THANK YOU

51 6 10
                                    

Entah kenapa, kadang, tanpa alasan, aku jadi kangen dengan berbagai hal sepele.

Tirai jendela kelas yang berterbangan di embus angin.

Cahaya matahari keemasan yang menyelinap di antara dedauan pohon di sebelah ruang kelas.

Ruang kelas yang sepi.

Kursi yang di rapatkan ke sudut-sudut kelas.

Sapu dan alat pel yang dikeringkan di depan pintu kelas.

Lalu kita.

Aku yang tiduran di tengah kelas.

Kalian yang menertawakan pose tidurku yang aneh.

Alia duduk bertumpu dengan kedua tangannya, lalu kamu di sana, bersandar di daun pintu sambil menatap ke luar.

Kita baru membersihkan ruang kelas karena kebagian jadwal piket di hari yang sama. lalu karena kecapekan, kita duduk santai walau sudah lewat jam pulang, sambil mengobrol tentang hal sepele.

Semuanya sangat sederhana saat itu.

Saat itu kita masih kelas 1 SMA, aku ingat betul. Semuaanya masih seperti masa SMP kita.

Bagiku, hal sederhana itu seperti sudah jadi suatu hal wajar. Hal yang sudah seharusnya terjadi.

Ternyata aku salah.

***

Juni 2014.

"Nonton apa, fa?" tanyaku, lebih karena bosan daripada penasaran. Sejak tadi aku duduk di sebelahnya, sementara dia sibuk menatap layar ponselnya seperti orang yang sedang jaga lilin. Matanya yang bulat besar sampai melotot lebar. "Bokep, ya?"

Alfa, cowok itu melirikku sinis, lalu kembali fokus pada apapun yang sedang ditontonnya sekarang.

"Sori, saya bukan anda." celetuknya, membuatku menyepak kakinya otomatis.

"Sembarangan." desisku, tidak menimbulkan respon apapun dari cowok itu. Setelahnya, aku kembali diabaikan.

Aku melirik ruang kelas yang ramai, lalu melengos.

Sudah seminggu sejak kami masuk SMA dan sudah terlihat beberapa perubahan koloni di kelas ini.

Ada yang membentuk kelompok dan menonton drama korea di sudut kelas. Di sudut lain, beberapa duduk memutar sambil memainkan UNO. Anak-anak yang lain sibuk menyebar di sekitar ruang kelas.

Sementara aku di sini, tidak punya tenaga membentuk kelompok baru selama seminggu terakhir yang berujung pada kualitas hubungan sosialku yang mengenaskan di kelas ini. Ditambah, aku cuma punya Alfa dan Alia sebagai teman satu koloniku dari SMP.

"Haah...," lengosku, menatap kursi kosong tepat di sebelahku. "Alia pake acara sakit lagi. Aku kan kesepian!"

Alfa mengabaikan rengekanku, namun ia menurunkan ponsel dan melepaskan earphonenya. Pandangannya kini berpendar mengelilingi kelas, lalu berhenti pada pintu kelas. Dia segera berdiri kemudian.

"Mau ke mana?" aku menahan bagian belakang seragamnya, membuat cowok itu menepis tanganku sambil mengeluh soal bajunya yang kusut atau apalah.

"Mau ke wc, woy. Apaan, sih tarik-tarik segala!"

"Beliin air sama gorengan dong."

"Gundulmu, beli sendiri sana."

Aku memutar bola mata, "kita tuh gak boleh egois, fa. Sebagai teman kita harus--"

Me and The Forgotten OneTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon