Bab 14. Tentang Foto

16 10 0
                                    

Di halaman belakang sekolah, Mia menangis di hadapan seseorang yang notabenya adalah mantan pacarnya. Mau bagaimana lagi, Riski tega menyebarkan foto aib mereka berdua. Terutama saat Riski mengendus tengkuknya.

"Kenapa kamu lakuin semua ini?" teriak Mia frustasi. Riski hanya menatapnya muak.

"Bukannya loe seneng, lagian gue yakin tanda yang gue buat di leher loe masih berbekas. Dasar jalang." Riski menampakkan senyum smirk-nya.

"Loe berengsek!!" Mia memukul Riski dengan tangannya. Riski yang sudah muak mendorong tubuh Mia sampai tersungkur ke belakang.

"Gue bilangin ya sama loe, loe itu nggak berhak nyentuh gue. Najis tau nggak! " Riski menahan geram. "lebih baik loe siap-siap buat angkat kaki dari sekolah ini karena gue yakin cewek manja kaya loe itu nggak bakalan kuat nahan cemoohan dari orang-orang." ujar Riski lalu berbalik meninggalkan Mia yang menangis sejadi-jadinya.

***

"Nggak nyangka gue Mia kaya gitu,"

"Iya ya, makanya rambutnya akhir-akhir ini dibiarkan tergerai. Eh ternyata buat nutupin kaya gitu."

"Ihh dasar jalang, nggak mau gue temenan sama dia takut ketularan jeleknya,"

"Aneh-aneh aja!"

Di sela-sela gosipan, Dania terbatuk-batuk sambil meremas dadanya. Sepertinya ia menahan sakit. Artha yang menyadari hal itu menghampirinya. "Loe nggak apa-apa?"

Dania malah terlihat tidak suka dengan sikap Artha. Dia mendorong Artha sampai Artha terjatuh. "Nggak usah sok peduli!" teriaknya masih menahan sakit.

Kini semua mata tertuju pada mereka berdua, ingin tahu apa yang terjadi.
"Di tolongin malah kaya gitu!" sindir Nata.

"Eh, loe belain Artha?" tanya Lena

"Gue belain yang benar!" tegas Nata

"Uhukk uhukk..." Dania semakin pucat.

"Rin, tolongin deh keburu mimisan lagi!" kata ketua kelas.

Rina yang sebagai anggota PMR mengangguk lalu membawa Dania menuju UKS. Setelah itu suasana menjadi ramai kembali, tak mempedulikan Artha yang masih dalam posisi terjatuh.

"Ayo berdiri," Alex mengulurkan tangannya dan Artha menerimanya.

"Makasih," Alex mengangguk lalu hendak melangkah kembali namun Artha mencegahnya.

"Apa tentang Mia itu termasuk rencana kalian?" tanyanya. Karena Alex termasuk dalam orang-orang yang kemarin berada di ruang OSIS. Alex tersenyum tipis, "Menurut loe?"

***

Lingkungan sekolah yang sudah sepi memberi kesan horror di mata Artha. Namun ia tetap melangkahkan kaki menuju kebun belakang sekolah. Di bawah pohon besar, dia melihat sosok yang ingin di temuinya. Dia menghampiri orang tersebut.

"Mau ngapain ketemu gue?" tanyanya di sela-sela hisapan rokoknya.

"Uhm... tentang Mia," kata Artha ragu-ragu. Riski tersenyum karena sudah mengetahui ke mana arah pembicaraan Artha.

"Bagian mana yang ingin loe tahu?" dia menghisap rokoknya kembali.

"Kakak yang nyebarin foto itu?"

"Hmm," Riski mengangguk. "sebenarnya gue malu juga sih karena mainan gue murahan kaya dia tap--"

"Kakak!!" Artha melototi Riski. Bagaimanapun juga Mia adalah temannya dan Artha tidak mau kalau Mia dikatakan sebagai wanita murahan.

"Hehe iya-iya." Riski terkekeh. "Tapi Devon nyuruh gue buat nge-upload tuh foto. Jadinya ya, gue lakuin aja soalnya Devon itu udah baik banget sama gue, sekalian ngasih dia pelajaran." Riski mengepulkan asap ke udara.

"Yang nyuruh kak Devon, tapi apa alasannya?" Artha mengerutkan keningnya.

"Karena dia nggak suka aja sama sikapnya yang seenaknya nyebar foto loe sembarangan," Artha mengangguk. Sudah ia duga.

"Tapi kenapa kak Devon sampai segitunya?" tanya Artha lagi. Riski menggedikan kedua bahu. "Kalau soal itu lebih baik loe tanya aja langsung sama dia, gue takut salah ngomong."

"oh,"

"Udah, sana cepat pulang. Gue nggak mau kena masalah karena berduaan sama loe." Riski menginjak putung rokoknya.

"Guru-guru emang ada yang mau datang ke sini?" tanya Artha polos.

"Bukan guru, tapi Samuel dan Devon." Riski melihat Artha yang semakin kebingungan. Sebenarnya Artha juga cukup cantik tapi...

Sudah ada yang mengincarnya.

Ahh, dia kalah cepat dan kalah saing.

"Apa hubungannya sama mereka?" Sudah Riski duga kalau Artha pasti akan bertanya seperti itu.

"Jangan ngaku pintar kalau gitu aja nggak tahu. Samuel itu suka sama loe dan Devon..." Riski tampak diam berpikir . "Gue nggak yakin sih sama dia, tapi kayaknya dia simpati sama loe. Udah ahh, gue mau balik!" Riski melangkah meninggalkan Artha namun Artha mencekalnya.

"Kakak bisa nggak hapus foto itu? kasihan Mia,"

Riski tersenyum lalu mendekati Artha. "Bisa kalau Devon yang nyuruh gue." bisiknya di telinga Artha.

"Ekhem..."

Riski menjauhkan badannya dari Artha dan melihat siapakah pemilik suara itu.

"Kalian ngapain?" ucapnya dingin.

"Baru aja loe gue omongin sama Artha," Riski terkekeh.

"Loe ngapain Artha?" tatapannya tajam kepada Riski.

"Kita cuma ngobrol kok," sahut Artha namun sepertinya Samuel masih tidak percaya.

"Ya udah kak, gue mau balik dulu. Makasih ya atas infonya?" Riski mengangguk.

"Artha cantik juga," kata Riski saat Artha sudah menghilang dari pandangannya.

"Bangsat!"

***

Not AloneWhere stories live. Discover now