PART 11 BEDA

12.9K 2.5K 97
                                    


Aku langsung menutup handuk yang aku pakai untuk menutupi tubuhku. Ini tuh ceritanya aku habis mandi gitu, entah kenapa jadi gerah sejak main lari-larian sama si kembar di taman dekat kolam renang tadi. Terus aku berpamit ke kamar, dan tahunya kan Hyun Ki gak ikut ke sini. Eh sekarang dia malah sedang duduk di atas kasur lengkap dengan matanya yang menatapku.

"Woiii siapa suruh masuk?"

Aku langsung panik saat melihat Hyun ki hanya mengernyit melihat aku yang hanya terbalut handuk sampai menutupi paha ini. Merutuki diri sendiri karena tadi juga gak mengenakan jubah handuk yang ada di dalam. Kan tadi Hyun Ki lagi asyik berbicang sam dua kakak kembarku itu.

"Aku capek dek. Mau bobok."

Dia menepuk bantal dan langsung membaringkan tubuhnya ke atas kasur. 

"Ih keluar dulu kenapa? Lusi mau ganti baju."

Aku menuju lemari pakaian yang tersedia. Untung saja mama tadi sudah membawakanku satu koper bajuku yang langsung aku pindah ke lemari. Kan juga tahu kalau masih diwajibkan tidur di sini. Istilahnya Mas Atma itu memadu kasih, dan abang Serkan itu cipokan lebih lama gitu. Gila kan?

"Gak usah malu deh, kamu kan istriku. Lagipula kalau kayak gitu udah sering lihat."

Lah.. owh.. jadi gitu? Hyun ki sudah memejamkan matanya setelah menjawab itu. Tentu saja aku emosi. Jadi dia emang sering lihat paha ayam gini toh? Aku segera mengambil bajuku dan berderap melangkah ke arah kamar mandi lagi. Nyebelin. Aku gak mau suami yang sudah melihat paha-paha berterbangan dan semua yang dipamerkan. Setelah selesai memakai kaos oblong dan juga celana training, pakaian yang sangat nyaman kukenakan jika aku di rumah. Aku keluar dari dalam kamar mandi.

"Mas oppa."

Aku langsung memanggilnya dan dia membuka matanya. Dia tampak terkejut dan kini duduk tegak di atas kasur. Masih menatapku lekat.

"Kamu cantik. Rambutmu panjang ya?"

Astaghfirullah.

Saking emosinya aku lupa kalau gak memakai kerudung. Rambutku yang panjang sepinggang ini memang aku biarkan tergerai karena habis keramas dan masih basah.

"Aih..."

Refleks aku langsung menyentuh rambutku tapi Hyun Ki malah tersenyum.

"Gak usah malu. Bukannya aku sudah bilang..."

Nah ini emosiku naik lagi. Tak memedulikan diriku yang tidak memakai kerudung, aku langsung berderap dan duduk di tepi kasur.

"Maksudnya apa sering lihat paha ayam?"

Tentu saja Hyun Ki melongo mendengar ucapanku. Dia menggaruk-garuk rambutnya.

"Paha ayam apa? Aku gak doyan paha ayam, doyannya kulitnya aja."

Tuh kan maalh ngomongin ayam? Emang ini mau makan opor ayam apa?

"Haish, ini loh maksud Lusi itu pahanya Lusi. Nah, tadi mas oppa lihat kan? Udah biasa iya lihat paha-paha berterbangan?"
Hyun Ki kini mengernyit tapi kemudian paham dengan ucapanku.

"Owh paha itu."

Dia lalu tersenyum dan mengusap kepalaku. Lah kenapa sentuh-sentuh coba? Aku langsung memundurkan tubuhku. Menjauh.

"Lusi bukan kucing ya, jangan usap-usap kepala."
Hyun Ki tampak melongo tidak paham ucapanku. Lalu dia mengangkat bahu.

"Maksud oppa itu, di Seoul sana sudah biasa lihat kayak gitu. Jadi oppa gak kaget, tapi kalau boleh jujur, oppa senang kamu mau buka kerudung dan..."

"Terus mas oppa mau bandingin aku sama pahanya sana? Ckkckckk enak paha ayam maassss."

Aku mengomel tidak jelas memang, duh aku ini ngapain ya? kenapa aku marah kalau dia lihat yang seksi-seksi? 

"Dek, kamu kenapa marah-marah terus?"
Pertanyaannya itu membuat aku diam. Iya ya kenapa aku marah-marah? 

Saat aku diam itulah tiba-tiba Hyun ki turun dari atas kasur, lalu mengambil handuk kering dan meletakkan di atas kepalaku.

"Ini harus dikeringkan, biar gak pusing."
Eh dia ngapain coba?

"Mas udah ih..."

Tapi Hyun Ki tetap mengeringkan rambutku, lalu dia menuju make upku yang ada di atas nakas. Mengambil sisir dan kini mulai menyisiriku, helai demi helai.

"Dek, oppa kan cuma ingin mengenal kamu lebih dekat. Apa salahnya kita gak saling tarik otot terus? Jadi mau ya gencatan senjata?"
Dia membuat aku menoleh ke belakang, dan dia masih serius menyisiriku. Dia manis loh kayak gulali.

'Eheeemm, tapi Lusi gak mau loh ngomongin paha-paha lagi. Inilah Lusi, gak mau pamer gitu sembarangan. Wanita itu harus dihargai. Wanita itu menutup aurat adalah kewajiban. Lagipula menjaga wanita dari nafsu syaiton. Mas oppa gak nyesel kan nikah sama Lusi?"
Aku langsung berbalik dan menanyakan hal itu kepada Hyun Ki.

Dia langsung tersenyum dan membungkuk. Mata kami saling bertatapan.

"Aku tidak pernah kecewa dengan wanita jodohku. Apalagi kamu, bidadariku."

BERSAMBUNG

 Yeaiii segini dulu yeee ramein dulu yuk

SARANGHAE IMAM-KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang