2

12.2K 941 76
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Selamat membaca😉

Tawa kecil serta senyum yang terbit dari bibir mungil yang sekarang tengah bermain bersamaku membuat kesedihanku mengingat Mas Sadam sedikut berkurang.

Setelah mengambilnya dari gendongan sang ayah, aku membawa Keanu ke ranjang yang sudah dihiasi kelambu dan dan beberapa tangkai bunga di kepala ranjang, khas kamar pengantin.

"Kangen bubu ya nak ya," godaku sambil mencolek dagu mungil miliknya, Keanu menanggapinya dengan senyum kecil dan menggerakan tangan dan kakinya ke atas, yang membuat aku ikut tersenyum melihatnya,

Kami Asyik bercengkrama, mengabaikan sosok Mas Langit yang ternyata sedang duduk di kursi kecil dekat jendela, dia memperhatikan kami berdua dalam diam, kalau dia tidak buka suara mungkin aku tidak akan tahu, karna kupikir dia sudah berlalu sedari tadi,

"Dek, kamu ngak ganti baju?"

Aku menatapnya sebentar, lalu beralih melihat tubuhku yang masih dibalut kebaya panjang pilihan Mas Sadam, mengingat namanya aku kembali merasa sedih, tapi itu hanya sebentar karna rengekan kecil milik Keanu kembali masuk kedalam indra pendengaran, "bubu, mmmm bubu," usianya yang baru menginjak angka delapan bulan membuatnya baru bisa menggumankan kata satu-satu, seperti bubu=ibu, yah=ayah, mam=makan, nen=susu.

"Iya Kean, kenapa hm?" Aku sedikit merunduk dan menciumi pipinya yang berisi itu,

"Nanti saja, mas duluan saja," Kataku sambil melihat kearah Mas langit yang sekarang juga tengah menatap ke arahku, mata kami bertemu tapi cepat-cepat aku memutusnya, ada perasaan aneh saat itu terjadi, dan aku tak paham itu karna apa.

Dari ekor mata kulihat Mas langit mulai berdiri dan berjalan menuju kopernya yang dari tadi pagi sudah berada di samping lemari, dia mengeluarkan keperluanya sendiri. Hatiku tersentil melihat itu semua, harusnya aku yang melakukannyakan?

"Mas boleh pinjam handukmu kan?" Aku kaget saat tiba-tiba saja dia sudah berdiri di samping ranjang tempat aku dan Keanu berada,

Aroma tubuhnya menguar menimbukan perasaan damai, aku mengangguk tanpa berani menatap, ini pertama kalinya kami sedekat ini saat hanya berdua saja,

"Terimakasih," lalu dia merunduk dan mencium kecil wajah Keanu tepat di tempat yang Aku cium tadi, "wangi," katanya lalu lansung berlalu pergi.

Aku memandang punggung dengan bahu lebar khas lekaki itu yang perlahan hilang dibalik pintu, setelan jas hitam dengan kemeja putih membuat penampilannya tadi begitu sempurna,

Langit Jingga Pratama, lelaki dengan perawakan tinggi dengan kulit khas pribumi, dia pria dewasa dalam segala aspek. Nama yang cocok untuk menggambarkan kesempurnaan.

Keluarga dan orang terdekatnya memanggil Aga, aku tahu itu karna beberapa kali mendengar Mama dan kakaknya memanggil dengan nama seperti itu.

Jika dilihat dari segi fisik yang terlihat tak ada cela untuk menghujatnya. Mata, alis, hidung, wajah, semuanya menjadi satu kesatuan yang menjadi arti kata tampan.

Pekerjaannya jangan ditanya, pemilik gelar insinyur sekaligus pemilik beberapa hotel itu cukup membuat para wanita diluar sana rela antre untuk sekedar bertegur sapa atau bersalaman denganya.

Dan wanita pertama yang beruntung itu adalah Mbak Sandra, Sandra ningsih. Matan istrinya yang sekarang mungkin tengah menangis melihat suami yang dia cintai menikah lagi. Mbak Sandra meninggal karna kecelakaan, dia  salah satu dari korban tabrakan beruntun seperti yang Mas Sadam alami seminggu yang lalu. Bedanya Mbak sandra lansung pergi karna benturan keras yang dia alami, sedangkan Mas sadam masih ada di sini, walaupun dengan kondisi yang benar-benar membuatku ingin menangis karna tidak sanggup melihatnya.

Ada Surga di Rumah kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang