Fake Friend

59 45 1
                                    

Selamat membaca dan selamat berimajinasi😉😊

¤¤¤¤

"Arghh berisik banget sih! Dasar tetangga cengeng! Gue labrak juga nih!" Richard seraya keluar, karena istirahatnya merasa terganggu oleh suara sesuatu di luar rumahnya.

"Hehh siapa lo?! Jangan nangis di depan rumah orang, woy! Ganggu aja!!"

Sosok yang tengah duduk dengan tangan bersedekap memeluk lututnya itu pun menoleh. Sontak Richard terkejut, dia tidak asing lagi."Yora?! Lo kenapa??" Richard menghampirinya.

"Rii ... hiks...." Tangis Yora semakin pecah dengan mata yang mulai sembab dan memerah. "Jangan di sini, Ra. Ayo masuk." Richard memapah Yora dengan ke dua tangannya, dan mendudukannya di sofa ruang tamu lalu memberikannya minum.

"Ko lo kacau begini sih, Ra! Ada apa sama lo, huh?! Lo digangguin lagi sama senior itu?" Richard sudah tak sabar ingin mengetahui apa yang terjadi dengan Yora. Tapi respon Yora hanya menggeleng, Richard pun bingung. Jadi sebenarnya Yora kenapa?

Richard mencoba tenang ia tidak mau malah semakin membuat Yora kalut."Lo gak mau cerita sama gue?" Dengan senggukan yang belum reda Yora menceritakan apa yang terjadi, Yora pikir dengan begini ia akan lebih tenang. Karena biasanya juga kalau dia menenangkan diri pasti di rumah Richard ini.

Tidak ada raut kaget ataupun belas kasihan dari wajah Richard, ia hanya bersikap biasa setelah tau apa yang terjadi. Entah apa yang ada dipikiran Richard saat ini.

"Ya udah, mending lo istirahat aja dulu." Richard  pun membawanya ke kamar yang biasa Yora tempati saat dia menginap disini.

'Gue tau, Ra ... cepat atau lambat lo pasti bakalan dateng ke gue dan jadi milik gue' Batin Richard menyeringai kala ia menutup pintu kamar Yora.

>>><<<

Ceklek!

Mendengar suara knop pintu telah di buka, Yora yang hanya merunduk dengan tangisnya itu pun mendongak. Ternyata Richard yang masuk. Tapi dia sepertinya baru saja selesai mandi. Lihat saja, rambutnya yang masih basah dengan telanjang dada juga handuk yang bertengger di pundaknya dan ia hanya memakai celana boxer saja.


"Ck! Lo masih nangis aja, Ra!? Udahlah lo ikhlasin aja, lagian lo harusnya seneng dong mereka pergi. Secara ... sekarang lo jadi bebas." Dengan entengnya dia bergumam sembari mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuknya itu.

Aktivitasnya terhenti ketika Richard mendapat respon yang aneh dari Yora."Apa lo bilang?! Lo gampang banget ya ngomong kaya gitu! Apa sedikit pun lo gak ikut berduka atas kematian orang tua gue, huh?! Harusnya lo itu ngehibur sahabat lo ini!!"

Yora geram dengan ucapan Richard tadi, ia berucap dengan penuh penekanan juga tatapan tajamnya seraya berjalan mendekati jendela dan menyilangkan ke dua tangannya.

"E-um ... sorry, gue gak bermaksud." Richard gugup. Tapi tak ada respon dari Yora, ia hanya menatap kosong keluar jendela dengan terus menyeka air matanya.

Spontan Yora menggeliap ia kaget secara tiba-tiba ada tangan kekar yang melingkar di pinggangnya juga leher seseorang yang bertaut dipundaknya."Apa dengan begini lo bisa lebih tenang, Ra?" ucap Richard sedikit berbisik di telinga Yora. Ternyata Richard memeluknya dari belakang.

Dengan cepat Yora melepaskan tangan Richard dan segera berbalik badan menghadapnya."Brengsek!! Lo apa-apaan sih!!"

"Katanya lo mau gue hibur! Ya anggap aja itu hiburan dari gue."

Tomboy's PatnerWhere stories live. Discover now