5: Gara-gara Bekal

359 49 35
                                    

Alohaloooo... ii kambek lagi setelah berjam-jam purnama 😅😅😅

Oke deh jangan lupa...

VOTE
AND
COMMENT

🍷HAPPYREADINGGENGS🍷

🔥Semua yang dipaksakan hanya akan berakhir luka dan kecewa🔥

__♡♡♡_____

Setelah insiden teriakan Vania yang menyedot seluruh perhatian penghuni kantin, kini gadis yang suaranya bak toa Mesjid itu bersama teman-temannya tengah menunggu pesanan mereka datang. Giovany dan Mutya sempat mengomel pada Vania yang tadi teriak-teriak, sedangkan si tengsangka hanya cengengesan.

"Eh... Nia ke toilet dulu ya..." kata Vania langsung melesat menuju toilet tanpa menunggu tanggapan teman-temannya. Sebenarnya Vania bukan benar-benar ingin ke toilet, tapi hanya modus saja supaya bisa jalan melewati Dino yang kebetulan duduk di jalan menuju pintu samping.

"Pagi Pak..." sapa Vania sambil melambaikan tangan dan tersenyum manis pada Dino.

Makhluk yang disapa tidak terusik sedikitpun, dia tetap anteng dengan hpnya. Bukan karena Dino tidak tahu atau budeg, tapi dia tengah memerankan keduanya. Dosen bermulut pedas itu sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan pernah sedikitpun peduli dan terusik dengan apa yang dilakukan mahasiswi gendeng yang mengejar-ngejarnya itu. Sejak mengetahui eksitensi Vania yang sedang berada di radius kurang dari 15 meter di dekatnya, Dino memang sudah membuat ancang-acang.

"Pak... hallo... hallo... Pak..." Vania melambaikan tangan di depan Dino. Otomatis si empu yang dipanggil-panggil pun langsung menatap Vania dengan tatapan tajamnya yang mampu membelah laut menjadi dua. Padahal dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk mengabaikan makhluk jadi-jadian yang kini berdiri dihadapannya ini.

Bukan Vania namanya jika merasa takut atau malu telah mengganggu ketenangan dan ketentraman dosennya yang satu ini. Maka, daripada menciut Vania lebih memilih mengumbar senyum dengan harapan yang sama 'semoga hati Pak Ayang luluh'.

"Aaah... akhirnya Bapak mandangin Nia juga." kata Vania dengan pedenya, sedang Dino hanya mendengus sebal.

Memandangi dia bilang? Mata dan otaknya benar-benar sudah tidak tertolong lagi.

Dua kali ujian yang sama datang bertubi-tubi seperti sinetron. Dino harus memelihara sabar lebih banyak lagi.

"Bapak ngapain di sini?" tanya Vania,"Bekal dari Nianya udah dimakan? Gimana enak kan?"

Mungkin telinga Dino tertutup tanah liat makanya tidak ada satu pertanyaan Vania pun yang Dino jawab. Laki-laki itu memilih mengabaikan Vania dengan kembali menyibukkan diri mengutak-atik hpnya.

"Pak, enak gak?" Vania kembali bertanya dengan nada yang lebih tinggi. Dia tidak menyerah untuk mendapat jawaban Dino. Hal itu jelas memancing perhatian dari orang-orang sekitar. Kini sudah banyak pasang mata yang menonton mereka. Tidak terkecuali orang-orang yang duduk saling berhadapan di meja ujung yang tak lain dan tak bukan adalah teman-teman Vania. Mereka semua hampir menunjukkan ekpresi yang sama, mendesah lelah dan rasanya ingin menenggelamkan diri di samudera Hindia.

"Pasti enak kan? Nia gitu loh pasti bisa membuat bapak merem melek menikmatinya." lanjut Vania seraya mengusap ujung hidung bangirnya dengan ibu jarinya. Gadis itu tersenyum bangga.

Tanpa sadar perkataannya barusan menimbulkan tanda tanya besar di benak orang-orang yang tidak tahu duduk permasalahannya. Mereka mulai berbisik-bisik untuk berspekulasi ini itu.

Jatuh Cinta Itu...🍎 [New VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang