MATCHA

1.2K 42 4
                                    

Barista itu memperhatikan ukiran latte yang ia buat.

Tak mudah memang, namun americano memang membutuhkan tangan handal untuk membentuknya menjadi sebuah minuman hangat yang bisa berubah menjadi semangat yang memburu bagi siapa saja yang meminumnya.

Wanita disana menunggu. Wajahnya nampak lelah, entah apa yang ia fikirkan, hingga ia menambahkan caramel di americanonya.

Ia tersenyum sedikit. 'Mungkin ia sedang ingin mencoba sesuatu yang pahit' gumamnya lagi.

Kali ini ia menciptakan resep baru lagi. Mencoba menenangkan siapa yang harusnya menang.

Apakah rasa, atau aroma?

Kopi itu mengeluarkan aroma dan rasa yang tak seimbang. Ia menggeleng lalu mengutak-atik americanonya disana.

Pandangan matanya berhenti kemata wanita itu. Mata hazel cantik yang perlahan mengeluarkan sebutir bening mutiara. Ia menangis.

Kali ini barista itu faham, mengapa ia harus menciptakan resep baru untuk kopinya. Karena ia ingin menghadirkan rasa baru untuk wanita bermata hazel disana.

Ia hafal siapa wanita itu. Wanita yang selalu memesan matcha sembari menunggu kekasihnya yang pasti akan datang menjemput.

Barista itu tersenyum.

Ia tak tahu bagaimana cerita wanita itu sekarang, yang terpenting wanita matcha itu tiba-tiba memesan sesuatu yang berbeda dari biasanya.

"Nona, silahkan Americanonya," ucapnya santai. Kali ini ia tak ingin kopi itu diantar waiternya. Biarkan ia sendiri yang mengantarkannya. Toh cafe ini tak begitu ramai.

Wanita itu menengadah, lalu buru-buru ia hapus airmatanya. Lalu tersenyum manis, "Terimakasih," ucapnya lembut, dengan sedikit nada riang bercampur sedih disana.

Barista itu mengangguk. Ia tak langsung pergi, menunggu wanita bermata hazel itu menyicipi kopi buatannya.

"Kau ingin aku menyicipi ini dahulu, tuan barista?" Tanya wanita itu lagi.

Barista itu tersenyum senang, dan mengangguk semangat.

Satu tegukan yang menegangkan.

"Hmmm... Ternyata Americano enak ya!" Seru wanita itu bersemangat. Kini, guratan kesedihan diwajah wanita itu mulai tak nampak, membuat barista itu tersenyum puas.

"Katanya americano pahit, aku jadi ingin sesekali mencoba sesuatu yang pahit, yah mumpung sesuai dengan keadaanku sekarang," ucap wanita itu lagi, pelan.

"Americano memang pahit Nona, namun aku hanya ingin menyuguhkan resep baru dari americano saya. Saya yakin, kepahitan yang Nona yakini, akan berubah menjadi kenikmatan tak terhingga jika mampu diracik dengan tepat," Ujar barista perlahan.

Wanita itu terdiam, lalu meminum americanonya lagi. Nikmat.

"Mungkin kau sedang ingin mengajarkan rasa kepadaku," ucap wanita itu pelan.

"Aku tahu kau adalah barista yang selalu membuatkanku matcha dengan beberapa topping aneh yang selalu kuminta, tentunya sembari menunggu Arga," lanjutnya, dengan menyebut sebuah nama yang tak asing lagi ditelinga barista itu.

"Pelajaran bisa kita ambil darimana saja Nona, bahkan dari segelas americano yang berampas dengan setetes caramel disana," Barista itu berdalih.

"Raisa," Ujar wanita itu, masih dengan senyuman dibibirnya.

'Nama itu indah, namun perasaannya sedang tak seindah namanya. Ia butuh seseorang yang bisa mendengarkan kesahnya sekarang,' Batin barista itu.

"Andre," Balas barista dengan senyumnya.

Barista itu tahu, ia mungkin akan menjadi teman wanita bermata hazel itu untuk sementara. Tak apa, walaupun ia harus mengambil resiko yang tak mudah dengan mendengarkan Raisa menceritakan Arganya.

Wanita penyuka matcha itu, mungkin telah pindah hati, menyukai americano caramelnya.

Andre menatap mata hazel itu lagi,...

Jadi ini permintaan teman-teman yang paksa aku buat aku wattpad yaa... jadi, publikasi, kritik dan saran dari kalian sangat membantu.

Jangan lupa vote yaaa

Canvas CafeinWhere stories live. Discover now