10. Berusaha Tegar

162K 15.3K 615
                                    

HAPPY READING :)

Senja merasakan ada sesuatu yang berat menimpa perutnya. Perlahan matanya terbuka dan langsung melihat ke sisi perutnya. Matanya membulat ketika melihat tangan kekar yang melingkar di perutnya. Menoleh ke arah sampingnya dan mendapatkan Alaska yang sedang tertidur menghadapnya. Untuk beberapa saat Senja terdiam, matanya menelusuri setiap inci wajah suaminya itu. Ciptaan Tuhan yang hampir sempurna bagi Senja.

Wanita itu mendekatkan wajahnya dengan wajah Alaska. Perlahan telapak tangannya terangkat mengusap lembut pipi Alaska. Lelaki itu masih tertidur dengan pulas, bahkan wajahnya saat tidur sangat damai.Merasa ada yang mengusap wajahnya, mata Alaska perlahan terbuka. Senja tersenyum lebar saat mata Alaska sudah terbuka dan menatapnya. Bahkan wajah mereka sangat dekat. Melakukan hal yang sama, matanya menelusuri wajah Senja. Satu detik, dua detik mata mereka terkunci cukup lama.

"Sa-saya mau sholat dulu."

Senja tidak tahan ditatap oleh Alaska seperti itu. Ia takut jika Alaska marah karena sudah berani menatap dan mengelus pipinya. Dengan cepat Senja turun dari ranjang menuju kamar mandi untuk mengambil wudu. Ia merasakan pipinya sudah merah merona karena Alaska.

Sementara Alaska, masih diam dengan tangan yang tak lagi memeluk Senja. Dirinya masih membayangkan wajah Senja yang begitumenawanhatinya. Tangan yang lembut mengusap pipinya. Membuat Alaska merasakan kenyamanan.

***

"Kak sarapan dulu," ucap Senja ketika masuk ke dalam kamar untuk memanggil suaminya.

Tampak disana Alaska yang baru saja selesai mandi, dengan handuk putih yang melingkar dilehernya. Tubuhnya hanya dibaluti oleh celana pendek selutut, membuat Senja meneguk ludahnya susah payah saat matanya memandang ke arah badan Alaska yang sangat sempurna.

"Udah liatinnya?" tanya Alaska menyadarkan Senja dari lamunannya.

Tak mau terpergok lagi, Senja segera keluar dari kamar. Malu, ia sangat malu setengah mati karena sudah terang-terangan memandangi Alaska. Tidak salah jika dulu ia menyukai Alaska. Bahkan nenek-nenek tua sekalipun juga akan menyukai Alaska.

"Gila," gumam Alaska seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk.

***

Sehabis menyelesaikan sarapannya, Alaska segera membereskan piring-piring makannya lalu membawa ke wastafel untuk dicuci. Selesai itu kembali ke kamar, untuk bersiap ke kampus. Satu tangannya mengambil kemeja biru kotak-kotak bercak hitam yang menggantung di dalam lemari.

Bunyi pintu kamar mandi terbuka. Senja memunculkan kepalanya dibalik pintu. Pasalnya ia hanya berkemban handuk, lupa membawa pakaian ganti. Senja yang tadinya ingin keluar terpaksa berhenti karena melihat Alaska didepan cermin yang sedang menata rambutnya.

"Kak?" panggil Senja.

"Hm?" jawab Alaska tanpa menoleh ke arah Senja.

"Tolong ambilin baju saya yang itu," pinta Senja, seraya menujuk bajunya yang tergeletak di atas ranjang.

Alaska menoleh ke arah Senja, lalu mengalihkan tatapannya pada gamis merah muda itu."Ambil sendiri!" ucap Alaska ketus dan kembali merapikan kemejanya.

"Tapi saya cuma pake handuk doang. Ma-malu," cicit Senja dengan menggigit bibir bawahnya.

"Malu?" ulang Alaska.

"Iya, Kak."

"Oh."

"Bisa ambilin Kak?" tanya Senja sesekali lagi.

"Enggak."

Mendengar itu Senja menghela napas panjang. Ia harus sabar menghadapi Alaska. "Kak, katanya kalau bantuin istri dapat pahala, kakak enggak mau bantu saya?"

Senja Di AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang