9

27 3 6
                                    

05/09/2017

Detik demi detik setelah kejadian itu aku lewati dengan penuh bahagia dan ragu.

Hari ini akan ada latihan pramuka dilapangan yang akan membuat kulitku mendidih. Raflesia, itu nama reguku dan Kiana. Hampir seharian ini aku tidak melihat batang hidung Rey. Aku juga belum berniat mencarinya karna aku sangat sibuk hari ini dengan kertas kertas matematikaku.

Satu jam sudah tubuhku menadangi ultra violet yang jahat. Kak Bimo kakak pembinaku akhirnya mengucapakan "balik kanan bubar jalan!" Aku sangat mencintai kata kata itu. Bergegas ku naik ke lantai 3 mengambil ranselku. Ku turun tangga dengan sekerumunan siswa.

Mataku sangat lelah sampai beberapa kali ku memejamkan mata saat melangkah menuruni anak tangga. Tepat saat aku memejamkan mata ada bisikan lembut yang datang ditelinga kananku.

"Vi, besok ada yang mau gua kasih ke lu." Suaranya begitu menusup halus pikiranku, hatiku, bahkan membuka pejaman mataku begitu cepat.

Langkahku terhenti. Menoleh ke asal suara itu disisi kananku. Rey. Dia tepat berada didepan wajahku dengan tubuh yang membungkuk menyetarakan tubuhnya dengan tinggiku. Sekerumunan siswa tetap berjalan tergesa gesa diantara kami.

"Besok? Mau ngasih apa?" Tanya ku dengan suara sehalus ucapannya.

"Emm.. ada deh. Lu gak boleh tau. Yang jelas besok jam istirahat jangan lupa ke balkon." Rey mendekatkan wajahnya dengan pipiku yang memerah jambu, bibirnya mengurai halus telingaku. Nafasnya mendinginkan rambut ikal didahiku.

Aku tidak membalas sepatah katapun ucapannya. Rey meninggalkanku ditangga yang sudah sepi itu setelah mengacak ngacak rambutku dengan penuh senyuman hangat.

Batinku terus bertanya tanya. "Apa yang akan Rey beri padaku?, ada apa dengan besok?".

Belakangan ini aku hampir melupakan kejadian indah 3 minggu yang lalu. Aku sudah mulai terbiasa dengan hubunganku dan Rey yang hanya sebatas saling mencintai dan tanpa ikatan. Sebenarnya aku merindukan ikatan itu, tapi aku sudah cukup bahagia dengan ini.

-
Pagi ini aku datang seperti biasanya. Tidak terlalu pagi, tapi tidak juga kesiangan. Aku menaiki tangga sendirian, menghampiri cermin untuk merapihkan seragamku dan tersenyum pada langit. Arah langkahku menuju kelas dengan tali sapatu yang renggang, belum sampai aku didepan pintu ternyata ada seorang gadis yang menungguku dibalkon.

"Sasa?" Sapaku padanya.

"Eh Vi, akhirnya dateng juga."

"Kenapa, kok nungguin gua?"

"Gapapa si hehe, cuma pengen ke kelas lu aja. Tapi bareng sama lu maunya." Katanya terkekeh malu.

"Oalah, yaudah yu!" Ajakku dengan semangat pagi yang masih menggebu gebu.

Aku dan Sasa mengobrol banyak hal dimejaku. Kiana belum datang pagi ini, mungkin dia akan terlambat. Meskipun ada Rafael disitu, tapi kami tidak mengobrol dengan dia, karna Rafael terlelap tidur dimejanya dengan balutan jaket.

"Eh Sa, tuh kevin tuh." Aku menyenggol kakinya melirik kedatangan Kevin.

"Lii." Kevin menyapaku dengan senyum.

"Iya vin." Aku membalasnya.

"Eh ada Sasa. Ngapain Sa?" Ouu.. ternyata Kevin juga menyapa sahabatku ini.

"Eh vin, hehe. Iya nih, ngobrol hehe." Wajahnya berseri seri memandangi Kevin.

Tidak banyak obrolan setelah itu, karna Kiana datang dan Sasa segera meninggalkan kelasku tanpa mengobrol dengan Kiana.

-

JAM BIMBINGAN KONSELING.

Hampir saja aku terlupa. Aku kan sudah berjanji menemui Rey jam istirahat nanti. Sepertinya Rey ingin meluapkan emosinya lagi padaku. Hm.. baiklah, tak apa.

Aku keluar kelas menuju balkon. Sudah ada Rey disana. Tumben banget, dia lebih tepat waktu dari pada aku.

"Eii." Aku menegurnya dari belakang.

"Eh Vi, akhirnya dateng juga."

"Iyalah dateng, mau ngasih apa si?" Tanya ku tak mampu menahan rasa penasaran.

"Ih kepo nih, buru buru amat." Rey mulai mengulur waktu.

"Ihh..katanya mau ngasih sesuatu. Gc dong."

"Ya sabar. Lu kangen gak sama ributnya kita?" Tiba tiba dia menanyakan hal itu.

"Em.. iya si, kayak ada yang ilang." Jujurku membalasnya.

"Mau ribut lagi gak?" Rey menawarkannya kepadaku dengan alisnya yang terangkat.

"Yeeh.. ogah ah cape. Lagian apa coba yang mau diributin."

"Hm.. apa kek yang enak." Aku tak tahan mengikuti basa basinya ini. Rasa penasaranku ingin meluap rasanya.

"Gavanoo Reylan.. ayo gc, mau ngasih apa?" Ucap ku menatap matanya yang masih bergerak gerik aneh.

"Em.. oke oke hehe." Wajahnya meragu kepadaku. Rey mengeluarkan secarik kertas yang terlipat dari saku celananya.

"Apa tuh?" Aku berusaha melirik lirik dalam kertas itu yang masih dalam rematan tangannya.

"Ini ada surat buat lu, hehe. Eh tapi bacanya nanti aja. Kalo udah dirumah hehe, jangan disini ya. Itu rahasia soalnya hehe." Rey memberi surat itu ketanganku. Tangan Rey benar benar dingin keringatnya menitik mengalir diwajahnya. Benar benar aneh padahal dia hanya berdiri dihadapanku.

"Surat apa nih? Lu kok aneh gitu si Rey. Keringetan segala lagi, kayak mau operasi aja." Aku masih benar benar bingung. ada apa sebenarnya dengan surat ini. Mengapa Rey jadi segugup ini.

Aku mengusap keringat dipipinya, Rey terdiam membisu memandangiku. Bahkan pipinya pun mendingin tanpa arti.

-

Aku kembali ke kelas. Ingin rasanya ku buka surat ini. Tapi Rey bilang jangan dibuka sekarang. Lebih baik aku ikuti kata kata dia. Siapa tau memang benar benar hal yang penting.

Sama sekali belum terbersit diotakku apa isi surat ini.

-Burung merpati. Bisakah kamu ucapkan apa isi kertas suci ini?-

-it's actually you-Where stories live. Discover now