Bab 3. Kesan

47 15 18
                                    

Artha sedang berjalan-jalan mengelilingi desa tempat tinggalnya kini. Meski raut wajahnya masih terlihat sedih, bibirnya sesekali tampak tersenyum menikmati pemandangan yang terpapar di sekelilingnya.

Berulang kali Artha menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Udara pedesaan memang sangat sejuk, berbeda jauh dengan kota Jakarta.

Artha terkejut dengan kehadiran anak kecil yang tiba-tiba jatuh dari sepedanya yang mungil. Artha buru-buru mendekatinya dan membantunya berdiri.

"Kamu nggak papa dek, yang sakit dibagian mana?" tanya Artha khawatir karena anak itu semakin kencang menangis.

"Lutut Leo sakit hiks...hiks..." beo anak kecil itu di sela tangisannya.

Artha langsung memeriksa lutut anak yang bernama Leo tersebut. Ternyata benar, lututnya berdarah.

"Yaudah yuk, kakak antar kamu pulang ya. Rumah kamu dimana?"

Sebelum anak itu menjawab, datang seorang laki-laki yang datang dengan napas terengah-engah. Sepertinya dia mencari Leo.

"Maaf kak, tadi saya nemuin Leo jatuh di jalan. Jadinya lututnya berdarah." Artha menjelaskan.

Namun Artha melotot ketika mengetahui siapa lelaki itu. "Kak Sam?" ucap Artha refleks.

Samuel menaikkan satu alisnya, "Loe kenal gue?" Artha mengangguk samar. "Saya siswa baru SMA Nusa Jaya, kak."

Samuel membulatkan bibirnya. "Kelas?" Artha tercengang. Apa-apaan ini? Adiknya terluka malah bertanya hal yang tidak penting seperti ini bukannya membawanya segera pulang.

Untung saja Leo sudah berhenti menangis. "Kelas X IPA 1 kak. Maaf, lebih baik kakak segera pulang lalu mengobati Leo. Takutnya infeksi."

"Hmm. Loe bakalan deket sama gue keknya," katanya sambil tersenyum miring. Baru saja Artha ingin bertanya apa maksudnya, tapi ia sudah pergi bersama Leo.

"Dasar sok misterius!" cibir Artha tak suka.

Lalu Artha segera pulang karena perutnya sudah keroncongan. Lagipula sudah semakin sore, ia tidak ingin membuat Neneknya khawatir.

*
"Sudah selesai sarapannya?" Artha mengangguk.

"Yaudah, segera berangkat. Takutnya kamu telat di hari pertama kamu." Nenek Mina tersenyum keibuan.

Ahh, ini mengingatkan Artha pada Almarhumah Ibunya. "Sebenarnya di desa ini ada juga yang satu sekolah sama kamu. Dia itu cucunya Nenek Ami. Tapi sayangnya dia nggak tinggal di sini."

"Apa cucunya bernama Samuel, Nek?" Artha penasaran. Nenek Mina terkekeh lalu mengangguk.

"Ternyata kamu sudah kenal ya sama dia. Orangnya ganteng hlo,"

Artha hanya ber-oh-ria menanggapi ucapan Neneknya. Pikirnya buat apa ganteng tapi sadis?! Lebih ganteng juga Nabi Yusuf, ya 'kan?

Artha langsung pamit kepada Neneknya dan berangkat sekolah. Butuh waktu sekitar dua puluh menit dari sini ke sekolahnya.

*

Artha menginjakkan kakinya disekolah barunya. Ia ingin sekali ceria seperti dulu tapi rasa sedihnya tak kunjung hilang.

Itu membuatnya murung secara tiba-tiba. Tak sadar, Artha meneteskan air matanya. Ia sangat merindukan kedua orangtuanya. Ayahnya yang humoris, dan Ibunya yang perhatian.

Jika bisa, ia ingin bertemu keduanya saat ini. Walau ia tahu itu mustahil. "Ayah sama Bunda jahat, nggak mau ketemu aku walau cuma dimimpi" gumamnya.

Sadar akan banyaknya orang yang berlalu lalang, Artha segera menghapus jejak air matanya dan melanjutkan langkahnya yang terhenti menuju kekelas.

Artha berjalan pelan menyusuri lorong untuk mencari dimana letak kelasnya berada. Setelah beberapa menit, akhirnya ia menemukan kelasnya.

Ia tersenyum singkat lalu segera masuk kedalam kelas. Namun baru saja beranjak masuk, Artha menubruk seseorang hingga terjatuh kebelakang.

Artha mengaduh kesakitan. "Gue kira loe bakalan telat dihari pertama loe"

Artha mendongak. Samuel?! Arrgh... mimpi apa Artha tadi malam sampai pagi-pagi begini sudah bertemu dengannya.

Artha berdiri dari jatuhnya lalu mendengus pelan. "Kakak ngapain disini?"

"Nungguin loe sampai-sampai gue udah lumutan tau nggak?! loe bangunnya jam berapa sih kok jam segini baru datang?"

Artha melirik jam tangannya. Benar juga, ini sudah jam tujuh kurang sepuluh menit. Padahal disekolah favorit seperti ini seharusnya siswa sudah sampai disekolah maksimal setengah tujuh.

"Maaf kak, saya mau masuk" Artha langsung masuk kelas tanpa menunggu jawaban dari Samuel. Hal itu membuat Samuel geram dan bersumpah akan memberinya pelajaran.

*

Jam istirahat telah tiba. Semua murid berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka yang keroncongan.

Namun Artha memilih diam dikelas memakan bekal yang dibawanya. Lagipula, ia juga tak punya teman.

"Loe yang tadi pagi ngomong sama Samuel, 'kan?" tiba-tiba ada suara seorang perempuan yang datang menggebrak mejanya Artha.

Artha mendongak menatap sang penggebrak meja. Ia menutup kotak bekalnya lalu memasukkannya kedalam tas. Setelah itu ia baru meladeninya.

"Maaf kak, tadi pagi saya cuma tidak sengaja menabraknya didepan kelas" Artha menjawabnya dengan datar seolah tidak takut sedikitpun.

"Alah ngeles aja loe. Banyak kok teman loe yang bilang kalau Sam nungguin loe datang kesekolah. Jangan-jangan loe itu PHO ya?!" tuduh seorang wanita yang sepertinya kakak kelasnya Artha.
Dari nametagnya Artha tau kalau namanya adalah Agnes. "Maksud kakak PHO?"

"Dasar sok polos. Kalau PHO ya PHO aja. Gue ingatin ya sama loe, loe jangan pernah deketin Sam lagi atau loe bakal tahu akibatnya!" ancamnya lalu meninggalkan Artha yang sedang ditatap oleh beberapa temannya yang juga sedang dikelasnya.

Samar-samar Artha juga mendengar teman-temannya juga mencibirnya habis-habisan. Artha menghembuskan napasnya kasar lalu pergi ketoilet.

Artha membasuh mukanya perlahan berharap pikirannya juga ikut dingin. Baru hari pertama saja ia sudah terkesan buruk dikalangan kakak kelasnya.

Agnes adalah ketua geng kelas XI. Ia ditakuti oleh para siswi di SMA ini. Belum lagi orangtuanya adalah salah satu pemegang saham sekolah ini. Ia tahu itu dari gosipan teman-teman sekelasnya.

Jika hari pertama saja seperti ini, maka besoknya bagaimana, seperti apa?

"Bunda, Artha rindu Bunda..." Artha menangis disini, kamar mandi. Sendirian.



Hai readers, untuk next chapter aku mau minta minimal 5 comment dari kalian. Nggak banyak kan?

See you and love you readers!!😘❤

Not AloneWhere stories live. Discover now