| blue moon

115 31 4
                                    

Seketika alisku saling bertautan. Apa hubungannya gasing itu dengan nasibku? Apa ini sebuah lelucon baru Jiu unnie belaka?

"Kalau tidak percaya, kita putar lagi" Jiu kembali memutar gasing kecil itu yang kini dimataku terlihat aneh.

Pangkal atas gasing tersebut kembali berputar diatas meja kami. Membuatnya sedikit mengeluarkan bunyi gemerutuk.

Sama saja seperti tadi, jatuh menggelinding berputar ditempat. Tidak berdiri dan berputar 360° mengelilingi tempatnya.

"Ini benar-benar sial untukmu Yoohyeon. Kau harus mencegahnya sebelum terlambat" Jiu menatapku serius sekarang.

"Apanya yang sial unnie? Kalau hanya bajuku yang basah pun tidak masalah untukku" aku mengendikkan bahu santai.

Namun Jiu menggeleng. Mempertegas kalimatnya barusan. Tatapannya menyiratkan itu. Aku malah tidak mengerti.

Kemudian seorang pelayan datang menghampiri. Pesananku disajikan diatas meja kami. Setelah mengucapkan terimakasih, ia pergi.

Pembicaraanku dan Jiu kembali hening. Walaupun untuk beberapa saat. Aku kemudian menikmati santapanku. Mumpung gratis kan?

Setelah itu datang pelayan yang lain. Memberikan sekotak roti isi pesanan Jiu.

"Semua..." kalimat pelayan itu terpotong dengan Jiu yang meletakkan uangnya di meja. Untungnya itu pas.

"Selamat menikmati" ucap pelayan itu setengah bergumam melihat Jiu melenggang pergi sambil memakai tudung.

Aku bertanya dalam hati. Apa itu Jiu unnie yang kukenal? Kumohon jawab tidak. Karena matanya terlihat aneh.

Bahkan mengerikan.

Coba bayangkan, jika kalian bertemu dengan seseorang dengan pupil mata yang sekecil titik pensil, apa kalian masih menganggap itu manusia?

Mungkin aku tidak.

Tapi kenapa tubuhku tidak bisa digerakkan? Seperti dikekang oleh sesuatu. Lalu aku menyadari kalau suasana disini berubah.

Langit diluar sudah berubah gelap. Malam telah tiba. Dan bulan biru menggantikan posisi matahari.





































"Tunggu, bukannya sekarang masih belum muncul fenomena bulan biru?" -Kim Yoohyeon.




































Hujan mereda setelah aku keluar kedai roti. Aku memandangi bulan biru itu diatas langit sana. Kenapa sudah muncul sekarang?

Jalanan tampak sepi. Kukira mereka akan berbondong-bondong keluar rumah dan melihat keanehan ini. Namun tidak.

Aku tak terlalu memusingkan hal itu. Lalu berjalan pulang kerumah. Dekat saja dari sini, walaupun kakiku akan kram sedikit setelahnya.

Setiap aku berpapasan dengan beberapa orang, mereka semua terlihat kurang sehat. Wajah mereka pucat pasi semua.

Pandangan mereka juga menunduk terus. Seakan menghindar berkontak mata denganku. Apa ada yang lain diwajahku?

Tidak. Tidak ada apa-apa diwajahku, tidak ada hal aneh.

"Hai! Kau lewat jalan ini juga?" seseorang menepuk pundakku dari belakang. Suaranya perempuan.

Aku menoleh terkejut ke sebelah ku. Sua unnie disana, tersenyum lebar sambil membawa sekeranjang belanjaan.

"Unnie?" Aku sedikit terbelalak melihatnya tertawa senang bisa menemukanku di jalan.

Kemudian Sua mengangguk semangat, "Ini aku, Ranting. Tak kusangka kau lewat jalan yang sama denganku"

REPLAY -hiatusWhere stories live. Discover now