CHAPTER 1: BAD DAY

223 25 1
                                    

"Mungkin, uang 25 juta belum seberapa buat lo. Tapi, bagi orang-orang yang membutuhkan dan serba kekurangan uang dengan nominal segitu udah lebih dari cukup."
~Zaka

~•~•~

Cklekkk...

Alfa berjalan masuk ke dalam rumah yang memiliki interior megah dan elegan. Suara derap langkah kakinya terdengar menggema di seluruh penjuru ruangan. Namun, tidak ada satu orang pun yang menyambut kepulangannya selain para asisten rumah tangga. Suasana di dalam rumah tampak sepi seperti biasanya. Hal itu terjadi karena kedua orangtuanya tengah mengurus perusahaan yang berada di luar negeri. Mereka berdua akan pulang ke rumah hanya dalam kurun waktu tiga bulan sekali. Selain itu, mereka diberi waktu cuti selama beberapa hari saja. Miris sekali, bukan?

Di rumah sebesar ini, Alfa tinggal bersama lima orang asisten rumah tangga dan satu orang satpam. Lelaki tampan itu tidak memiliki saudara kandung karena ia adalah anak tunggal. Tapi, ia juga manusia normal yang membutuhkan kasih sayang dari sosok orangtua.

Alfa menaiki satu-persatu undakan anak tangga yang mengarah langsung menuju kamar tidurnya. Iris keabuannya terbelalak lebar tatkala melihat tiga makhluk asing yang kedatangannya tak diundang tengah bersantai di dalam kamar. Sejenak perhatiannya teralihkan pada bungkus makanan dan minuman yang terlihat berserakan di atas lantai. Ditambah adanya gundukan kulit kacang dan kuaci yang diletakkan menjadi satu di sudut kamar. Belum lagi, kaleng bekas minuman yang tampak teronggok lemah. Meninggalkan sedikit cairan yang mengenai lantai sehingga mampu membuat seseorang jijik saat melihatnya.

Alfa segera mengambil bantal sofa, lalu melemparnya ke arah tiga sahabatnya yang minim akhlak.

''Argh, sakit!'' Zaka menjerit histeris seraya mengusap pelan keningnya.

''Kening gue yang mulus,'' ringis Vero sambil menyandarkan tubuhnya ke belakang. Cemilan kacang telur yang tadi berada di genggaman tangannya, kini tergeletak tak berdaya di atas ubin lantai berwarna putih gading. Semakin menambah kesan berantakan pada kamar Alfa. Tempat ini sudah pantas untuk dijadikan sarang tikus.

Sementara itu, Jacky melemparkan tatapan sinis ke arah Alfa.

Menyadari ada seseorang yang tengah menatapnya, Alfa mengangkat sebelah alisnya tanpa rasa bersalah.

''Apa?'' tanya Alfa datar. Sedatar pakaian yang baru disetrika.

''Lo kenapa, sih? PMS?'' tanya Jacky lugas. Alfa mengendikkan bahunya acuh. Malas menjawab pertanyaan dari pemuda blasteran Indonesia Cina itu.

Alfa menepikan tubuhnya di sisi dinding. Melipat kedua tangannya di depan dada sambil menatap tajam pada sahabatnya. Entah kenapa, hari ini mood-nya sedang tidak baik.

Kelopak matanya terpejam sembari mendinginkan pikirannya yang sedari tadi terus memanas. Berharap waktu segera cepat berlalu agar ia tidak berpijak pada fase yang terasa sangat membosankan seperti ini.

"Gue masih cowok normal," jawab Alfa dingin.

"Terus lo kenapa? Jelek banget mukanya. Seakan lo nggak punya semangat hidup," ucap Jacky. Sedangkan, Vero dan Zaka sibuk memberi sumpah serapah pada Alfa tanpa memperdulikan ucapan yang dilontarkan Jacky.

Alfa menghela napas kasar sebelum meluruskan pandangannya ke arah Jacky. "Gue kalah."

"Kalah apa?" Jacky mengerutkan keningnya, bingung.

"Apa? Lo kalah? Beneran?" Vero memelototkan kedua bola matanya setelah mendengar ucapan dari Alfa. Buru-buru ia melangkah menghampiri Alfa dan menatapnya dengan penuh tanda tanya.

Alfanzo (Love is a Choice) Where stories live. Discover now