Bab 30. Sakit

13 2 0
                                    

Pulang sekolah tiba. Seperti biasa, Artha selalu memilih pulang paling akhir. Malas melihat kerumunan yang membuatnya pusing.

Sambil bersenandung, Artha sedikit mempercepat laju langkahnya. Dia belum mencuci baju. Gini-gini Artha sudah mulai mandiri, ya. 

Brukk

"Aww." Artha mengelus-elus keningnya.

Devon.

Artha bingung saat Devon langsung berbalik meninggalkannya. Apa jangan-jangan...

"Kak!"

Artha langsung menarik tangan Devon. Refleks Devon menoleh. Benar kan dugaan Artha.

"Kakak berantem lagi, ya?"

"Baru mau pulang?" Devon mengalihkan pembicaraan.

"Ayo ke UKS!" Artha menarik Devon agar mau mengikutinya. Devon pasrah. Ribet kan, kalau sampai Artha tau begini.

"Gini ya sakitnya?" gumam Samuel yang bersembunyi di balik tembok.

Sesampai di UKS, Artha langsung mengambil kotak P3K dan mengobati Devon.

"Memarnya banyak, kak. Ujung bibir kakak aja sampai robek,"

"Biasa."

"Ihh pasti sakit tau."

"Nggak."

Artha tak menjawab lagi. Percuma. Devon tidak akan menunjukkan sisi kelemahannya pada orang lain, termasuk keluarganya sendiri.

Selesai, Artha mengembalikan peralatan yang digunakannya ke tempat semula.

"Lo adik tersayang gue." ucap Devon sambil tersenyum kecil.

Artha kicep.

Adik?

"Iya kak, makasih."

"Ekheem..."

Mereka berdua menoleh. Devon mengepalkan kedua tangannya. Rahangnya menguat.

"Fardo..." desis Devon.

Artha bingung. Siapa laki-laki itu?

"Hai kak," sapa Artha sopan.

Fardo mengangguk sambil tersenyum. Sekilas dia mengamati Artha dari atas sampai bawah.

Devon mencoba mengatur napas dan emosinya.

"Eh, kalian berdua ada di sini ternyata. Nenek cari kesana-kemari, hlo."

"Nek Ami," sapa Artha lalu mencium punggung tangannya.

"Nak Artha, lagi ngobatin Devon ya? "

"Hehe, iya Nek. "

Nenek Ami mengangguk sambil mengamati wajah Devon yang babak belur.

"Oiya, kenalin ini Fardo cucu Nenek. Dia seumuran sama Devon. Dia baru aja pulang dari luar negeri, jadi dia Nenek ajak kesini buat nengokin sekolahnya Sam sama Devon,"

"Salam kenal, kak."

"Oke."

Setelah itu mereka berdua melanjutkan berkeliling sekolah menyisakan Artha dan Devon kembali.

"Kakak kenapa, saudaranya pulang kok nggak disambut?" tanya Artha bingung.

Devon hanya menggeleng sambil tersenyum. "Jangan dekat-dekat sama dia. Dia bahaya."

"Hah?"

"Gue nggak suka kalau lo berinteraksi sama dia. Gue benci!" kata Devon dengan nada ditekan.

Artha mengangguk saja. Tidak ingin ikut campur masalah keluarganya. Devon beranjak dari tempatnya sambil menggandeng tangan Artha menuju parkiran.

"Kalian pulang sekarang?" tanya Nenek Ami saat mereka berpapasan di lapangan.

"Sekolah udah sepi, Nek." jawab Devon seadanya.

"Nggak mau main sama Fardo dulu? Dia ba--"

"Duluan, nek." Devon langsung melangkah meninggalkan Fardo dan Neneknya.

Artha sampai sedikit berlari untuk menyamakan langkah kaki mereka.

***

"Kenapa lo nggak bilang kalau Fardo datang ke sekolah?!"

Samuel terkikik .

"Ya mana gue tahu. Gue aja kaget, sembunyi, buru-buru pulang. Malas ngelihat muka pengkhianat!" cibir Samuel.

Kali ini mereka berdua kelihatan akrab. Jika masalah seperti ini, maka keduanya kompak.

"Sementara ini gue nggak ke rumah Nenek dan bakal kabur dari rumah. Malas kalau ketemu setan."

"Apalagi gue?!" Sam menyetujui.

"Lo kabur dari rumah?" Devon mengangkat sebelah alisnya.

"Gue kalo berontak nggak main-main kali, Von. Ahh yaelah!" decak Sam.

Devon tertawa kecil.





Not AloneWhere stories live. Discover now