chapter 2

37 2 0
                                    

Pak Yanto, guru terkiller yang sangat di kenal sekolahnya, Nara panik sekarang. Akibat nonton drakor semalaman, Nara lupa mengerjakan PR dari pak Yanto.

"Ehhh!!! Pinjem pulpen dong." Teriak Nara.

"Aduh, masyaaloh, astagfiruloh, gua belom ngerjain pr woyy." Teriak Nara semakin panik.

"Raa, itu ada yang nyariin." Teriak Felis teman sekelas Nara dari pintu kelas.

"Ihhh siapa sih? Udah tau PR gua belom selesai. Kalo misalnya gua di hukum sama si yanto gimana? Ogah gua." Kesal Nara.

"Raa cepetan! Rey nyariin lu." Teriak Felis kedua kalinya

"HAH? REY? BENERAN?" Nara kaget.

Nara melupakan PR nya. Masa bodoh jika dia akan di hukum oleh pak Yanto. Nara langsung berlari ke luar kelas untuk menghampiri Rey.

"Denger nama Rey aja, langsung semangat lu." Kesal Felis.

Nara hanya menyengir seperti orang bodoh. Sedangkan Felis? Langsung masuk kedalam kelas.

"Emm ada apa Rey." Tanya Nara.

"Mau nyamperin lu ga boleh?" Tanya Rey sambil menarik tangan Nara.

"Ehh tunggu Reyy kita mau kem--." Ucapan Nara terpotong.

"Nara." Ternyata Revan yang memotong ucapannya barusan.

Nara menatap Revan dengan bingung, Rey kembali menarik tangan Nara.

"Jaket gua" Revan kembali menarik tangan Nara.

Jika dilihat Nara nampak di perebutkan dengan sosok dua cowo yaitu Rey dan Revan.

"Ohh iyaa gua lupa bawa, besok gua bawa deh." Ucap Nara.

"Ga usah. gua anter lu pulang, sekalian ambil jaket gua." Pendapat Rey.

"Emm gim--." Lagi-lagi ucapan Nara terpotong.

"Ga. Nara pulang sama gua." Ucap Rey ketus.

"Gua duluan yang bilang, berarti gua lah yang pulang sama Nara." Kesal Revan.

"Gua ga peduli." Ketus Rey.

"Gua lebih ga peduli." Ucap Revan tak kalah ketus.

Nara hanya diam mendengarkan ocehan-ocehan dari Rey dan juga Revan. Oke, Nara bingung sekarang ingin pulang dengan siapa.

"Nara di jemput papa, jadi Nara ga bisa bareng siapa-siapa." Bohong Nara.

Yaa sudah bisa di pastikan, papa nya tidak akan menjemput Nara. Seolah terlihat papa Nara sangat tidak peduli dengan Nara, Tapi sayangnya fakta mengatakan memang seperti itu.

"Nara ke kelas ya? Sebentar lagi bel." Nara langsung meninggalkan ke dua cowo itu.

~♡~

Rey memandang malas ke arah papan tulis. Pikiranya telah terpenuhi oleh Nara dan sesosok cowo yang tidak ia kenali. Cowo itu dengan beraninya mengajak Nara pulang.

"Lama banget dah pulang nya." Kesal Rey.

Rey tak berhenti mengumpat, karena bel pulang sekolah belum berbunyi.

"Lu kenapa sih? Perasaan dari tadi bacot amat dah." Kesal Vino teman sebangku Rey.

"Ga." Ketus Rey

"Buset judes amat dah lu Rey." Vino tertawa.

"Oh." Rey berohria.

Akhirnya bel pulang sekolah berbunyi. Rey langsung berlari keluar kelas tanpa meperdulikan teriakan gurunya. Yang hanya ia fikirkan saat ini adalah Nara.

~♡~

"Lu di jemput ra?" Tanya Felis

"Ngga, lu sendiri di jemput?." Nara bertanya balik pada Felis.

"Iya gua di jemput." Felis tersenyum

Mereka berjalan bersama keluar sekolah. Sekolah masih nampak ramai karena bel sekolah baru saja di bunyikan.

"Nara!!!" Panggil Rey.

"Ehh rey?" Nara tersenyum.

"Ga biasanya lu nyamperin Nara Rey, yaudah gua duluan ya, byee." Felis meninggalkan Rey dan Nara.

Nara diam tidak tahu harus berbuat apa. Sama dengan Rey, ia tidak tertarik untuk membuka suara.

"Ada apa reyy?" Nara memecah keheningan.

"Ayo pulang." Rey menarik tangan Nara.

Rey menarik tangan Nara menuju ke parkiran untuk mengambil motor nya. Hampir saja sampai, sebuah tangan menarik lengan Nara. Rey pun ikut berhenti dan membalikan badannya.

"Udah gua bilang kan Nara pulang sama gua." Sarkas Revan

"Butuh gua ulang sekali lagi? Oke gua ulang, sayangnya gua ga peduli." Rey tersenyum miring.

"Emang lu siapa nya Nara?" Revan tertawa sinis.

Rey baru ingat, ia memang tidak mempunyai hubungan apapun dengan Nara. Lalu kenapa ia sangat kesal jika Nara berdekatan dengan Revan?

~♡~

Jangan lupa vote yaaa-!

ReynaraWhere stories live. Discover now