Chapter VI: Cerita Rachel - Irma

996 31 0
                                    

"Terus apa yang lu lakuin?"

"Ya seperti biasa Ma."

"Denger musik?"

"Iya ma."

Irma adalah sahabat karibku di kelas bahkan kami duduk bersama. Aku selalu menceritakan hal-hal aneh yang aku rasakan kepada Irma. Kadang ia memahamiku, kadang juga ia mengernyitkan dahinya seolah-olah bingung atau tidak percaya dengan ceritaku. Tapi walaupun begitu, aku masih selalu bercerita kepadanya dan ia tidak pernah menolak untuk mendengarnya.

"Elo harus rekam suara itu dan tunjukkin ke orang tua lu Chel. Biar mereka percaya." balas Irma sambil mengunyah sepotong bakso.

"Rekam? Rekam gimana?"

"Ya rekam pakai handphone elo. Terus paginya elo tunjukkin ke orang tua elo."

Irma nampaknya memperhatikan aku kali ini. Rencananya itu bahkan tidak pernah terbesit dalam pikiranku.

"Tapi masalahnya ma, aku nggak tahu suara-suara itu kapan munculnya. Kadang ada, kadang enggak. Begitu."

Iya Chel gue tahu, makanya elo selalu siapin handphone di samping elo."

"Tapi aku takut juga sih Ma." keluhku.

"Emang semalam yang elo denger suara apa?"

"Suara pintu lemari kebuka gitu ma."

"Kok beda-beda sih suaranya? Kemarin-kemarin elo cerita katanya suara lonceng."

"Aku juga nggak tahu ma." balasku menggerutu.

"Udah deh, intinya elo rekam aja suara-suara itu."

"Tapi ma... Aku takut sumpah deh."

Sesaat Irma berhenti dan memotong daging bakso,

"Elo mau buat orang tua elo percaya nggak?"

"I.. Iya sih Ma."

"Makanya itu, elo harus beranikan diri lo. Supaya orang tua elo percaya kalau cerita-cerita yang elo ceritakan itu sama sekali nggak bohong."

Mau nggak mau saran dari Irma ini harus aku jalankan. Aku benar-benar sudah capek dituduh oleh orang tuaku kalau cerita mistis yang aku ceritakan ke mereka hanyalah cerita rekaan saja.

Ya, aku harus berani merekam suara -suara aneh itu.


Di Antara Rumah yang KosongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang