakan laparnya.

Sudah dua jam Jisoo duduk di lantai dan menyandar di pintu. Jisoo masih berpikir apakah keputusan yang ia ambil benar? Bahkan Jisoo pernah mengatakan dirinya hancur tanpa Jennie. Lantas apa yang telah ia katakan pada Jennie tadi? Jisoo benar-benar bodoh.

"Huek!" Jennie terbangun dari tidurnya karena perutnya mual. Ia segera berlari ke kamar mandi.

"Huek! Huek!"

Jisoo mendengar suara itu, tangannya juga sudah memegang gagang pintu. Tapi ia hanya berdiri mematung. Jisoo masih bergulat dengan hatinya. hatinya ingin menghampiri Jennie, tapi tubuhnya menolak.

Setelah tidak terdengar Jennie muntah-muntah, ia keluar kamar. Niatnya ingin pipis dan mengecek keadaan Jennie. Tapi betapa terkejutnya Jisoo melihat Jennie tergeletak di depan kamar mandi.

"Jen, bangun Jen!" Jisoo menepuk pipi Jennie.

"Jen!" Tidak ada respon dari Jennie.

Akhirnya ia menggendong Jennie ke kamarnya. Jisoo segera menghubungi Dokter Song.

"Yeobseo Dokter!"

"Em? Wae? Kenapa suaramu terdengar seperti mengkhawatirkan sesuatu?"

"Cepat kesini! Jennie pingsan!"

"Kenapa bisa pingsan?"

"Cepat kesini! Nanti kujelaskan."

"Iya-iya, aku segera kesana."

Jisoo mengakhiri panggilannya. Ia mengambil kursi dan duduk di sebelah ranjang. Jisoo memperhatikan wajah Jennie yang sedikit pucat. Ia semakin merasa bersalah karena pergelangan tangan Jennie yang membiru. Jisoo memegangi tangan Jennie dan menaruhnya di pipinya. Ia menangis lagi dan mencium tangan Jennie.

"Hiks mianhe, Jennie-ah."

"Maaf, maaf aku egois. Hiks bangunlah, Jen!"

Jisoo bangkit dari duduknya, ia membungkukkan badannya untuk mencium bibir Jennie. Air matanya mengalir membasahi pipi Jennie. Ia duduk lagi dan mengelus pipi Jennie yang basah karena air matanya.

The Truth Untold (Jensoo) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang