13

43 2 0
                                    

Belakangan ini aku tidak bertemu Sasa. Tepatnya setelah aku dan Rey jadian. Aku heran, kemana Sasa. Dia tidak menghampiriku ataupun memberi kabar kepadaku. Bahkan disaat aku diluar kelaspun Sasa tidak muncul. Sebenarnya aku khawatir, apa Sasa sudah mengetahui semuanya? Pasti sudah, karna berita jadian aku dan Rey sudah menyebar luas. Apalagi dikawasan teman SD dan SMP kami. Apa Sasa merasa terpukul karna kejadian ini? Sampai sampai dia tidak mau menemuiku.

Sejak kami jadian Rey sama sekali tidak pernah membahas Sasa. Setiap kali aku membuka obrolan mengenai Sasa, Rey langsung dengan cepat menutup obrolan itu dan mengalihkannya.

Hari ini Rey sibuk dengan kegiatan Silatnya. Karena dia ingin mengikuti lomba sebentar lagi bersama Rafael. Aku dan Rey janjian bertemu didepan Uks setelah dia selesai Latihan.

"Aduh aduh yang abis latihan, keringetan gitu. Kucel deh." Ejekku ketika Rey datang menghampiriku dengan muka lelahnya.

"Huh..cape banget astaga." Ucapnya langsung duduk disampingku.

"Uu kasian deh." Aku memperhatikan cucuran keringatnya yang menetes perlahan. Tanganku tanpa kusadari mengusap keringatnya. Membuat Rey menoleh kepadaku dengan helaan nafasnya yang berubah menjadi senyum luluh.

"Jadi gak capek, deh. Tiba tiba capek nya langsung ilang." Gombalan Rey sangat Receh.

"Ih apasi. Kocak deh." Ucapku ikut terkekeh.

"Yaudah yuk beli minum aja. Kamu haus kan? Aku lupa tadi gak langsung beliin." Ajakku menarik tubuhnya bangkit dari sandaran kursi besi itu.

"Yeh kirain udah dibeliin, gimana si kamu tuh." Protes Rey.

"Ya kan lupa." Jawabku yang mulai meninggalkan Rey dikursi itu.

"Lupa mulu, dasar nenek nenek." Kata Rey.

"Aku mah muda, kamu tuh yang Tua!" Balasku.

"Muda tapi pikunan." Timpal Rey.

"Aku tuh ga pikun. Cuma lupa aja."

"Alah alah.. pikun! Vionna pikun!" Kami terus berdebat menulusuri jalan menuju kantin yang sudah mulai ramai.

Tiba tiba seorang gadis datang ditengah perdebatan kami. Aku dan Rey membisu karna kedatangannya.
Sasa. Akhirnya dia muncul dihadapanku saat ini.

"Sa?" Aku mencoba menegur Sasa yang terpaku dihadapan aku dan Rey. Dia sama sekali tidak berkata kata dan berekspresi. Tatapannya tanpa arti menatap kami.

"Wei dipanggil tuh, diem aja." Sahut Rey kembali menegur Sasa yang masih tidak menjawab teguranku.

"Eh. Selamat ya kalian. Selamat Vi.. Selamat Rey. Gue seneng deh ternyata kalian saling cinta. Ya semoga langgeng ya." Tiba tiba ekspresi Sasa berubah drastis wajahnya kembali antusias dan riang. Lalu Mengulurkan tangan kanannya memberi jabatan selamat kepadaku.

"Sa? Lu gak kenapa kenapa kan? Lu gak marah kan Sa?" Dengan penuh keberanian ku menanyakan hal ini.

"Hah? Marah? Enggak lah. Ngapain gue marah. Toh gue gak ada hak buat ngelarang lo sama Rey." Ucap Sasa dengan nada Sepercaya itu.

"Yang bener sa?" Tanyaku lagi untuk memastikan.

"Vi. Rey emang orang yang pernah gua cinta. Rey emang masa lalu gue, tapi itu dulu. Ya gue sempet kaget si waktu denger kalian tau tau jadian. Gue sempet mau ngehindar dari lo dan Rey. Tapi gue rasa itu gak guna juga. Karna gue emang gak ada hak buat marah atas ini." Sasa menjelaskan semua itu dihadapan aku dan Rey dengan begitu jelas. Mataku hampir berkaca kaca karna tak percaya. Aku kira Sasa akan mengutukku karna apa yang terjadi saat ini.

"Ya ampun Saa.." aku memeluk erat tubuh Sasa. Ingin ku luapkan air mata kebahagiaan ini pada pundaknya.

"Udah Vi. Kita akan tetep baik baik aja." Sasa mengelus hangat bahuku.

"Aduh terharu gua njir,. Kalian bisa seharmonis ini." Ucap Rey.

"Thanks ya Sa. Atas pengertiannya. Gua juga mau memperbaiki pertemanan kita. Yang sempet ancur karna sikap gua yang kurang baik setelah kita putus." Sambung Rey.

"Iya Rey gue juga minta maaf soal kejadian dulu." Ucap  Sasa setelah kita melepaskan peluk hangat itu.

"Nah kalo gini kan enak. Gua seneng deh." Ucapku.

"Eh tapi inget loh Gue belom dapet PJnya nih." Sasa mulai membahas PJ itu.

"Oh tenang tenang blom kadaluarsa kok. Nih dari gua sama Angel." Rey mengeluarkan 2 lembar uang dari saku baju silatnya.

"Wih makasih, jadi jajan deh gue. Yaudah gue tinggal ya Vi, kan udah dapet PJnya hehe. Byeee.." Sasa meninggalkan kami dengan penuh tawa.

-

Akhirnya khawatirku sirna. Lega rasanya. Akan ku lewati setiap detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, bulan demi bulan sampai bahkan matahari demi matahari ini bersama Rey. Akan ku jaga semuanya dari baik baik saja sampai menjadi lebih baik untuk semakin baik.

-selamat datang pelangi. Hujanmu sudah Reda. Mataharimu menunggu dan bulanmu masih setia menjaga indahmu. Ingat lah, bahwa awan akan selalu ada disetiap kilaumu.-

Ai ajuns la finalul capitolelor publicate.

⏰ Ultima actualizare: Oct 26, 2019 ⏰

Adaugă această povestire la Biblioteca ta pentru a primi notificări despre capitolele noi!

-it's actually you-Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum