Americano, Piccolo

340 22 0
                                    

Waktu berjalan cukup lama, Andre mungkin memang gila kerja, namun ia tak pernah merasa waktu menyita kehidupannya lebih banyak.

Haha, ia tak pernah sedikit saja merasa kesepian. Sendirian didalam ramai fikirannya sudah membuat ia bahagia. Toh, bahagia manusia tak ada yang tahu.

Ia tahu, si empunya mata hazel itu mulai kehilangan hasratnya. Tawanya yang riang mulai tak ia dengar. Americanonya tinggal separuh, caramelnya turut meluruh mengikuti jiwanya yang mulai melepuh.

Andre menarik nafas, ia pernah berfikir nakal untuk bisa mendekati wanita itu, namun ia tahu, itu tak mungkin. Dan sekarang, kenyataannya bilang bahwa ia telah mengetahui nama pemilik mata itu.

Raisa.

Tak jauh dari tempatnya bekerja, segerombolan anak kuliahan tertawa-tawa, entah bergunjing atau sibuk mengagumi kakak tingkat yang sekarang sedang naik daun.

"Kalian alay banget sih" Celetuk salah satu dari mereka. Ia pendiam.

"Alay kenapa? Wajar dong kita suka sama kak Reza! Udah ketua BEM, ganteng, multitalenta, fotografer pula! Yang aneh itu kamu! Jangan-jangan kamu punya kelainan ya Sel!" Umpat salah satu dari mereka gemas.

"Iya tuh!"

"Dasar aneh!"

Banyak umpatan yang Andre dengar siang itu, membuat ia mengernyitkan dahinya. Yang dipanggil Sel itu hanya berlalu meninggalkan temannya. Rambut hitam pekat berbado merah jambu yang Sel gunakan berkibar tertiup angin, membuat wajah wajah manisnya tertutupi.

Andre tahu betul siapa wanita berkerudung itu.

"Abang!"

Andre menoleh, adik manisnya datang.

Ia hanya tersenyum lembut sembari menghidangkan sepiring chococips dan segelas piccolo kesukaan Sel.

"Abang baik banget! Ngerti deh sama selera aku!"

"Dari pertama kali abang buka cafe, yang kamu suka cuma Piccolo sama chocochips," Ujar Andre sekenanya.

Sel tersenyum senang lalu menyeruput piccolonya perlahan.

"Ada masalah apa?" Tanya Andre pelan

"Masalah? Nggak ada tuh,"

"Temen-temen kamu?"

"Mereka emang suka kaya begitu, mereka rasa urusan mereka nggak begitu berharga sampe mereka harus ngurusin urusan orang lain," Sel menjawab dengan mulut penuh dengan chocochips

"Abang denger kamu yang bilang 'Alay' duluan," Ujar Andre sembari mengukir latte untuk pelanggannya.

"Mereka berisik," Jawaban Sel cukup pendek, namun berisi pembelaan besar disitu.

Andre menggeleng.

Manusia memang begitu bukan? Selalu menganggap orang lain salah, padahal sesungguhnya kesalahan dirisendiri tak pernah sedikitpun ditengok.

Andre sudah banyak belajar pelajaran dalam kehidupannya. Selera orang-orang tentang kopi yang ia buat lebih dari cukup untuk mengajarkannya tentang arti fikiran orang.

Mulai dari Nona Raisa yang berpindah meminati americano, hingga adiknya yang daridulu tak pernah berpaling dari piccolo

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Mulai dari Nona Raisa yang berpindah meminati americano, hingga adiknya yang daridulu tak pernah berpaling dari piccolo.

Siapa yang sangka, seorang anak tomboy seperti Sel menyukai piccolo yang manis? Dan Nona Raisa yang cantik menyukai americano yang pahit?

Kehidupan manusia tak ada yang bisa menebak bukan?

Jangan lupa vote yaaa😁😁😁

Canvas CafeinWo Geschichten leben. Entdecke jetzt