~ 9. Arletta Aiza ~

271 50 73
                                    

Jadikanlah Allah dan juga Al-Qur'an sebagai tempat untuk mencurahkan segala kesedihan dan kebahagianmu.

Arletta Aiza

.

.

.

Beberapa hari yang lalu, Aiza sudah kembali ke Malang setelah menikmati indahnya Pulau Lombok. Sekarang Aiza tengah berjalan menuju toko buku yang kebetulan sangat dekat dengan sekolahnya. Aiza berjalan sambil menikmati pemandangan sore hari. Tanpa Aiza sadari seseorang memeluknya dari belakang.

"Woy! Lepasin!" Aiza berusaha melepaskan pelukan orang itu dan syukur saja Aiza bisa melepasnya. Aiza pun memutar badannya ke belakang.

"Vi Vino?" Aiza terkejut, bagaimana bisa Vino melakukan ini padanya? Setau Aiza, Vino adalah anak yang baik dan tidak pernah berani memeluk perempuan yang bukan mahramnya.

"Iya, ini gue Za, kok lo kaget sih?" Tanya Vino sambil tersenyum dan memasukkan tangannya ke dalam saku celana.

"Kenapa lo peluk gue hah?" Tanya Aiza balik. Di seberang sana Bara sedang menahan emosinya saat melihat Vino memeluk Aiza. Hatinya tentu saja sakit. Dia tidak ingin Aizanya menjadi kotor karena dipeluk oleh seseorang yang bukan mahramnya.

Vino pun mengeluarkan tangannya dari saku celana lalu mengelus pipi Aiza yang tentu saja langsung ditepis oleh empunya.

"Vino!" Bentak Aiza lagi dan buukk! Sebuah pukulan mendarat di pipi Vino. Aiza terkejut saat melihat Bara yang menjadi pelakunya. Vino pun bangkit dan membalas pukulan Bara. Tanpa Aiza ketahui ternyata Vino juga  membawa beberapa orang yang mungkin menjadi anak buah Vino.

"Lo bawa mereka ke tempat yang udah gue tunjukin tadi," perintah Vino. Mereka pun membawa Aiza dan Bara ke dalam mobil dan melajukan mobilnya ke sebuah rumah kosong.

Setelah sampai, salah satu anak buah Vino yang memegang Aiza pun melepas Aiza tetapi dua lainnya masih menahan Bara dalam genggaman mereka. Vino pun datang dengan penampilan yang acak-acakan.

Buuukk!
Buuukk!
Buuukk!

Tiga pukulan mendarat sempurna di perut dan pipi Bara. Dia ingin melawan tetapi buru-buru ditahan oleh anak buah Vino. Aiza hanya bisa menangis dan sesekali menyuruh Vino untuk menghentikannya. Jika Aiza mau Bara selamat Aiza harus menuruti satu permintaan Vino.

"Vin! Please lepasin Bara! Vino!" Aiza memohon-mohon kepada Vino namun tidak dihiraukan sejak tadi. Sekarang Bara sudah seperti samsak bagi Vino.

"Gue akan lepasin Bara kalau lo mau turutin satu permintaan gue."

"Okey, gue akan turutin, tapi apa permintaan lo?"

"Lo jadi pacar gue," ucap Vino lalu menghentikan pukulannya.

"Hah?"

"Masih gak mau? Ya udah kalau gak mau. Setelah ini lo gak akan bisa liat Bara lagi," ancam Vino.

"O okey, gue akan jadi pacar lo dengan dua syarat."

"Apa?"

"Lo harus bawa Bara ke rumah sakit dan lo gak boleh pegang tangan ataupun pipi dan kening gue!"

Arletta Aiza Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang