Acara

23 3 0
                                    

Satu minggu sudah berlalu. Tepat di hari sabtu ini, acara pernikahan Clara dan Firly akan terlaksana. Begitu juga pertunangan Kenzo dan Yora. Pak Jeky memilih acara yang terlihat sederhana saja tanpa adanya media, hanya dilaksanakan di rumah dengan mengundang keluarga, teman dekat, dan beberapa tetangganya.

Yora dan Justin pun sudah datang dari pagi, ia harus bersiap diri untuk puncak acaranya nanti. Namun, Yora malah terus mengembuskan napas untuk terlihat tenang. Sepertinya ia gugup, atau mungkin lebih tepatnya tidak siap.

"Kak, Yora gak berani keluar," ujar Yora pada Justin. Karena dari tadi Justin menemaninya di kamar, menunggu Yora bersiap dengan polesan make up yang tidak biasa Yora gunakan.

"Kenapa?" tanya Justin mengernyit.

"Di luar banyak orang, Yora malu. Apalagi, kalau mereka tahu Yora masih sekolah. Pasti mereka akan berpikir yang tidak-tidak," adu Yora dengan menggigit bibir bawahnya takut.

"Aku yang lebih malu, Kak!" Tiba-tiba seseorang datang dan langsung berseru seperti itu. "Aku sudah berbadan dua dan menikah di usia muda. Mereka juga tahu aku masih sekolah. Jadi, di sini aku yang akan lebih banyak mendapat kotoran di wajah!" Clara berucap dengan tegas, ia menatap sinis pada Yora.

"Sudah, sudah. Ini hari istimewa, harusnya kalian bahagia," lerai Justin menengahi keduanya. "Lebih baik sekarang kalian turun, acaranya lima menit lagi akan dimulai."

"Baik, Kak Justin. Lagipula, aku ke sini disuruh Mama, agar Kak Yora cepat turun. Pernikahanku akan segera berlangsung." Setelah itu, Clara berbalik badan dan pergi lagi keluar kamar.

Terdengar hembusan napas berat keluar dari mulut Yora. Ia sungguh tidak menyangka akan dibenci oleh Clara seperti ini.

"Ayo, Ra." Justin meraih tangan Yora, mengusapkan sejenak disertai senyuman tulus. Itu berhasil membuat Yora sedikit tenang sekarang.

>><<

Terlihat pendeta sudah mulai membacakan sesuatu di depan kedua mempelai, memberi mereka restu dan doa-doa lainnya. Clara dan Firly juga terlihat senang, mereka terus saling tatap di hadapan para tamu yang datang.

Sedangkan, Yora malah meremas gaun biru mudanya itu. Di sisi kananya terdapat Kenzo dengan penampilan jas biru tua yang sedang sibuk menyaksikan pernikahan adiknya. Di sisi kiri Yora, ada Justin yang juga anteng-anteng saja dengan tangan bersedakap di dada. Yora sungguh terhimpit, pikiran untuk melarikan diri sepertinya akan sia-sia.

"Sekarang kalian berdua sudah sah menjadi sepasang suami istri." Itulah kalimat akhir yang dilontarkan sang pendeta, membuat gaduh ruangan dengan tepuk tangan semua orang.

Clara dan Firly saling menatap dengan senyuman bahagia, lalu sebuah ciuman berhasil mendarat di bibir ranum Clara. Membuatnya sedikit terkejut karena aksi Firly yang bisa-bisanya melakukan itu di depan para tamu.

Firly sejenak melepaskan ciumannya dan berucap, "Your my wife." Kalimat pendek itu membuat pipi Clara merah merona. Detik berikutnya, Firly kembali melumat bibir istrinya. Ia sama sekali tidak memberi celah untuk Clara berbicara.

"Sekali lagi, beri tepuk tangan yang meriah bagi pengantin baru ini!" seru sang pembawa acara dengan kencang. Jika saja pembawa acara itu tidak bersuara, mungkin Firly tidak akan menghentikan aksinya. "Silakan, Kenzo dan Yora untuk maju ke depan."

Pandangan Yora dan Kenzo beradu, terlihat masing-masing mata memberikan kesan berbeda. Yora yang menatap Kenzo dengan kesal, dan sebaliknya tatapan Kenzo hanya datar. Tanpa diduga, Kenzo meraih tangan Yora lalu segera berdiri membawa gadis itu maju. Membuat Yora geram karena dia lagi-lagi bersikap seenaknya.

Tomboy's PatnerWhere stories live. Discover now