Anak Adopsi

27 6 0
                                    


Selamat membaca dan selamat berimajinasi 😊😉

¤¤¤¤

Clara yang sedang mencoba untuk memejamkan matanya, kini malah terkejut dengan kedatangan ayahnya yang sudah berdiri tepat di pintu kamarnya dengan tatapan seperti memburu sesuatu.

"Pa-papah."

Plakkk!

Pak Jeky menghampiri Clara dengan memberinya tamparan keras."Anak gak tau diri!"

"Sshh ... pahh aku bisa jelasin, ini semua gak sep-"

"Diam!!" Dengan suara yang besar, papahnya membentak Clara sampai ia terdiam menghela nafas pasrah.

"Ikut papah!!" Pak Jeky mencekal tangan Clara cekat, ia terus menariknya. Entah apa yang akan pak Jeky lakukan terhadap anak bungsunya ini.

"Mas ... mau dibawa ke mana Clara? Udah jangan kasar begini, kita bisa selesaikan secara baik-baik mas, kasian Clara...."  Bu Nira berusaha mencegah suaminya itu.

Pak Jeky menghentikan langkahnya, ia menatap tajam istrinya."Ini akibat kamu terlalu memanjakan dia! Sekarang saya akan memberi pelajaran kepada anak ini!!"

Clara terus meronta. Tapi apalah daya, kekuatannya tidak sebanding dengan papahnya.

"Pergi kamu dari sini!!"

Clara tersungkur tepat di depan pintu masuk rumahnya. Semua mata yang melihat kejadian itu sungguh tak percaya, Pak Jeky mengusir anaknya sendiri.

"Om, ini gak baik. Kenapa om malah ngusir Clara, dia lagi hamil." Yora berusaha membujuk Pak Jeky karena tindakannya ini salah.

Clara hanya diam ia terus menangis dengan tatapan memohon kepada papahnya."Pahh maafin aku ... hiks."

"Ini cara kamu berterima kasih pada kami, huh! Dasar anak gak tau di untung! Kami sudah dengan senang hati mengangkatmu sebagai anak, tapi apa ini? Kamu malah mengotori nama baik keluarga kami!!" jelas Pak Jeky memaki anaknya yang masih tersungkur itu.

Tangisan Clara sontak terhenti, apa papahnya ini salah bicara?

"Pah ... maksud papah apa??"

Bu Nira mencoba membuat suaminya tenang, ia jangan sampai mengatakan yang sebenarnya pada Clara. Tapi semuanya terlambat."Kamu itu hanya anak adopsi! Dan sekarang kamu pergi dari sini!"

Clara menundukan kepalanya, tangisannya semakin pecah di sana. Ia tidak percaya semua ini akan terjadi.

Kenzo yang baru saja datang, ia langsung membantu Clara berdiri dan menanyakan apa yang terjadi."Ada apa ini? Kenapa kalian semua di luar?"

Pak Jeky mengusap wajahnya kasar,  tidak seharusnya ia memberi tau yang sebenarnya.

"Kenapa kalian malah diam?!" Kenzo semakin penasaran.

"Kak ... aku harus pergi, hiks." Clara menatap sendu wajah kakaknya. "Kenapa? Kenapa kamu harus pergi?"

Clara menyeka air matanya, ia tidak sanggup mengatakan ini."Karena aku bukan bagian dari keluarga ini ... hiks."

Kenzo terkejut. Tapi ia tidak percaya, ia yakin semua ini hanya omong kosong."Kamu jangan ngomong gitu, ini keluarga kamu!"

"Bukan!" Pak Jeky menyergah ucapan Kenzo.

"Maksud papah apa??"

"Dia hanya anak adopsi, dan sekarang papah mengusirnya karena dia telah mempermalukan keluarga kita!"

Clara menunduk malu, ia harus pergi sekarang. Langkahnya terlihat lunglai dengan keadaan kacau, ia tidak perduli panggilan dari kakaknya itu.

Kenzo ingin mengejarnya, tapi ia ditahan oleh papahnya. Dan Bu Nira, ia hanya menangis di pelukan Yora, ia tak sanggup melihat kepergian Clara, ia juga tidak bisa membantah apa kata suaminya.

¤¤¤

"Pagi kak," seru Yora sedikit memberi sapaan pada Justin di pagi hari yang cerah ini. "Pagi juga, Ra." Justin memberi senyuman tulus pada adiknya, mereka sekarang sudah kembali ke rumah mereka.

"Loh, kamu mau ke mana? Pagi-pagi udah rapih begini," lanjutnya heran dengan penampilan Yora yang keliatannya ia akan pergi sepagi ini.

"Kebetulan hari ini hari libur, jadi Yora mau pergi cari Clara kak."

Justin menatap tidak tega pada adiknya itu, ia tau kalau Yora pasti memikirkan perkataan Clara waktu itu yang mengatakan bahwa semua ini adalah salahnya. Tapi semua belum terbukti benar, dan entah apa penyebabnya hingga Clara menuduh Yora seperti itu.

"Ya udah, Yora berangkat dulu, ya. Dahhh ... Kak." Ternyata sudah ada Kenzo di luar sedang menunggunya.

Semalam Kenzo juga sempat mencari Clara tanpa sepengetahuan papahnya, tapi Clara belum ditemukan juga.

"Kita mulai cari Clara dari mana, Ken?"

"Kita ke rumah teman-temannya," ujar Kenzo nampak terlihat sedih.

Beberapa rumah teman-teman Clara sudah mereka datangi, tetapi Clara masih tetap tidak ada. Kenzo mulai pasrah dan tidak tahu harus bagaimana lagi. Walaupun ia sudah ikhlas menerima kenyataan kalau Clara memang bukan adik kandungnya, tapi Kenzo tetap menyayanginya dan akan menganggap Clara selayaknya adik kandungnya sendiri.

"Clara, kamu dimana...." Lirihan Kenzo terdengar sangat tidak bersemangat. Ia sesekali mengusap wajahnya kasar karena bingung.

Yora yang melihat itu jadi tidak tega. Pikirannya mengatakan kalau ia harus memberi tahu Ken yang sebenarnya."Umm... Ken?" Clara menoleh,"kita lanjut cari ke rumah Firly aja."

"Firly?" delik Kenzo,"siapa dia?"

Yora sedikit menghela nafas sebelum menjelaskan semuanya."Firly itu salah satu temen gue. Dan dia juga yang sudah...." Ucapan Yora menggantung."Menghamili Clara," lanjutnya pelan.

"Apa?!!" Kenzo membuang wajahnya dengan muak."Kenapa lo baru kasih tau gue?"

"Gue ta-"

"Ouh, apa jangan-jangan ini rencana lo? Buat ngehancurin gue lewat Clara?!" Kenzo menyergah ucapan Yora.

Yora melongo, kenapa Kenzo jadi menyalahkan dirinya."Ko jadi gue yang disalahin? Gue udah kasih tahu lo yang sebenernya, dan lo malah nuduh gue?! Ken, lo tau sendiri kan? Gue lagi berusaha berubah jadi baik dan pastinya gue gak mungkin lakuin itu! Apa untungnya juga buat gue!"

"Jelas ini untung buat lo! Karena maksud dari rencana lo ini agar lo bisa balas dendam sama gue! Bener, kan? Waktu itu lo juga bilang, tamparan lo yang bolak-balik itu masih gak ada apa-apanya dengan semua perlakuan gue ke lo. Dan lo lakuin ini, supaya lo ngerasa cukup buat balas dendam sama gue! Gue tahu itu!"

Raut wajah Yora semakin tidak terkontrol. Ia geram bahkan marah dengan Kenzo yang terus mengira dirinya yang tidak-tidak."Ken! Itu masalah dulu, udah lama. Kenapa lo ungkit-ungkit lagi, sih!"

Kenzo tidak menjawabnya, bahkan menatap Yora pun tidak. Dia hanya menumpu kepalanya dengan tangan yang ia tenggerkan pada jendela mobil sembari menatap tajam ke depan.

"Harusnya lo percaya dan dukung gue untuk bener-bener berubah! Tapi ternyata lo malah jatuhin niat baik gue untuk berubah. Gue jadi males sama lo! Dari dulu lo emang nyebelin!" Yora dengan kasar membuka seatbelt-nya dan turun dari mobil Kenzo begitu saja.

Emosi Yora sudah tidak bisa di kendalikan. Kenzo benar-benar membuatnya down. Di saat Yora mau berubah dengan sungguh-sungguh, ada saja yang membuat hatinya jadi ragu untuk melakukan itu."Ternyata jadi orang baik lebih gak dihargai!"

Kenzo tetap diam, sama sekali dia tidak menyesali semua tuduhannya. Ia hanya melihat Yora dari dalam mobilnya yang sedang menghentikan taksi.

Tomboy's PatnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang