Anya melempar sebutir kacang pada Nara, "sok iye, omongan lo udah kayak apaan aja deh."

Dari pintu masuk, Nara tiba-tiba menangkap sosok Bayu bersama dua temannya, yang satu tidak lain adalah lelaki yang tersenyum singkat ke arahnya pagi tadi. Namun Bayu buru-buru memisahkan diri dan menghampiri Anya dengan senyum mengembang di wajah.

Manis sih, tapi songong. Batin Nara.

"Sorry ya gue tadi kumpul sama anak-anak dulu." Katanya mengawali percakapan dengan Anya.

"Oh iya, gue belum lama juga kok di sini." Jawab Anya basa-basi.

Belum lama apaan? Orang udah habis siomay sepiring. Kutuk Nara dalam hati.

"Kita langsung cabut?"

"Iya."

Bayu tampak membantu Anya mengenakan tas punggungnya dengan sok lembut, membuat Nara sedikit bergidik. Cringe.

"Gue duluan ya, Ra." Pamit Anya.

"Oh ya, Nara. Lo dapet salam dari Adit, itu temen gue yang pakai baju biru."

Nara dan Anya seketika mengernyit bersamaan, seiring keduanya mengikuti arah jari Bayu yang menunjuk satu sosok di meja tengah.

Dia lagi. Laki-laki yang tersenyum itu lagi. Nara menelan ludah, dari tampilan dan wajahnya bisa dipastikan dia bukan laki-laki kalem dan baik.

Pasti kerjaannya clubbing, mabuk-mabukan.

Iya, Nara memang juara satu cabang suudzon.

"Nggak mau titip salam balik, nih?"

Nara menggeleng pelan. Bukannya sombong, tapi menurutnya lebih baik direject dari awal aja daripada kelamaan makin dipepet makin susah nolaknya.

Bayu tertawa singkat, "yaudah kita duluan ya."

Anya melambaikan tangan, dan keduanya pergi menyisakan Nara dengan piring dan gelas kosong, serta tanggungan bayar makan siangnya sekaligus Anya.

Anya sialan!

"Tahu gini gue milih nunggu Rakan biar duit gue utuh!"

***

Bosan, Nara memilih duduk di pelataran mushola utama kampus. Sehari ini ia harus tetap berada di kampus hingga malam, menunggu jadwal kelas yang kejam, tidak ada baiknya sama sekali. Selisih satu jam, atau dua jam, kalau ditunggu bikin capek, kalau ditinggal nanti baliknya susah. Nara kan mageran.

"Sendirian aja?"

Nara menoleh menatap laki-laki berbaju biru, yang menurut Bayu bernama Adit. Sudah bosan, ditambah bertemu laki-laki ini untuk kesekian kalinya hari ini membuat mood Nara semakin merosot.

"Iya." Jawabnya datar.

"Nungguin kelas?" Laki-laki itu kini duduk menyejajarinya. Ujung rambutnya masih basah, mungkin baru selesai sholat ashar.

Oke, kayaknya dia nggak badung-badung amat. Pikir Nara mengurangi hipotesis buruknya

"Nara, kan? Anak psikologi?"

Nara menoleh dengan alis bertautan, "kok tau?"

Lelaki itu mengulurkan tangan, "Adit."

Nara tidak menyambut uluran tangan itu, hanya menjawab "iya udah tau."

"Kok tau?" Nara memiringkan posisinya, menatap tidak suka pada Adit yang mencoba menggodanya.

"Gue becanda kali, serius amat." Kata Adit diakhiri tawa pelan.

3600 Seconds from MerapiWhere stories live. Discover now