PART 14 SUKA KAMU

12.6K 2.5K 90
                                    


Aku tuh beneran takut tahu, makanya tadi sempet nangis pas Hyun Ki bilang satu kamar. Aku masih lugu dan polos meski aku sudah dewasa. Tahu sendiri punya dua kakak laki-laki yang over protective dan papa yang selalu bilang ' Lusi jangan pacaran, awas aja ya.' Gitu udah buat aku beneran jadi cewek alim. Makanya aku tuh nyaman sama orang yang aku suka, contohnya kayak...ah jangan ingat-ingat dia lagi nanti aku makin gak bisa move on. Udah deh tutup laptopnya. Sekarang aku baru saja bangun tidur. Beneran Hyun ki membiarkan aku tidur siang di dalam kamar hotel ini. 

Menggeliat dan kini berusaha untuk duduk dan mengusap mataku. Ini sudah pukul berapa sih? Aku menoleh ke sampingku dimana ada nakas di sana dan ponselku sudah tergeletak di sana. Segera aku meraih ponselku dan menatap jam yang ada di sana, sudah pukul 16.00 aku belum shalat ashar. Aku langsung turun dari atas kasur dan kini  beranjak berdiri. Segera menuju kamar mandi dan mengambil air wudhu. Setelahnya aku segera menuju tas ranselku dan mengambil mukena yang aku bawa. Lalu menatap petunjuk kiblat yang biasanya ada di atas berupa tanda panah. Nah ketemu, tanda panah warna ijo itu menunjukkan arah kiblat. Segera aku membentangkan sajadah dan shalat. 

**** 

"Udah bangun?"

Suara itu membuat aku menoleh, aku baru saja selesai melipat mukena saat pintu kamar terbuka. Hyun Ki tampak menatapku dengan wajah ceria. Dia selalu saja tersenyum yang membuat aku sedikit rileks. 

"Udah, Mas Oppa darimana?"

Aku beranjak berdiri dan kini melangkah ke arah kasur lagi. Duduk di tepinya lalu menatap Hyun Ki yang sudah masuk ke dalam dan meletakkan kunci mobil di atas nakas. Dia lalu duduk di sebelahku.

"Kangen sama aku?"

Tuh kan.. aku langsung menggelengkan kepala dan mengerucutkan bibir. Dia kembali tersenyum lalu menepuk kepalaku.

"Habis berenang, tadi gerah banget."

Mendengar jawaban Hyun Ki aku melihat rambutnya yang basah dan memang berantakan. Biasanya padahal tersisir dengan rapi. Refleks aku mengulurkan tangan dan menyisirkan tanganku di rambutnya yang membuat dia terkesiap. Tersadar aku segera menarik tanganku.

"Maaf. Habis gemes kalau liat rambut acak-acakan gitu."

Aku kini bergeser sedikit untuk menjauh darinya. Aku tidak nyaman harus berada sedekat ini dengannya. Jantung berdegup kencang, badan terasa panas dan bulu kuduk meremang. Duh kayak ketemu apa aja ya?

Dia kemudian tersenyum lalu menyugar rambutnya yang basah itu.

"Dek, kamu beneran masih takut sama aku?"
Mendengar pertanyaannya aku kini bersedekap dan menaikkan kedua kakiku ke atas kasur. Lalu berbalik untuk menatapnya.

"Bukan gitu. Tahu sendiri, aku tuh sejak kecil terlalu dijaga sama papa. dan kakak kembarku itu. Mana pernah aku bisa deketan ama cowok. Orang dari kecil nih ya, kalau main ama temen cowok gitu, wah pulangnya bisa kena omel papa panjang kali lebar. Terus kakak kembarku yang suruh nemenin aku main. Lah mana asyik ya?"

Hyun Ki mendengarkan aku dengan seksama. Dia bahkan menunggu aku untuk mengatakan sesuatu lagi.

"Jadi ya aku begini, takut kalau deket-deket cowok, intinya itu. Bukan sama mas oppa aja sih, sama semua cowok. terkecuali keluargaku sendiri."

Hyun Ki kini mengganggukkan kepalanya dan sepertinya paham. Tapi kemudian dia menatapku dan mengernyit.

"Salut sama didikan keluarga kamu. Sungguh, aku ingin menjadi bagian dari keluarga kamu sudah sejak lama. Sejak appaku memperkenalkanku dengan papa Aslan dan beliau menceritakan semua anak-anaknya. Aku kagum dengan papa Aslan karena bisa jadi tegas dan mendidik dalam keluarga yang taat. Sedangkan aku sendiri, kamu tahulah..."

Hyun Ki kini tampak menghela nafas, matanya beralih dariku dan menatap langit-langit kamar.

"Hidup di sana itu sangat berbeda dengan di sini. Pergaulan kami mungkin..."Hyun Ki diam dan kini kembali menatapku.

"Kamu tidak kecewa kan sama aku?"

Aku mengernyit mendengar ucapannya tapi kemudian kuanggukan kepala membuat wajah Hyun Ki berubah muram.

"Iya kecewa, habisnya kamu kan bukan cowok idamanku. Kamu terlalu putih untukku."

Jawabanku membuat Hyun Ki kini tersenyum lalu menepuk kepalaku lagi.

"Bukan itu maksudku. Yang aku maksud, aku bukan sesuci seperti kamu."

Ucapannya langsung membuat aku paham, kini aku beringsut mendekat dan mencondongkan tubuhku.

"Maksud kamu pernah pacaran sama cewek dan ehmmmmm..."

Hyun Ki langsung menganggukkan kepala. Tapi kemudian menggelengkan kepala lagi. Dia tiba-tiba mendekat ke arahku membuat aku memundurkan tubuhku dan bersandar di dinding kamar. Tangannya terulur untuk menyentuh wajahku. Tangannya saja sangat halus dan lembut.

"Iya aku pernah pacaran, dan yah orang pacaran itu bagaimana?"

Lah dia kok malah nanya, aku kan belum pernah pacaran coba?

"Ciuman?"

Mulutku memang ya, malah nanyain hal yang sepele begitu. Ya namanya pacaran pastilah ciuman ya?

Hyun Ki menganggukkan kepala, tangannya sudah membelai bibirku membuat aku tambah tidak bisa bergerak.

"Ehmmm bercinta?"

Aku menelan ludah menanyakan hal itu, tapi kini Hyun Ki langsung menggelengkan kepala.

"Enggak. Aku belum sampai ke sana, tapi bermesraan itu pasti. Intinya,.."

Hyun Ki kini menghela nafas dan wajahnya sudah sangat dekat dengan wajahku. Nafasnya yang hangat berhembus di depanku.

"Aku sudah lebih berpengalaman daripada kamu, aku tidak sesuci kamu yang belum pernah tersentuh oleh seorang pria. Jadi aku merasa ehmmm punya kewajiban moral mengatakan ini kepadamu. Semoga kamu masih bisa menerima apapun aku ya? Karena aku suka sama kamu."

Deg

Lah dia ngomong apa sih? Kok aku gak mudeng ya? Emak otakku lemot kayaknya ini didepan bibir merah menggoda dan nafas berbau mint segar. 


BERSAMBUNG

DUUUHH KETIK APA TO IKI WKWKWKWK ABSURD ABSURD HADEH

SARANGHAE IMAM-KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang