"Kayanya kita kedatangan cewe kota yang angkuh." Bisik cewe di samping Ghina yang diketahui bernama Izzah.

"Ga cuma angkuh tapi juga sombong." Sahut cewe didepan Izzah dengan wajah tak suka. Dan dibalas pukulan kecil dari salah satu cewe yang sedari tadi hanya memperhatikan teman temannya membicarakan teman barunya.

"Jangan gitu mungkin itu cuma sikap luar yang cuma bisa diliat sama orang yang belum kenal dia. Mungkin aja kalo kita udah deket bakal beda." Teman temannya menatap gadis itu tak setuju.

"Tapi Ra... aduhh gatau deh kudu jelasin gimana intinya aku tuh ga suka sm sikap dia yang sok sok an." Timpal Izzah yang diangguki oleh Ghina Sedangkan Ara hanya menggelengkan kepala melihay tingkah sahabatnya.

"Yaudah sih dia ya dia ga usah di ladenin," kali ini sahutan dari gadis yang sedari tadi diam membaca novel.

"Gue kira type manusia yang gibah langsung didepanya orangnya itu udah punah. Nyatanya masih ada." Ujar Al tiba-tiba disamping bangku mereka berempat. Mereka pun diam saat Al berada di samping mereka, Al berjalan melewati mereka kemudian keluar kelas yang bisa disimpulkan pasti dirinya pergi ke kantin.

"EH AL BELOM WAKTUNYA ISTIRAHAT!" teriak Ara melihat Al pergi meninggalkan kelas.

"Eh eh pak ketua susul itu si murid baru. Kalo ada guru yang mergokin dia bisa-bisa satu kelas kena hukuman." Ucap Ghina sambil mendorong meja Ilham yang berada di belakangnya. Sementara yang dipanggil 'pak ketua' itu hanya menghembuskan nafasnya pelan kemudian beranjak menyusul teman sebangkunya itu.

***

Disinilah Al sekarang disebuah kantin dengan ukuran sedang yang hampir semua stan nya masih belum buka. Para pedagang di kantin juga menatap Al aneh seolah olah bolos pelajaran dan pergi kekantin adalah hal yang tidak biasa disana.

Al menghampiri salah satu stan yang menjual makanan seperti sosis bakar yang buka lebih awal dari stan yang lain. Namun, belum sampai dia di stan tersebut ada sebuah tangan memegang bahunya pelan. Reflek dia menoleh untuk melihat siapa pelakunya.

"Lo ? Ngapain ? Mau makan juga ? Stannya lelet banget masih pada tutup." Al menatap sebal stand tiap stand yang masih tutup. Bukannya menjawab, Ilham malah mengerutkan keningnya.

"Mana ada kantin jam segini udah buka. Sekarang ayo kembali ke kelas, kalo ada guru tau bisa bahaya."
Ujar Ilham kemudian menarik ujung lengan seragam Al, tidak elit sekali posisi mereka saat ini Al berasa ditarik majikan. Dengan cepat Al menepis tangan ilham dari lengannya.

"Dih mana bisa gitu. Masa kantin jam segini belom buka. Lo juga kalo narik tuh yang elegan dikit kek. Kaya gini misalnya." Al meraih tangan Ilham kemudian di genggam, Ilham terkejut sambik menatap tangan yang Al genggam.

"Ya emang udah peraturan nya disini. Jam 8 mereka baru boleh menyediakan makanan di kantin." Ilham berusaha biasa saja kemudian melepas tangannya dari genggaman Al.

"Gue masih ga paham." Al memasang wajah bingungnya sambil mengikuti Ilham didepannya. Kemudian ia berlari kecil mensejajarkan langkahnya dengan Ilham.

"Di daerah sini ada tempat Clubbing ga ?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja membuat lawan bicaranya menghentikan langkahnya.

"Untuk apa ?" Ilham mengangkat alisnya.

"Ya buat ajep ajep lah ngedugem. Lu kira ke clubbing buat tahlilan?" Al memutar matanya kesal.

"Ga baik cewe ketempat ga senonoh kaya gitu. Coba biasain buat ga ketempat aneh itu." Al mendengus kesal sambil mendatap sinis Ilham

"Lu tuh gatau asiknya ngedugem, nikmatnya nari sepuasnya tanpa mikir apa-apa dalam semalam, ketemu banyak cow---"

"Jangan terlalu gampang memamerkan tubuh kamu ke orang asing. Tunjukin kalo derajat cewe itu tinggi, jangan bersikap rendahan kaya gitu lagi." Al terdiam sambil menatap kedua manik mata coklat milik Ilham. Entah kenapa yang Ilham katakan berhasil membuat bungkam, seolah olah semua yang cowo itu katakan ia benarkan.

"Kalian kok diluar ?" Sebuah suara mengalihkan tatapan mata Al dari manik coklat teman sebangkunya itu.

Seorang guru tengah menatap mereka sambil menyilangkan tangan. Ilham mendesah pelan ia sudah mengira hal ini akan terjadi. Ilham menunduk sekilas ke guru itu kemudian mencoba memberi penjelasan.

"Saya disini ga__"

"Saya lapar bu lagian kelas kosong daripada saya mati kelaparan trus mama nuntut sekolah. Ibu mau ?" Ujar Al memotong perkataan Ilham memiringkan kepalanya menunggu jawaban guru didepannya.

"Berani beraninya kamu! Kalian berdua keliling sekolah sampe jam istirahat." Guru itu meninggalkan mereka berdua dengan keadaan marah. Sementara Al masih melongo tak percaya.

"Gila lari sampe istirahat ?" Ujar Al dengan pandangan kosong.

"WOY GILA YA ?! MAU BU--" ucapan Al terpotong karena Ilham membekap mulutnya tak mau Al melontarkan semakin banyak umpatan yang dipastikan akan membuat mereka mendapat hukuman lebih dari ini.

"Udah lah semua ga bakal kaya gini kalo kamu ga bolos ke kantin." Ilham berjalan meninggalkan Al dan memulai lari kecil melakukan apa yang guru itu perintahkan. Al menghentakan kakinya kesal kemudian mengusul Al dengan wajah cemberut.

▪▪▪▪▪ to be continued

Lebih panjang dari part sebelumnya.
Comment dan vote kalian sangat dibutuhkan.
Sampe ketemu beberapa hari lagi

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 31, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Stupidity For AlviraWhere stories live. Discover now