OTY 18. Balkon Rumah

Start from the beginning
                                    

Ia pikir melihat langit malam sambil mendengarkan musik mungkin sedikit bisa meredakan kegundahannya.

Pemuda itu menyimpan telinga dengan headset lalu menyalakan lagu yang berada di daftar putarnya di ponsel. Saat lagu pertama berputar, ia mendekat ke pembatas balkon.

Menikmati langit malam ditemani lagu bertempo pelan membuatnya tenang, sedikit mengusir rasa lelah dengan segala kesibukannya sebagai mahasiswa tingkat akhir.

Notifikasi ponselnya yang berbunyi membuat lagu terjeda sebentar. Ode memeriksa ponselnya. Sebuah pesan membuat dahinya berkerut. Pesan dari Dery.

"Aku hampir lupa," gumamnya buru-buru memeriksa kalender di ponselnya. Salah satu tanggal ia beri tanda, dan tanggal itu menunjukkan hari Sabtu Minggu depan.
Ode memandang ke arah balkon di sebelah kamarnya. Pintu balkon kamar sebelah tertutup,pertanda si pemilik kamar ingin saja sedang terlelap karena kekenyangan.

"Aku belum nyiapin kado," ucap Ode lirih. Ia nyaris melupakan ulang tahun cewek itu yang jatuh saat minggu depan.

Ode ingin memberikan sesuatu pada Yerisha tapi ia bingung.

Apa aku tanya pada Saelin saja ya?

Kemungkinan besar, Saelin  akan tahu hadiah yang paling diinginkan atau di butuhkan oleh Yerisha.

Tahu-tahu pintu balkon sebelah tiba-tiba terbuka. Yerisha keluar dari sana. Ketika tatapannya bertemu Ode, ia nampak terkejut.

"Kenapa belum tidur?" tanya Ode memilih memulai pembicaraan.

"Habis makan gak baik langsung tidur, nanti aku gendut. Gaunnya nggak akan muat," terang Yerisha membuat Ode mengangguk paham. Pasti Yeri ingin tampil cantik di hari spesialnya.

"Kamu kenapa belum tidur?" Tumbenan Yeri balik bertanya.

"Mendengarkan musik," jawab Ode menunjukkan ponselnya yang terhubung dengan kabel headset yang tersumpal di kedua telinganya.

"Oh ya udah lanjutin aja."

"Oke."

Keduanya sama-sama canggung dan memilih saling mengalihkan pandangan ke arah lain. Tidak banyak juga yang hendak mereka bicarakan, toh hubungan mereka tak sedekat itu.

Hingga akhirnya Yerisha yang merasa mengantuk memutuskan masuk ke dalam kamar lebih dulu. Tapi Ode mencegahnya dengan sebuah panggilan lirih.

"Yer, aku boleh tanya sesuatu."

"Hmmmm apa?" Yerisha yang berada di ambang pintu menoleh dengan ogah-ogahan.

"Kamu mau hadiah apa untuk ulang tahunmu minggu depan?" Mungkin pertanyaan Ode terlalu berterus terang, tapi lebih baik begitu daripada ia salah membeli dan berakhir membeli barang yang tak disukai cewek itu.

"Kenapa? Mau ngasih aku kado?"

"Iya. Aku akan berusaha ngasih kado sesuai keinginanmu."

Yerisha menyipitkan mata sambil memikirkan sesuatu. Hingga sesuatu terpikirkan olehnya.

"Ada. Satu."

"Apa?"

"Kamu tahu kan pesta ulang tahunnya diadakan di rumah?"

Ode mengangguk.

Ya, pesta ulang tahun Yerisha akan diadakan di halaman belakang rumah yang luas. Jangan salah, keluarga Yerisha memang berada dan memiliki rumah besar dengan halaman depan maupun belakang yang luas. Rencananya pesta ulang tahun Yerisha akan dilakukan di ruang terbuka, lebih asyik menurut gadis itu.

"Yang kubutuhkan hanya satu, De."

"Jangan muncul di pesta ulang tahunku. Hari itu aja, bersikaplah seolah-olah kamu bukan bagian keluarga Sagara, bersikaplah seperti kamu nggak ada pernah ada di sini."

"Maksudmu?"

"Entah kamu mau mengurung diri di kamar atau pergi ke suatu tempat terserah. Yang penting, aku nggak ingin melihat kamu hari itu."

Permintaan Yerisha mungkin terdengar jahat. Tapi Yerisha ingin menikmati hari bahagianya bersama orang tercintanya, kedua orang tua, saudara dan teman-temannya. Eksistensi Ode yang merupakan orang baru dalam hidupnya tak diperlukan Yerisha pada hari itu.

"Bisa kan?"

"Aku nggak butuh apa-apa. Aku hanya butuh kamu menghilang pada hari itu."

Ode terdiam sebelum akhirnya mengangguk. "Iya aku akan berusaha seperti manusia yang nggak pernah ada di kehidupanmu."

"Baguslah kalau begitu," jawab Yerisha lega, Ode mendengarkannya dengan baik. "Kalau perlu selamanya."

Ucapan terakhir Yerisha yang pelan dan sambil lalu nyatanya adalah ucapan yang terdengar begitu jelas dan tak akan pernah Ode lupakan seumur hidupnya.






"Aku memang terlahir untuk dibenci."

-to be continued-

Menurut kalian Yerisha keterlaluan nggak sih? Share opini kalian dong



Menurut kalian Yerisha keterlaluan nggak sih? Share opini kalian dong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ODE TO YOUWhere stories live. Discover now