OTY 13. Perlahan Membuka Diri

Start from the beginning
                                    

Mama Yerisha terlihat bahagia melihat putrinya terlelap di punggung Ode. Ya dia lega putrinya itu tak apa-apa.

"Sudah kubilang kan. Pasti Ode bisa menjaga Yerisha," bisik papa yang disetujui oleh mama lewat anggukan.

***

Ode membaringkan tubuh Yerisha ke kasur berukuran besar dengan sprei berwarna biru laut dan bercorak bunga-bunga. Setelahnya cowok itu keluar dari kamar itu dan menuju kamarnya untuk mengambil kotak P3K. Dia segera kembali ke kamar Yerisha untuk membersihkan dan mengobati luka lecet akibat dari kecerobohan cewek itu. Yerisha tersandung batu dan terjatuh membuat beberapa bagian tangan dan kakinya lecet. Tak parah sih tapi cukup membuat Yerisha meringis karena rasa perih.

Hal itu membuat Ode menawarkan punggungnya untuk menggendong cewek itu. Berhubung Yerisha merasa lelah ia menerima tawaran itu dengan senang hati. Ode dan Yerisha tak banyak bicara selama perjalanan pulang ke rumah. Hingga akhirnya cowok itu merasakan kepala Yerisha bersandar di punggungnya. Rupanya Yerisha tertidur.

Yerisha pasti kelelahan karena Ode membuatnya marah dan menceritakan banyak hal dalam hidupnya.

Ya, di taman Ode dan Yerisha berbincang, membicarakan masa kecil. Sebenarnya Yerisha yang lebih banyak cerita. Dan Ode menjadi pendengar yang baik. Ode sengaja tak menyinggung pertengkaran Yerisha dengan mamanya. Dan lebih memilih mencari topik obrolan lain. Tentang masa kecil misalnya.

"Dulu kamu sering main di sini?"

"Iya. Tapi aku lebih sering main di lapangan."

"Lapangan yang ada di depan rumah? Yang sekarang jadi rumah?"

Yerisha mengangguk.

"Pasti kamu punya banyak temen."

"Oh jelas banyak. Hmmm beberapa masih ingat. Beberapa udah lupa. Dulu kami suka main lompat tali di lapangan atau nonton anak cowok main sepak bola." Yerisha mulai mengenang masa kecilnya membuat Ode tersenyum tipis melihat senyuman terukir di wajah yang selalu terlihat kesal tiap melihatnya itu.

Tanpa disuruh Ode, cewek itu mulai menceritakan masa kecilnya uang bahagia. Bahkan Yerisha menyebutkan beberapa nama temannya yang ia ingat tentu saja. Obrolan masa kecil membuat Yerisha merasa sedang kembali ke masa lalu. Terlebih taman mereka berada menjadi salah satu saksi masa kecilnya yang indah.

"Aku iri," sahut Ode saat Yerisha menyelesaikan ceritanya dan keheningan menjadi teman mereka.

"Untuk?"

"Kamu punya banyak teman. Punya kenangan masa kecil yang bisa diceritakan."

"Memang kamu nggak punya?" balas Yerisha menyipit.

Ode menggeleng. Cowok itu tertunduk, menghindari tatapan Yeri.

"Bohong."

"Aku nggak bohong. Begitulah faktanya. Aku nggak punya teman. Bisa dibilang Dery adalah yang pertama yang bersedia menjadi temanku." Ode mulai mengenang pertemuannya dengan Dery. Mereka sama-sama termuda di angkatan mereka, Dery yang humoris dan nyleneh nyatanya mampu membuat Ode menerima tawaran cowok itu untuk berteman.

Yerisha merasakan ada guratan kesedihan di wajah Ode. Jadi cowok itu serius soal ucapannya? Yerisha enggan untuk mempercayai tapi ucapan Ode tak terdengar seperti sebuah dusta.

"Pasti kamu nakal dan pembuat onar makanya nggak ada yang mau temenan sama kamu. Hayo ngaku," tuduh Yerisha yang disenyumi oleh Ode.

"Apa tampangku terlihat seperti troublemaker buatmu?"

"Zaman sekarang nggak bisa menilai dari tampang aja. Banyak kok penjahat di luar sana ganteng."

"Jadi kamu mau bilang aku ganteng?" Ode balik bertanya dengan senyuman penuh makna.

Yerisha tersentak, sedikit melotot lalu membuang muka. "Jangan ke-pedean kamu."

"Bukan aku yang bilang. Tapi kamu yang bilang kan aku ganteng."

"Oh ya mana buktinya? Ada bukti yang real nggak aku ngomong gitu? Rekaman suara mungkin."

Ode terdiam. Bukti? Mana punya dia seperti itu.

"See? Nggak ada kan. Jadi jangan ke-pedean deh."

"Oke. Aku salah."

Pada akhirnya Yerisha terlalu gengsi menyanjung cowok itu sementata Ode yang lebih memilih mengalah. Setidaknya saat itu Yeri mau berbicara panjang lebar dengan Ode.

"Ode sayang," panggilan mamanya membuat Ode kembali ke dunia nyata, meninggalkan lamunannya tentang pembicaraannya dengan Yerisha.

Ode memberesi kotak P3Knya lalu bangkit menghampiri mama yang berada di ambang pintu.

"Iya, Ma."

Bukan jawaban yang Ode terima melainkan sebuah pelukan hangat dari sang mama. "Terimakasih ya, sayang. Terimakasih sudah menjaga Yerisha."

Mama begitu lega keberadaan Ode di sisi Yerisha membuatnya sangat lega.

"Aku kan sudah janji, Ma."

"Iya, Sayang. Mama berterimakasih dan merasa beruntung ada kamu."

Ode tersenyum tipis.

Untuk pertama kalinya dia merasa kehadirannya berharga untuk orang lain. Bukan caci maki seperti yang biasa ia dengar.





-tbc-

Hayo jangan bosen ya nerima notif dari ceria ini. Aku rasanya pengen ngegas biar sampai ke konflik tapi—kutahan dulu wkwkwk

Nikmati aja sebelum badai datang.

Aku nggak punya ekspektasi tinggi waktu nulis ini karena aku memakai cast xiaojun yg masih jarang ditemui di dunia oren. Dan untuk Yeri, ini pertama kalinya aku berhasil nulis cerita Yeri sampai sejauh ini hiksss.

Thank you untuk 2k readernya ^^

Thank you untuk 2k readernya ^^

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ODE TO YOUWhere stories live. Discover now