15

9.2K 271 8
                                    

Bagian 15:
********

Setelah cekcok Mas Heri pergi meninggalkan rumah. Dia mungkin ada di rumah Wenda atau ditempat lain. Gawaiku berdering.

*Silvi*

"Assalamu'alaikum Sil. Ada apa?"

"Kak. Ibunya Safa dan Zidan ada di Indonesia. Dia mau aku minta izin sama kamu. Dia mau ketemu anak-anak."

"Kenapa harus izin Sil. Dia ibu mereka. Bagaimanapun aku hanya ibu sambung mereka. Dia tetap ada hak. Malah aku ingin bertemu dengannya."

"Kau adalah ibu sambung terbaik yang pernah aku kenal Kak. Ya sudah besok pukul sepuluh atau sebelas pagi aku jemput, yah."

"Ya ampun Sil kamu berlebihan aah. Aku hanya berusaha menjalankan tugas sebaik mungkin sebagai istri dan ibu."

"Aku menyayangimu Kak. Suaramu kok kayak habis nangis Kak" Are you ok?"

"Aku nggak apa-apa Sil."

"Kaak ...."

"Barusan aku ribut sama Mas Heri. Dia udah mengutarakan niatnya untuk menikahi Wenda. Dia juga bilang anak yang Wenda kandung adalah anaknya."

"Innalilahi. Ya Allah. Aku ke rumah kamu sekarang, yah Kak."

"Enggak usah Sil. Besok aja kita ketemuan. Aku istirahat dulu, yah Sil. Aku cape."

"Iya ... iya Kak. Jangan stres, yah. Aku ada di samping kamu."

Aku menutup telepon dan merebahkan diri. Letih rasanya diri ini setelah apa yang kualami. Aku tak ingin bayi dalam kandunganku sampai sakit karena ibunya stres. Kupeluk guling yang ada di sebelah kanan, mengelus perut dan perlahan pandanganku buram.

*****
"Mila! Mila ... Mila!"

Kugosok mataku dan memalingkannya dari sinar lampu. Aku terjaga ketika mendengar pekikan Mas Heri. Duduk bersandar, menunggu tenagaku terkumpul. Kutelusuri kamar itu dan melihat Mas Heri mengacau. Dia tampak acak-acakan.

"Kamu mabuk Mas?"

"Mila ... Mila! Kenapa kau selingkuh Mila?"

"Mas kamu mabuk kan. Mending kamu menjauh deh. Aku mual!"

"Mila aku mencintamu. Kenapa kau berselingkuh Mila!"

"Cinta? Kau bilang cinta padaku setelah apa yang kau lakukan dengan Wenda? Apa kau tidak waras Mas?"

"Aku mencintaimu Mila."

Mas Heri mendekat dan memegang pundakku, "Iihhh bau Mas." Aku menolak Mas Heri.

"Aku mencintaimu Mila. Jangan tinggalkan aku Mila ... Mila!"

"Haah kau bener-bener kelewatan ya Mas." Aku berusaha menjauh dari Mas Heri, tapi tangannya meraih kaki dan membuat aku hampir terjatuh.

"Maafkan aku Mila ...."

"Lepasin Mas. Aku benci kamu karena terus membohongiku. Jika kau ingin menikahi Wenda pergi sana. Aku tidak akan melarangmu."

Mas Heri tetap berusaha menahanku. Aku berlari dan masuk ke kamar anak-anak. Mengunci pintu lalu memeluk mereka. Tak peduli apapun yang Mas Heri katakan. Hatiku sudah terlanjur sakit.

Mas Heri terus menggedor pintu kamar. Sampai akhirnya tak terdengar lagi suara ketukan itu. Mungkin dia sudah pingsan atau lelah.

Mas Heri semakin menggila. Ini kali pertama aku mengetahui bahwa dia juga suka meminum minan keras

****
Seperti biasa aku terbangun kala mendengar suara adzan. Begitu membuka pintu, terlihat jelas Mas Heri tertidur di sana. Dia tak sadarkan diri sama sekali. Kasian? Entahlah, aku tak tahu bagaimana perasaanku padanya lagi.

Video di Dalam Gawai Suamiku. [PROSES TERBIT]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt