Pindah

17 15 2
                                    

Jakarta, 2019

Sebuah club ditengah kota sedang ramai-ramainya pengunjung apa lagi menjelang larut malam seperti saat ini. Banyak anak milenial yang dewasa hingga yang baru saja memiliki ktp turut serta meramaikan klub malam itu. Tanpa terkecuali Alvira yang sudah menjadi langganan di club itu.

"Al bayarin dulu yak, lupa bawa dompet nih ehehe," ujar Vio dengan wajah memelas, sedangkan Al menggangguk dengan acuh sambil memainkan gelas miliknya. Al meminum bir yang bartender tuangkan ke gelasnya.

Ponsel Martha berbunyi tanda telepon whatsapp dari seseorang.

"Tha telpon tuh. B ? Siapa" tanya Al penasaran karena nama kontak itu hanya tertera huruf B saja tanpa ada keterangan dan profile. Martha segera mengambil ponselnya.

"Oh ini bokap gue. Gue angkat telpon dulu." Martha pergi ntah kemana untuk menerima telpon, Al sendiri tak mau ambil pusing karena yang dia tau nama ayah Martha berinisial 'B' , yaitu Bayu.

Al melanjutkan minum nya sambil sesekali mengetuk jarinya menikmati musik di tempat itu.

Ting!

Suara ponsel yang kini berasal dari iPhone miliknya, dengan rasa enggan dia membukan pesan yang bertuliskan 'Mums Lampir' itu. Nama itu menggambarkan bahwa dia masih menganggap wanita ini ibunya namun juga menganggap nya nenek lampir setidaknya itu alasan yang selalu ia lontarkan saat ada yang bertanya.

Mums Lampir
cepet pulang ada yang mau mama omongin

You
ngapain si ma, ganggu Al seneng-seneng mulu

Mums Lampir
pulang skrg atau mama kunciin pintu

"Dih mau mama kunciin Al bisa nginep dirumah Darren," gumamnya sambil mengetik pesan.

"FUCK!" Umpatnya keras membuat beberapa orang di sekitarnya menoleh. Al terkejut saat melihat pesan yang baru saja Mamanya kirim

Mums Lampir
dan mama blokir atm kamu

Al memukul pelan meja bar kemudian segera mengemasi tasnya.

"Kenapa Al?" Tanya Vio dengan rasa ingin taunya

"Kaga. Bilangin ke Darren gue pulang duluan ya." Al berlari kecil keluar tempat itu, sementara Vio menunjukan senyum yang tidak biasa ia tunjukkan.

.....

Dengan ogah-ogahan Al memasuki rumahnya yang megah itu, bibir nya menggerutu tak jelas sambil mendekati mamanya yang sudah menunggunya di ruang tamu.

"Ngomong ap-"

PLAK!

Belum sempat Al berbicara pipinya sudah disambar tamparan dari sang mama. Sembari memegangi pipinya yang memerah Al menatap mamanya tak percaya.

"Maksud kamu nyimpen barang kaya gini dikamar kamu apa ?" Ujar mama Al sambil menendang kotak kardus kecil yang berisi beberap rokok, vape dan sebotol bir. Al terbelalak menatap barang yang mamanya temukan.

"I-Itu bukan punya Al ma," Ujarnya berusaha mencari alasan agar tidak mendapat masalah besar.

"Mama sadar, mama udah terlalu beri kamu kebebasan terlalu banyak sampe-sampe kamu jadi gadis yang ga mama kenal," dirinya menghela nafas panjang, ditatapnya anak semata wayangnya itu dengan rasa bersalah namun tak ia tunjukan.

"Lusa kita pindah ke rumah Alm. Nenek dan kamu sekarang kemasi semua baju-baju kamu, besok mama mau urus surat kepindahan kamu," Al menatap mamanya tak percaya.

"Apa-apaan sih ma. Ga! Al ga mau pindah!" Ujar berusaha menolak ketetapan mamanya. Namun percuma, mama Al pergi meninggalkan Al yang terus memanggil-manggil mamanya.

Al menghentak hentakan kakinya sambil menendang apapun yang ada dibawahnya. Dirinya benar-benar kesal sekarang, bagaimana bisa mamanya memutuskan untuk pindah hanya karena hal yang sepele menurutnya. Belum lagi tempat yang dimaksud mama rumah Alm. Nenek yang tandanya ia akan pindah ke desan yang lumayan jauh dari tempat tinggalnya saat ini.

Benar benar hari yang sial.

***

Di pagi harinya Al memutuskan untuk mendatangi rumah Darren dengan mobil kesayangannya. Saat melewati ruang tamu dirinya berpapasan dengan Diana, mamanya yang sedang sibuk menata kardus.

Al berdecak kesal, sesemangat itukah mamanya untuk pindah sampai-sampai berkemas sekarang padahal mereka pindah besok siang. Al berjalan melewati mamanya tanpa menyapanya bahkan melirik mamanya sendiri. Melihat itu Diana hanya bisa menghela nafas panjang.

Mobil Alvira meninggalkan pekarangan rumah yang luas kemudian menghilang melewati gerbang. Saat di perjalanan dirinya sengaja menghidupkan music dengan kencang untuk menghilangkan rasa frustasi sekaligus rasa kesalnya.

Sudah berjam-jam Al mengelilingi kota tanpa tujuan, padahal saat dirumah tadi dia sangat ingin menghabiskan waktu dengan kekasihnya namun itu semua ia urungkan. Dirinya ingin sendirian sekarang. Sempat terdiam sejenak untuk memikirkan tempat yang cocok untuk melepas stress, tiba-tiba dirinya membelokan mobilnya menuju ketempat yang ada di pikirannya.

***

Disinilah Al sekarang di sebuah tempat makan sederhana namun memiliki ruang semi outdoor yang cantik. Tempat ini adalah tempat yang selalu ia dan kedua orang tuanya kunjungi sebelum sebuah tragedi merebut kebahagiaannya. Al tanpa sadar menitihkan air mata nya saat mengingat dirinya 4 tahun yang lalu.

Ting!

Suara ponsel miliknya membuat Al cepat-cepat menghapus air matanya. Kemudian melihat siapa yang berani menghubunginya saat ini. Tertera pesan masuk dengan nama pengirim "bee♡" membaca nama itu membuat Al senang.

Dengan Antusias dia membuka pesan dari Darren

Bee♡
Bi katanya kamu mau pindah ?

You
T-T huuh, huh padahal aku mau disini sama kamuu

Bee♡
Haha lagi pula mungkin apa yang mama kamu putuskan itu yang terbaik buat kamu.

Al sedikit kesal bukan jawaban seperti ini yang ia ingin dapatkan.

You
Kamu ga sedih gitu bakal aku tinggal ?

Al terus menatap ponselnya yang menunjukan roomchat antara dia dengan Darren. Beberapa menit berlalu Darren tidak kunjung membalas pesannya membuat nya membuang nafas kasar. Kemudian menelungkupkan kepalanya di meja.

▪▪▪▪▪ to be continued

Jangan lupa voment cerita ini jika kalian suka.

Sampe jumpa beberapa hari lagi

♡♡♡

Stupidity For AlviraWhere stories live. Discover now