"Tidak apa-apa nak. Terkadang, suami juga butuh perhatian dari istrinya. Jadi dia akan melakukan sedikit hal aneh demi mendapat perhatianmu."

Mata sipit Yeji membelalak kala mendengar penuturan dari ibu pengasuh. Suami? Apa mereka terlihat setua itu? Hei, jangan bilang Si ibu pengasuh mengira bahwa Soobin dan Yeji telah menikah muda?

Pacaran saja tidak, boro-boro jadi suami istri? Sepertinya itu hanya akan menjadi hal fana untuk Yeji.

"I-itu, bibi kami buk---" Omongan Yeji tiba-tiba tersela,

"Eommaa! Seung Gyun ingin bermain boneka beruaang." Rengek seorang anak yang sekiranya berusia 7 tahun, sembari berlari memeluk kaki sang ibu pengasuh.

Yeji tersenyum, kemudian berjongkok menyamai tinggi anak itu. Seraya mengusap pipinya, Yeji berujar,

"Ayo, main denganku! Aku punya banyak boneka untukmu." Seung gyun memandang Yeji sebentar. Cantik sekali. Setelahnya, retinanya beralih menatap Soobin. Sontak anak kecil bernama Seung Gyun itu melepas tangan Yeji dari pipinya, dan bersembunyi dibelakang ibu pengasuh.

"Eomma, Hyung dan Noona ini siapa? Apalagi hyung itu. wajah hyung yang seperti tiang itu datar sekali. Dia seperti ingin memakan Seung Gyun." Ujar anak itu seraya menunjuk Soobin yang menatapnya tanpa ekspresi. Membuat Seung Gyun semakin menyembunyikan tubuhnya di belakang kaki ibu pengasuh.

Yeji tersenyum tipis.

"Hyung ini tidak jahat kok. Wajahnya memang datar, tapi dia memiliki hati yang baik. Coba saja kau ajak dia kenalan!" Pinta Yeji. Anak itu menoleh ke arah Sang ibu pengasuh, seperti takut-takut. Ia mengelus kepala Seung Gyun, kemudian menganggukkan kepala agar anak itu mau menghampiri Soobin.

Perlahan, ia melangkah ke arah lelaki Choi itu, seraya berucap dengan polosnya,

"Hyung, bolehkah aku mengenalmu?" Yeji sedikit ragu, sepertinya Soobin akan mengabaikan permintaan anak itu. Namun, diluar dugaan, Soobin malah.menaruh dua kantong boneka yang ia pegang, dan berjongkok menepuk kepala anak itu dengan lengan kirinya.

"Tentu."

Sahutnya dengan nada yang lembut, membuat Yeji terperangah karenanya. Senyum lebar terukir di bibir Seung Gyun, kemudian ia memegang lengan kanan Soobin dengan kedua tangannya.

"Namaku Kim Seung Gyun. Aku ingin menjadi seorang bintang yang bersinar terang dan membuat semua orang terpukau padaku suatu hari nanti!" Ujar Seung Gyun dengan bersemangat.

Sebuah hal tak terduga terjadi lagi. Soobin menampilkan senyum tipis, kemudian mengacak rambut anak itu lalu berucap,

"Aku harap impianmu tercapai adik kecil."

Anak itu mengangguk dengan imutnya. Yeji mengerjap beberapa kali. Rasanya gadis cantik itu tidak percaya. Baru pertama kali Yeji melihat interaksi Soobin yang seperti itu. Bahkan penyebabnya adalah seorang anak kecil. Soobin bahkan tersenyum walaupun hanya senyum tipis. Tapi, hei! Itu terlihat jelas sekali. Seseorang, tolong sadarkan Yeji bahwa ini bukanlah mimpi!

"Demi bumi dan seluruh isinya. Soobin, itu kau kan?" Spontan kalimat itu terlontar dari mulut Yeji tanpa ia sadari.

Soobin menoleh, wajahnya kembali datar.

"Ya."

Yeji mendengus. Sepertinya senyuman tadi hanya sebuah kebetulan. Hei, tapi pelan-pelan lelaki itu sudah bisa merasakan beberapa ekspresi bukan? Maka itu tetaplah hal menggembirakan untuk Yeji. Masih ada harapan bagi Soobin untuk sembuh dari Alexythimianya.

Monolid Yeji kembali menatap Onyx anak itu.

"Kami punya boneka untukmu dan juga saudara-saudaramu. Terimalah, dan mainkan bersama mereka!" Ujar Yeji, seraya menyodorkan 2 kantong boneka tersebut kepada Seung Gyun.

"Terima kasih Noona! Kami pasti akan memainkannya!" Refleks Yeji mengelus kepalanya gemas. Setelahnya, ia dan Soobin berdiri bersamaan.

Seung Gyun dan Sang ibu pengasuh menatap kedua sejoli itu.

"Aku harap kalian akan kembali lagi suatu hari nanti dan mengajak seorang anak." Ujar Sang ibu pengasuh, dengan senyum lebarnya. Yeji membelalakkan matanya lagi.

"Umm, itu bi. Kami bukan pasangan suami istri. Ha-hanya sebatas teman saja." Kata Yeji meluruskan, membuat sang ibu pengasuh terkejut bukan main.

"Benarkah? Astaga kalau begitu aku minta maaf atas kesalahpahamanku." Ucap ibu pengasuh seraya membungkuk berkali-kali.

"Ti-tidak perlu minta maaf bibi. Anda adalah seseorang yang lebih tua. Rasanya tidak enak anda membungkuk pada saya yang lebih muda. Kesalahpahaman bisa sering terjadi pada manusia." Kata Yeji seraya menahan bahu ibu pengasuh.

Tanpa melihat situasi, Soobin menutkan jari-jarinya dengan milik Yeji kemudian berkata,

"Ayo pergi!"

"Ah, iya. Maaf telah membuang waktu kalian. Berhati-hatilah dijalan. Aku harap, kalian akan menjalin sebuah hubungan rumah tangga suatu hari nanti." Soobin mengangguk, kemudian menarik lengan gadis itu untuk keluar dari panti.

Yeji semakin terkejut. Choi Soobin benar-benar tidak terduga hari ini.

--//--//--

Saat berada di dalam mobil. Pikiran Yeji masih berusaha mencerna semuanya. Namun, tersirat rasa bahagia di wajahnya.

"Kita akan kemana setelah ini?" Sungai Han terbesit di otak Yeji saat ini. Apalagi jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Jadi, tak ada salahnya untuk ke tempat itu.

"Ayo ke sungai Han!" Ujar Yeji dengan senyum yang memperlihatkan seluruh gigi putihnya.

Jantung Soobin bermain lagi. Padahal Yeji hanya tersenyum, tapi mampu membuat kinerja jantungnya menjadi lebih cepat dari biasanya. Akhirnya, pria bermarga Choi itu segera melajukan mobilnya, membelah jalanan kota seoul.

--//--//--

Disinilah mereka. Duduk di bangku, sambil menikmati pemandangan sungai Han di depan mereka. Wajah berseri Yeji sedari tadi tak pernah luntur. Gadis itu menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan perlahan.

"Aku senang sekali hari ini. Terima kasih Soobin. Kau membuatku bahagia berkali-kali lipat hari ini." Ujar Yeji sembari menyandarkan kepalanya di bahu Soobin. Hingga lagi dan lagi jantung pria itu berdesir lagi. Ada apa ini? Hari ini sudah terhitung 4 kali Yeji berhasil membuat jantung Soobin berdegup karena di dekatnya. Namun, juga nyaman.

Tiba-tiba, suara handpone Soobin berdering. Pria itu merogoh sakunya untuk mengambil benda pipih itu.

Tertera nama sang appa. Segera Soobin mengangkatnya.

"Halo?"

"Halo. Apa ini keluarga Choi Minhwan?"

"Ya, aku anaknya. Siapa ini?" Yeji yang sedari-tadi bersandar di bahu lelaki itu, ikut penasaran dengan oknum yang menelfon.

"Saya dari pihak rumah sakit inchon-ru. Ingin memberitahukan bahwa ayah anda terkena tembakan di dada bagian kiri, dan pelipis sebelah kanannya. Saat ini, ayah anda sedang berada di ruang IGD."

Dada Soobin terasa sesak seketika. Handponenya jatuh. Kebahagian yang baru ia alami hari ini, seperti hilang dibawa angin. Melihat keanehan yang terjadi pada Soobin. Yeji segera menoleh dan bertanya dengan khawatir,

"Ada apa?"

"Appaku masuk rumah sakit."

"APA?!"

Cip's Notes:

Annyeong~
Gimana kabar kalian? Sehat?
Hehe, jangan ragu untuk meninggakkan saran atau kritik. Cip bakal terima kok:D
Makasih, karena kalian udah baca sampai sejauh ini. Lanjut atau enggaknya, itu tergantung bentuk penilaian yang Cip dapet^.^

Without expressionWhere stories live. Discover now