Kim Taehyung, pria yang berpijak di atas muka bumi ini dengan segala kesalahan. Dia telah di tangkap pihak polisi akibat cobaan membunuh temannya.
Jika sesuatu saat dirinya sudah bebas dari kurungan ini..apa kehidupannya akan kembali seperti sediak...
Suara itu bergema menusuk area pendengaran Eunha. Justru dari lenggok suaranya saja Eunha bisa menebak gerangan sosok yang barusan menegurnya.
"Sejak kapan kau berada disitu dan... sejak kapan menguping perbualan orang itu menjadi hobi seorang Kwon Hoshi"
"Kau masih ngegas dengan peringatanku. Asal kau tahu Eunha kalau aku menyampaikan semua ini demi keselamatanmu, sepupumu dan juga Jimin. Makanya dengarkan ucapanku dan jauhi lelaki psikopat itu." Peringatan Hoshi kembali tak dianggap, Eunha malah melewati Hoshi begitu saja lantaran menurutnya menanggapi kalimat Hoshi sungguh tidak mendatangkan faedah bahkan membuang waktunya.
"Aku menghargai nasihatmu Hoshi-ah, tapi untuk saat ini aku tidak membutuhkannya. Setakat ini aku masih mampu mengandalkannya, jadi tidak ada yang perlu kau khawatirkan." Eunha berlalu begitu saja dan menutupi kalimatnya dengan ringkas dan sopan. karena bagaimanapun Hoshi masih antara teman dekatnya yang tak mungkin bisa Eunha abaikan separah Taehyung.
Terlebih Eunha mengerti kalau Hoshi berniat baik, cuman cara teguran lelaki itu yang kurang Eunha gemari.
-000-
Eunha kini sedang berada di kamar, setelah membasuh muka serta mengganti seragamnya Eunha memilih merebahkan diri ke atas kasur empuk miliknya sementara menantikan jam kelas piano-nya bermula. Entah kenapa disaat senggang seperti ini kalimat Hoshi malah tiba-tiba menerpa ingatannya. Tidak dinafikan jika firasat was-was itu masih berakar di dalam diri Eunha karena seperti apapun Taehyung tetaplah manusia yang digariskan sebagai seorang pembunuh.
Bunyi ketukan pada pintu seketika membuatkan lamunan Eunha membuyar. Eunha sekadar mengizinkan masuk tanpa bergerak membuka pintu. Pintu kamar dibuka dan kini menampilkan sosok pelayan yang tengah maju ke posisinya sambil memegangi sebungkus amplop bersama.
"Ini ada surat untukmu, Noona Jung." seru pelayan itu seraya menyerahkan bungkusan pamplet itu pada Eunha.
"Dari siapa?" Itulah pertanyaan yang dikemukakan Eunha sebelum mulai membuka isi amplop-nya.
"Maaf saya tidak memeriksanya terlebih dulu, tapi suratnya benaran dikirimkan untukmu"
"Iya, makasih"
Mata Eunha bergerak membaca alamat pengirimnya dan pasca mengetahuinya, bibirnya otomatis mengukirkan sebuah senyuman. "Ini dari Jihoon" Itulah nama pengirimnya yang memang tidak pernah asing bagi Eunha. Jika masih ingat Jihoon merupakan adik kandung Jimin sekalian satu-satunya darah daging Jimin yang masih tersisa selain Nyonya Park. Hampir kesekian lamanya Eunha menantikan kabar dari anak itu, tapi baru sekarang harapannya terlunaskan.
Eunha mulai mengamati secara detail isi surat tersebut, senyumnya tak sedikitpun memudar setiap kali membaca setiap patah kalimat yang tersirat di dalam surat itu. Sehingga pada rangkap terakhir mulut Eunha berhenti membaca, matanya mengerjap beberapa kali.
Jihoon akan kembali ke Korea.
Jujur Eunha tidak pernah keberatan untuk menyambut kepulangan Jihoon ke kota ini, cuman...ini perihal Jimin. Eunha selalu lantang menyapaikan kabar baik tentang kondisi Jimin dirumah sakit kepada Jihoon tapi pada kenyataannya semua itu tidak berlaku. Justur jika suatu hari anak itu pulang dan menanggapi tiada perubahan pada kondisi Jimin, tentu saja Jihoon bakal kecewa dan menganggapnya seorang pendusta.
"Jihoon-ah, Noona mengharapkan kamu tidak akan pulang dalam waktu terdekat ini... lebih tepat sebelum Jimin benar-benar sehat dan sadar dari koma nya.
- - - - - - Tbc... - - - - - -
* jujur author ny mau mohon maaf kalau alur ny kebanyakan yg embel-embel
tp diperingatkan kalo peran di ff ini masih di peringkat sekolah menengah...jd wajar kn kalo alur ny lumayan berisikan alam persekolahan.
semoga enjoy ama chapter ny
Anyeong!!
К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.