Tigapuluh Delapan💍

6.6K 282 38
                                    

HAPPY REDING



Warning!! Banyak typooooo~


Author pov on

Pintu itu terbuka cukup kencang dengan sang pelaku yang terengah-engah di ambang pintu. Menatap tubuh seorang gadis yang sedang berbaring membelakangi pintu dengan tatapan sendu. Perasaan bersalah itu kembali lagi menghampirinya, seakan akan tak mengizinkan untuk dia melupakanya barang sejenak.

Junmyeon menutup pintu dan melangkah perlahan dengan nafas yang mulai teratur. Ya- dia langsung kembali setelah mendapat kabar bahwa dia- gadisnya sudah pulang kerumah.

Ahh..apakah masih pantas disebut rumah?

Pria jangkung itu menghela nafas, duduk di tepi ranjang dan menunduk. Tak berani walau hanya sekedar mendatangi dan melihat wajah sang pujaan hatinya. Memikirkan apa saja yang dapat dia katakan agar tidak memperkeruh keadaan.

Ya, Junmyeon memang awalnya tak menginginkan pernikahan ini, tak menginginkan gadis yang sekarang berbaring di belakang tubuhnya- karena duduknya yang membelakangi Amel.

Tapi, bukan salahnya jika dia tiba tiba mencintainya di pertengahan saat menjalankan rencananya bukan? Dia mengakui jika dirinya telah jatuh dalam pesona gadis itu yang memang lembut dan polos- tanpa ada unsur kesengajaan atau apapun itu yang bertujuan untuk mendapatkan gelar menantu di keluarganya.

Baiklah-baiklah, penyesalan memang datang di akhir, jika datang di awal maka itu bukan penyesalan- oke lupakan.

Dia membuka sepatunya- dirinya bahkan masih memakai pakaian lengkap yang dikenakan di pesta tadi, tentunya setelah mengusir semua tamu; termasuk Irene, dia langsung keluar mencari Amel dengan pikiran yang kacau. Tak mungkin ia memiliki waktu untuk sekedar mengganti pakaianya saat istrinya kabur entah kemana.

Untuk saat ini, dia akan membersihkan dirinya terlebih dahulu, dia masih mengucap syukur karna istri manisnya ini tetap pulang ke rumah walau mungkin dengan kemarahan yang bahkan tak dia tunjukan; dengan cara menghancurkan kamar mereka atau bahkan mengamuk dengan seluruh anggota kelurganya.

Junmyeon tersenyum tipis, dia tau jika Amel marah, bahkan sangat marah. Dia bisa saja mengamuk dan membentak dirinya saat dipesta tadi dan menanyakan apa maksud semua itu. Tapi lihat, dia bahkan memilih pergi setelah menatap Junmyeon penuh luka dan tak menamparnya sama sekali.

Tapi gadis itu sepertinya masih memikirkan untuk menghormati dirinya dan keluarganya- iya, Amel sebaik itu sampai sampai Junmyeon merasa tak pantas bersanding dengannya. Dia tau jika dirinya memang pria yang brengsek, bahkan jika ada kata yang lebih buruk dari itu maka itulah dirinya.

Menghela nafas lagi, menatap punggung Amel saja sudah membuat nya sesak. Rasa bersalah benar-benar seperti sebuah bom berisi racun yang meledak dan menyebar kemana-mana. Semenyesal itu dirinya saat ini.

Dengan seluruh perasaan itu dia menyeret kakinya menuju kamar mandi, setidaknya dia merasa segar dulu sebelum menyelesaikan masalahnya dengan sang istri tercinta dan berdoa jika rumah tangganya masih bisa dipertahankan mengingat betapa terlukanya gadis itu akibat rencanya bodohnya.

●●●



Junmyeon selesai dengan urusanya, sekarang ia sedang berlutut di depan wajah sang istri yang sedang berbaring di atas ranjang dan menggunakan kedua tangannya yang disatukan menjadi bantalan kepala dengan posisi meringkuk seperti bayi menghadap samping- tepatnya ke arah Junmyeon. Mereka saling berhadapan, namun hanya Junmyeon yang benar benar menatap sedangkan Amel memandang lurus kedepan dengan tatapan kosong serta air mata yang terus keluar.

Melihat itu Junmyeon menghapus bekas air mata di pipi Amel, walaupun itu percuma karna banyaknya air mata yang keluar- lagi dan lagi. Hatinya sakit melihat itu, hatinya hancur saat mengingat dirinyalah yang membuat perempuan dihadapanya ini terluka. Menyesal.

"Amel.." panggilan lirih itu keluar dari bibir Junmyeon, dan sedetik kemudian Amel memejamkan kedua matanya debarengi dengan air mata yang keluar disaat yang bersamaan.

"Amel...bisa aku menjelaskanya? Menjelaskan semuanya? Sekarang?" Junmyeon mencoba bertanya dengan lembut, berharap sang istri mau mendengarkan penjelasan dan memaafkannya.

Namun yang didapat Junmyeon hanyalah kebungkaman sang istri, Amel bahkan semakin terisak, terlihat dari matanya yang semakin tertutup rapat dan bibirnya yang mencoba menahan isakan yang keluar. Itu tentu saja membuat hati Junmyeon semakin ngilu. Junmyeon langsung berbaring di belakang Amel, memeluknya dari belakang, mengungkung tubuh amel menggunakan kaki kirinya agar tubuh mereka semakin melekat, dan Junmyeon juga meletakan kepalanya di atas kepala Amel yang menyamping; sehingga pipi mereka berdua saling menempel. Mencoba menenangkan- itu yang dilakukan Junmyeon.

"Maafkan aku...maafkan aku sayang...sungguh aku tidak bermaksut menyakitimu.." lirih Junmyeon sambil mengecup berkali kali pipi Amel.

"Lalu mengapa?" Amel mencoba mengeluarkan suaranya di tengah isakan yang menyayat hati sang suami.

Junmyeon diam, mencoba mencari kata kata yang tepat agar tidak memperburuk keadaan.

"Aku akan menceritakanya saat kamu sudah tenang sayang... uljima~ kau menyakitiku dengan tangisanmu," suara Junmyeon terdengar sendu, memperlihatkan bahwa apa yang dikatakanya itu memang benar adanya.

"Kau lebih menyakitiku Junmyeon.."

"Aku tahu...maafkan aku.." Junmyeon menyembunyikan wajahnya diceruk leher Amel, mencoba untuk tidak menangis mendengar perkataan Amel yang menusuk ulu hatinya- meskipun itu benar adanya.

Amel menutup matanya, mencoba untuk tidak berteriak- mengatakan bagaimana sakitnya hati yang tadinya sudah mulai membuka untuk sosok pria yang tengah memeluknya.

"Sekarang apa? Kekasihmu sudah datang, kau mau... berpisah?" Ada jeda saat Amel mengatakan kata pisah, percayalah bahwa apa yang dia katakan menyakiti dirinya sendiri dan Junmyeon- tanpa dia tau.

"Kumohon...diam...jangan katakan lagi Amel.." Amel merasakan pelukan Junmyeon semakin erat. Dia membuka matanya, menatap lurus kedepan. Air matanya sudah kering, ia lelah menangis, ia muak dengan semua keadaan ini. Sangat muak!

"Kita harus menyelesaikanya Junmyeon, kau tahu apa yang sangat aku benci dan kau melakukanya, kau tahu itu," Senyuman miris keluar dari bibir tipis Amel, sepertinya ia benar benar ingin mengakhiri semua drama yang dibuat suaminya.

"Tidak. Tidak sekarang. Aku sudah katakan padamu sayang, jika aku akan menjelaskanya saat kau sudah tenang heumm...aku akan menjelaskanya besok, aku janji. Dan setelah itu..." Junmyeon menjeda perkataanya, mencoba mencari kekuatan dengan mengecup pipi Amel dan menempelkanya lagi kedua pipi mereka seperti posisinya tadi  "Semua keputusan ada padamu sayang..." Disaat yang bersamaan dengan lirihan Junmyeon, Amel menutup matanya. Entah, dirinya lebih sakit mendengar lirihan Junmyeon yang terdengar putus asa.










TBC



Back nih aku back:<




Jangan hujat Akuuuu~ >///<

My husband is like a CHILDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang