Azna tak suka sendirian, beginilah keadaanya jika ia sendiri. Dia akan mengingat indahnya masa lalu yang tak patut dia ingat. Bahkan kadang tak terasa air matanya merembes mengugurkan benteng pertahanan yang Azna buat. Ia paling menghindari kesendiriannya, jiwa lemahnya akan terlihat dengan sendirian yang ketara kesepian apalagi sampai menangis tak jelas.

"Lo lemah, Na," runtuk Azna pada diri sendiri.

Sekuat apapun dirinya menyembunyikan itu pasti akan ada yang mengetahuinya, tidak mungkin tidak. Setiap ada satu kebohongan perlu kebohongan lagi untuk menutupi kebohongan yang telah kita buat, hingga cepat atau lambat kebohongan itu terbongkar dengan sendirinya.

Ia mengutuk dirinya sendiri yang begitu lemah. "Dasar cengeng lo, Na!!" pekik Azna yang ia tuju untuk dirinya sendiri.

*******

Azna kembali masuk ke UKS lantaran hidungnya kembali mengeluarkan darah, kepalanya pun berdenyut luar biasa hebatnya. Denyutan ini dua kali lipat lebih sakit dari sebelumnya. Mungkin ini jadinya karena sudah telat jadwal.

"Lo itu ya Az, ngeyel banget dah. Betul kata gue tadi lo di UKS aja sama cowok itu, malah acara balik ke kelas. Sok kuat lo," omel Syakila panjang lebar layaknya seorang ibu.

Azna melototi temannya. "Diem lo, makin pusing gue," selorohnnya, ia kesal omelan Syakila justru membuat kepalanya makin sakit dan sakit.

Syakila memilih diam sambil membersihkan darah yang mengalir dari sahabat karibnya. Walaupun dia kesal, tapi tetap saja rasa sayang kepada sahabatnya tak akan pernah hilang.

"Kenapa keluar terus sih Az?" tanya Syakila.

"Namanya juga mimisan, yah gini kalo lagi kumat," jawab Azna agak sedikit canggung. Ia merasa bersalah telah berbohong kepada sahabatnya yang satu ini.

"Kumatnya satu minggu tiga sampe lima kali yah," sindir Syakila.

Syakila merasa ada yang tidak beres dengan Azna, ia bilang darah yang mengalir hanya mimisan. Namun, kenapa dalam satu minggu pasti keluar, bahkan bukan satu minggu satu kali, lebih dari satu kali.

Kebiasaan Azna, sehabis hidungnya mimisan pasti akan muntah tak jelas seperti sekarang.

"Udah mendingan Az? Gue buatin teh hangat yah," ujar Syakila setelah Azna berhenti memuntahkan isi sarapannya pagi ini.

"Ng-nggak mau Sya," tolak Azna cepat.

"Biar lo mendingan." Saran Syakila

"Ntar malah ng-ng-nggak masuk ke mulut ... pe-ng- uekkk," kata Azna terbata-bata di akhiri dengan memuntahkan isi makanannya kembali.

"Lo kenapa sih?" Tanya Syakila kembali.

"M-mungkin m-m-ma-suk angin Sya ... uekk," jawab Azna kembali.

"Ckck, jangan ngarang deh Az masuk angin, sakit kepala, mimisan. Setiap hari terjadi gitu?" Nyinyir Syakila.

"Sakit kepala itu cuma kebanyakan mikir Sya," elak Azna.

"Mikir apa? Lo punya utang?" tanya Syakila sarkatis.

Azna menarik nafasnya dalam-dalam mempersiapkan kalimat yang akan ia layangkan pada sahabatnya. "Pelajaran Sya, gue pelajar. Ya kali mikirin utang."

"Az, gue sebagai sahabat lo itu berasa jadi orang nggak guna sumpah. Lo tau dimana-mana mayoritas seorang sahabat tau semua lika-liku kehidupan sahabatnya bahkan mungkin sampe ke akar. Lah, gue nggak tau tentang lo! Yang gue tau lo anak orang kaya, lo pintar, lo punya banyak pembantu juga sopir, gue kenal orang tua lo pun nggak akrab, ketemu aja baru tiga kali dalam  lima tahun berturut-turut setelah gue jadi sahabat lo." Kini Syakila menumpahkan semua unek-unek yang ada di hatinya. Lega rasanya sudah mengungkapkan itu semua.

Bibir Azna terkantup kala Syakila mengungkit kedua orang tua Azna, tiba-tiba ia menyunggingkan senyum lewat bibir pucat pasinya. "Tidak semua masalah di ceritakan Syakila, kadang kala ada orang memilihnya untuk di pendam diri sendiri," ucap Azna bijak.

"Jadi kamu nggak percaya sama aku Az? Aku bakal simpen rahasia kamu dengan baik kok," jawabnya.

"Bukan gitu Syakila cantik ... kadang seseorang juga memiliki privasi untuk dirinya, tidak peduli itu berupa masalah atau kebahagiaan, yang jelas rahasia. Hanya Allah dan dirinya yang tau, sekalipun teman terdekatnya, tetap saja dia memilih menyimpannya karena itu privasi untuk dirinya," kata Azna menanggapi kesalahpahaman dari Syakila saat memaknai kata mutiara yang ia ucapkan.

"Ohh, iya sih ... gue juga ada privasi. Semacam aib gitu, kan pasti di simpen rapat-rapat. Sekali malu juga berharap menyimpannya dengan rapat membuat kejadian itu nggak terulang," jawab Syakila, ia menunjuk dirinya yang juga sama menyimpan rahasia dari Azna. Ia malu, takut jika Azna tau ujungnya malah diejek.

"Betul banget."

"Gue sekarang paham. Gue siap kapanpun kalo emang lo mau cerita," ucap Syakila dengan antusias.

"Ntar ya kil, kalo ... gue udah siap,"jawab Azna kembali di angguki Syakila.

********

Gimana udah panjangkan???
Kalo kurang panjang bacanya dilemot-lemotin yak😂 biar nggak cepet abis😁

Udah pajang lohh ini😅 jangan minta lebih panjang lagi oke... ntar jari auto kriting😂...

Kalo ingin lebih panjang vote and coment dongg biar auto semangat 45😉

I'm Fine (END)Where stories live. Discover now