| thriller

146 34 1
                                    

Aku menutup mataku. Takut melihat kenyataan tragis di depan sana. "Appa! Hentikan mobilnya!" aku berteriak ketakutan.

Appa mengerem mendadak. Tubuhku terpental sedikit kedepan, Appa juga demikian. "Kenapa, Yoohyeon?" Appa menatapku khawatir.

Napasku kembali berpacu. Didepan sana, buka di tengah jalan, namun dikaca mobil Appa. Ada tulisan warna merah besar-besar.

"Break is end. You will be back on your  'dream' "

"Ada sesuatu di kaca mobil yang membuatku takut" aku menunjuk patah-patah kaca di depan kami.

Appa terlihat mencari dimana yang mengerikan. Sampai kepalanya hampir menempel kaca. Tidak ada, ia tidak menemukan apapun.

"Kau mungkin hanya berhkayal, Yoohyeon. Jangan dipikirkan" Appa berkata santai dan melajukan kembali mobil.

Apa hanya aku yang bisa melihat tulisan itu?. Mungkin saja, karena aku pikir, akulah yang menjadi titik pusat disini.

Suasana kembali sepi seperti yang sebelum-sebelumnya. Aku sedang sibuk memperhatikan kemacetan didepan sana.

Sambil memikirkan makna kalimat merah tadi. Apa maksudnya aku akan mengalami hal-hal aneh itu? Bertemu arwah-arwah itu?

"Yoohyeon" panggil Appa lirih. Aku menoleh, menatap wajahnya.

"Appa ingin sekali kamu jadi orang-orang sukses seperti yang diluar sana. Appa termasuk Eomma juga akan bangga padamu"

Aku menegak salivaku. Berkali-kali mereka mengatakan ini padaku. Tapi baru kali ini terasa berbeda.

"Jadi, belajarlah dengan giat dan rajin. Supaya kamu bisa bahagia di depan sana" Appa menatap lekat jalanan di depan. Air matanya jatuh.

Sebelum aku bisa membalas kalimatnya. Mobil yang kami tumpangi jatuh ke dasar jurang. Rasanya seperti naik roller coaster.

Sekilas aku masih bisa melihat air mata Appa mengalir. Aku benar-benar merasa bersalah sekarang. Maafkan aku.

Mobil kami jatuh di sebuah sungai yang dangkal. Kami terjebak didalam dengan keadaan sudah pingsan duluan.
































"Aku tidak tahu bagaimana aspal bisa berubah menjadi jalan tanah begitu. Apalagi di tepi gunung begini" -Kim Yoohyeon.

































Aku bangun dari pingsanku. Aku reflek mengambil napas banyak-banyak. Sekitarku juga basah. Alias sedang hujan.

Wajahku basah terkena bulir-bulir air. Sakit rasanya, seperti ditusik ribuan jarum. Seluruh tubuhku mati rasa.

Sendiku rontok semua. Aku tidak bisa bangun, tanganku sepertinya terluka parah. "Kenapa harus hujan yang mengawali?"

Mataku melirik posisiku yang tidak aku duga. Aku tidur telentang menghadap atas. Kakiku juga terbuka membentuk segitiga.

Sekarang aku merasa seperti ingin dijadikan korban persembahan untuk setan. Bergegaslah aku bangun dari tidurku.

Benar saja, kaki kananku sakit. Sepertinya terkena sesuatu saat mobil jatuh. Aku melihat sekitar, terpaparlah sebuah dinding.

Dinding tanaman seperti labirin yang ada di taman bermain. Tanaman mawar biru dengan daun berwarna hitam.

Dan kurasa, aku berada ditengahnya. Tidak ada pancuran atau semacamnya seperti di labirin kebanyakan. Hanya kosong.

REPLAY -hiatusWhere stories live. Discover now