2 : Pak Ayang Tersayang

894 85 83
                                    

Alohaloo... ii kambek. Jangan lupa tinggalin jejak ya teman-teman 😊😊😊🍎🍎🍎 Dan selamat ikut reunian bareng Pak Dino, Anna, dan Pak Bagas.

¤♡¤Happy Reading Gengs¤♡¤

Jam pertama baru saja selesai. Vania, Fian, Reyvan, Giovany, dan Mutya berjalan beriringan menuju kantin. Ketiga gadis di kelompok itu asik membicarakan menu makan siang mereka, sedang Fian dan Reyvan asik membicarakan masalah laki-laki. Ya laki-laki semacam ya begitulah. Dan tidak diragukan lagi Reyvanlah yang memulai semua ini. Fian sendiri tercuci otak sucinya gara-gara lama bergaul dengan Reyvan.

Ketika sedang asik berbincang Vania baru ingat jika dompetnya tertinggal di keropak motor Fian. Sebenarnya dompet itu tidak ada uangnya karena uang Vania ada di tas. Anak itu memang punya kebiasaan menyimpan uang di tas padahal di sana juga ada dompet. Tapi karena ada Ktp, ktm, dan kartu-kartu lainnya dia pun takut dompetnya hilang. Vania pun izin untuk ke parkiran dulu. Giovany dan Mutya menawarkan diri untuk mengantar, tapi Vania tidak mau merepotkan sahabatnya itu. Dia pun buru-buru balik haluan.

"Alhamdulillah, untung ada." ucap Vania seraya memasukkan dompet itu ke dalam tasnya. Setelah itu dia pun buru-buru menuju kantin.

Begitu keluar dari area parkir, matanya menangkap sosok yang mirip seperti tantenya. Vania pun mendekat untuk memastikan dan senyumnya mengembang begitu melihat perempuan yang mirip tantenya itu dengan jarak yang cukup dekat.

"Ate..." suara Vania yang bak toa itu menggelegar. Membuat bukan hanya seseorang yang Vania tuju yang menoleh padanya, tapi mahasiswa lain yang berada di sekitarnya pun ikut menoleh.

Anna, perempuan yang merasa terpanggil oleh sebuah suara yang familiar di telinganya itu menoleh ke belakang dan mendapati Vania tengah berlari menghampirinya. Ternyata benar dugaannya, yang tadi memanggilnya 'Ate' adalah keponakannya. Anna pun berdiam diri untuk menunggu Vania sampai.

"Ate kok ada di sini? Ngapain?" tanya Vania begitu sampai di depan Anna.

"Mau ngasihin berkas ini ke om kamu, tadi dia lupa bawa terus minta Ate anterin." jawab Anna sambil menggoyangkan paper bag bergambar kucing yang dibawanya.

"Oh... nganterinnya ke mana, Ate? Ruang dosen?" tanya Vania dengan penuh semangat.

Anna menyerngit, mencium bau-bau mencurigakan dari keponakannya ini. Senyum keponakan pun di depannya ini terlalu lebar.

"Iya."

"Waaaaah... Nia anterian ya Ate." kata Vania dengan senyum yang kini berubah jadi cengiran.

Sudah Anna duga, Keponakannya ini pasti ingin ikut.

"Takut Ate kesasar gitu." tambahnya, membuat Anna mendengkus geli.

Apa katanya barusan? Kesasar? Huh, Anna sih sudah hatam pelosok kampus ini karena dulu sering kabur-kaburan jika melihat seseorang. Dia butuh tempat persembunyian untuk menatap orang itu dari jauh. Eh... kok Anna malah mengenang masa lalu sih? Aduh jika suami tutup pancinya itu tahu bisa ngamuk dia.

"Mana mungkin Ate kesasar, Ate kan baru lulus taun kemarin." kata Anna dengan gemas.

"Ih Ate... ya siapa tahu aja gitu atau ya nemenin ngobrol gitu biar Ate gak ngomong sama senyum-senyum sendiri kaya di rumah." balas Vania dengan entengnya.

Anna langsung melotot saat itu juga. Keponakannya ini memang menyebalkan dimanapun dan kapanpun dia berada. Kalau sudah bertemu anak ini hawanya ingin mencekik saja. Heran, kenapa Amalia adik bungsunya bisa lengket sekali dengan keponakannya ini. Padahal Fian adik pertamanya saja yang terkenal cuek itu terkadang sampai naik darah menghadapi keponakannya ini.

Jatuh Cinta Itu...🍎 [New VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang