Strawberry Milk

80 6 0
                                    

Ia meneguk minumnya perlahan. Bekas pukulan itu masih terasa jelas dipelipisnya. Ia tak melawan, namun tangannya masih terkepal sempurna.

"Mau melawan heh?!" Bentak lawan bicaranya

Ia menggeleng, masih menunduk.

Lawan bicaranya menyeringai tajam. Antara bahagia dan puas, rasa itu bercampur menjadi satu. Melihat mangsanya lemah dan bodoh terjatuh adalah kepuasan tersendiri bagi hidupnya.

"Tapi aku tidak akan menyepakati target yang kau tawarkan," Masih dengan kepalan tangannya yang besar is menjawab

Lawan bicaranya mendelik kaget, lalu menggeleng.

"Kau harus ingat Arga! Seluruh sketsamu menjadi taruhan sekarang!" Bentaknya.

Yang dipanggil Arga hanya bisa terdiam.

"Aku hanya bisa melukis jika bersamanya!" Akhirnya ia angkat bicara setelah beberapa kali mendapatkan tekanan yang tak manusiawi.

Alunan lagu memecahkan keheningan restauran itu, lagu jazz klasik milik Duke Ellington. Lagu jazz kesukaan Raisanya dulu.

Argh! Lagi-lagi Raisa

Ia benar-benar muak mengingat wanita itu.

Ia mencuri pandang diam-diam kearah lawan bicaranya, lalu tersenyum penuh kemenangan. Pasalnya, lawan bicaranya tak akan mungkin berani menyuruhnya jika itu semua berkaitan dengan urusan pribadinya.

Mencari sesuap nasi saja susahnya tak berperasaan.

"Aku akan mencoba mencari model wanita lainnya," Arga menjawab malas, membuat lawan bicaranya tersenyum penuh kemenangan. "Tapi jangan pernah berfikir untuk mengganggu dia!" Ancam Arga lagi.

Lawan bicaranya mengangguk dengan senyuman sinis, "Yang penting kau menyelesaikan sketsamu cepat,"

Arga tak menjawab dan pergi meninggalkan manusia berhati srigala itu. Selalu  mengancam dengan kata-kata, lalu dihabisi dengan hajar-menghajar menyebalkan adalah hal terburuk yang dilakukan managernya.

Dijalan pulang, Arga berhenti sebentar. Ia haus.

Ia memang sudah minum banyak tadi dengan managernya, tapi rasa-rasanya, minuman itu hanya mampir sebentar ditenggorokannya, setelah itu hilang.

Susu strawberry. Hanya minuman itu yang ia suka setelah air putih. Seperti perempuan ya? Namun ia tak pernah malu, karena hanya dengan susu strawberry ia merasa bahagia.

Ia mampir disebuah kedai susu langganannya. Kedai tempatnya melarikan masalah ketika hidup tak lagi bersahabat dengan dirinya.

"Hai Bro!" Sapa pemilik kedai ramah, malam itu kedai tak ramai seperti biasanya. "Gimana kabar lu hari ini?" Lanjut pemilik kedai itu basa basi.

Arga mengeluarkan cengiran lebarnya, "Gue butuh amunisi," Balasnya, lalu ia mengeluarkan buku sketsanya.

Tak lama, pemilik kedai menghampiri Arga yang sudah duduk manis menatap jendela, ia membawa segelas susu strawberry lengkap dengan topping di atasnya. Malam ini mendung, suara kendaraan tak begitu ramai, mungkin mereka malas keluar rumah.

 Malam ini mendung, suara kendaraan tak begitu ramai, mungkin mereka malas keluar rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gambar gaun lagi bro?"

Arga menoleh pelan, lalu mengangguk, "Thanks," Ujarnya santai.

Pemilik kedai itu meraih kursi didepan Arga, duduk.  "Lu kenapa sih Bro? Nggak kaya biasanya Lu kaya gini,"

" Gua butuh ide buat jadi model gaun gue, Lu tau kan bos gue galaknya gak ketulungan," Jawab Arga sekenanya.

"Cewe Lu kemana?,"

"Ga punya,"

"Lah?! Si Raisa cantik Lu kemanain?"

"Gue putus sama dia,"

Suasana mendadak hening. Pemilik kedai itu mengangakan mulutnya, ia terkejut.

"Van, udah deh, Lu ga usah banyak nanya lagi," Ucap Arga malas, ia meletakkan buku sketsanya, kalu meraih gelas minumannya.

Revan, pemilik kedai itu masih melongo. Ia benar-benar tak percaya hubungan pasangan serasi itu akhirnya kandas.

"Nggak! Gue pengen tau! Lu harus cerita! Manusia secantik dan sebaik Raisa kenapa Lu putusin Bro???"

Arga menarik nafasnya panjang, Revan adalah sahabatnya. Ya, pemilik kedai susu ini adalah sahabatnya sendiri. Bagaimana bisa ia tidak bercerita mengenai hubungannya yang kandas ke Revan?

Ia melirik Revan malas, "Ga perlu," Ucapnya.

"Lu fikir Gue bukan siapa-siapa Lu heh?! Gue saksi hubungan Lu sama Raisa Bro!"

Arga menarik nafasnya panjang, lalu mengedarkan pandangannya kepenjuru kedai. Sepi, "Oke, Gue ceritain,"

Lalu, fikiran Arga mulai melayang menuju beberapa minggu yang lalu,...

Jangan lupa di vote ya temen-temen😍😍😍






Canvas CafeinWhere stories live. Discover now