4

13.9K 449 5
                                    

Raden Arya pergi selepas pertengkaran dengan juragan istri. Sudah lebih dari dua puluh empat jam lelaki itu menghilang tanpa kabar. Penghuni rumah resah sebab tak pernah sang putra berbuat begini rupa. Menurut pelayan senior di sini, lelaki itu amat penurut pada orang tua. Sungguh, berbanding terbalik dengan perilakunya saat ini.

Siang ini Ibu mertua mondar-mandir di beranda samping kanan bangunan utama. Tempat itu hanya berjarak lima puluh meter dari ruangan khususku. Dari jendela kamar dapat kulihat jelas tangannya dihentak-hentak. Mulut tentu tak henti bicara. Sesekali berteriak memanggil nama suamiku.

Sementara aku, menghabiskan waktu di bangunan yang berada di antara rumah utama dan hunian pembantu. Tempat yang dulunya diperuntukkan bagi tamu, kini berubah fungsi menjadi kediamanku dan ibu. Duduk menyendiri di bangku kayu mahoni. Letaknya di beranda depan kamarku.

Netra ini tak rela melepaskan pandangan dari pohon-pohon perdu. Ada ketenangan menelusup melihat kumpulan dedaunan hijau sebatas pinggang orang dewasa. Di antaranya dihiasi bunga warna-warni. Sesekali kupu-kupu berebut menyapa putik yang siap dibuahi.

Tak ada yang bisa kuperbuat selain ini. Sejak resmi menjadi istri kedua Den Arya terlarang mengerjakan seluruh pekerjaan rumah. Jadi, berdiam menanti sapaan takdir. Menunggunya menghampiri. Jika ia kembali, kembali saja. Jika tidak, tak ada masalah. Ada dan tiadanya Den Arya tak berarti apa-apa.

Aku, Anjani belajar dari pertengkaran kemarin. Dinding hati ini harus disemen agar tak mudah rapuh. Sepertinya kehidupan ke depan akan lebih menyakitkan.

Ingatlah, tak boleh punya rasa apalagi cinta. Kamu itu mesin, mesin pencetak anak. Anggap saja kamu bukan manusia. Selesai urusan. Hidup akan lebih tenang meski mereka menancapkan belati hingga ke ujung hati.

*

Dari balik jendela, netra ini mengawasi sang surya. Sorotnya meredup seiring hari yang telah beranjak tua. Tak ingin sedikitpun melepaskan tatapan pada angkasa yang langitnya telah menjingga.

Betapa luasnya jagat raya. Andai bisa ke sana, aku akan mengerahkan daya upaya untuk menari di antara barisan awan. Alangkah senangnya Beban yang menghimpit pastilah hilang. Jika pelangi datang, kaki ini akan menyusurinya bersama pada bidadari.

Tawaku pecah perlahan. Kutertawakan kekonyolan ini saat tersadar bahwa itu ilusi. Kembalilah ke dunia nyata, Anjani. Jangankan angkasa, untuk keluar rumah saja ada prosedur berlapis yang harus dilewati. Rumah ini serupa tirani yang mengurung seluruh penghuni.

Satu, dua ketukan membuatku mengalihkan diri dari hayalan ini. Aku tahu itu ibu yang melakukan. Meski enggan, kaki ini turun juga dari ranjang yang tingginya hanya sebatas lutut lelaki dewasa.

“Den Arya pulang,” terang ibu setelah beliau menutup pintunya kembali. Mataku terbuka lebar mendengar berita yang tak disangka.

Wanita itu menuntunku untuk duduk di tepi ranjang, lalu bicara, “Kalau dia menemuimu jangan muram. Sambut dengan senyum. Bagaimanapun juga dia suamimu.”

Kuanggukkan kepala perlahan. Meski kehidupan kami tak selayaknya suami istri, aku tetap akan melaksanakan kewajiban.

“Ayo bersihkan diri dan berhias sebaik mungkin. Pakai baju yang diberi juragan.”

Kuturuti semua titahnya. Aku melakukan hanya untuk sebuah kewajiban sebab tak ada alasan selain itu. Hanya saja, di hati ini terlalu banyak keraguan bahwa dia akan bertandang ke kamar ini.

Satu jam, dua jam belum pupus harapan. Aku menunggu dan terus menunggu. Tak mungkin juga tanpa perintah juragan, aku menjejak rumah utama. Rumah tiga lantai yang lantainya dapat dipakai bercermin. Terlalu lancang seorang Anjani masuk tanpa permisi. Namun, kala azan magrib berkumandang, rajutan asa itu terurai.

Lagi, satu tetes air jatuh dari sudut mataku. Kuelus dada ini untuk meredakan denyut-denyut yang menyiksa kitaran hati. Mengapa juga harus menyelipkan ilusi bahwa ia akan datang menemui.

Den Arya memang suamiku. Namun, bukan lelaki yang meletakkan hidupnya di hatiku. Lagipula pernikahan ini hanya keterpaksaan. Hanya untuk tujuan mengadakan keturunan.

*

Novel SENTUHAN SATU MALAM ready stok

Rp 99 000

PEMESANAN
https://wa.me/6281261934594

SENTUHAN SATU MALAMHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin