-

Huft.. kasur yang nyaman, angin yang dingin, dan ruangan yang gelap menyelimuti malamku. Malam ini entah kenapa sulit bagiku untuk memejamkan mata. Memoriku tentang hari ini terus memutar diatas langit  kamarku. Semua tentang senyum Rey. Tawa Rey. Dan suara Rey. Terekam jelas dimomoriku. Ekspresiku tidak bisa berbohong rupanya jika memikirkan Rey. Sampai mama melikat lengkung bibirku itu.

"Kamu kenapa senyum senyum udah malem gini kak?" Suara mama membuyarkan memoriku.

"Hm..eee..enggak gapapa" suaraku mulai serak ternyata karna latihan tadi.

"Mikirin siapa hayo? Reylan ya?" Tebakan mama, menusuk memoriku. Sangat tepat.

"Apasi mah, enggak. Ngapain coba aku mikirin dia. Udah lah aku mau tidur aja" usaha elakanku diiringi wajahku yang memerah dan tutupan kain selimut hangat.

Maaf ma, kali ini aku harus mengelak. Usahaku masih panjang.

-

Pagi ini aku bangun lebih awal terkejut mengingat hari ini akan ada kegiatan suntik. Dan kertas itu? Oh god! Ternyata sudah disetujui mama.

Aku sampai disekolah tanpa senyum pagi ini melainkan dengan kecemasan. Rafael yang sudah ada dikelas. Dia selalu datang paling awal. Padahal rumahnya cukup jauh dari sekolah. Aku yang hanya berjarak 500 meter dari sekolah saja, masih sering mepet dari kata terlambat. Apalagi si Rey dia emang rajanya telat. Hampir setiap hari bahkan. Itu hal yang sudah menjadi rutinitas mungkin karna seorang Rey sangat susah bangun pagi.

Jam giliran suntik kelasku dimulai. Absen ku diatas. Aku berjalan perlahan meninggalkan kelas untuk menuju ke lab ipa dilantai bawah. Melewati kelas Rey dengan perlahan. Rey tau bahwa aku sangat takut, tapi dia malah meledekku dari jendela.

Senyum Rafael itu. Sangat menenangkanku. ini bukan jatuh cinta. Dan kuharap bukan jatuh cinta.

-

Situasi menyeramkan itu berhasil ku lewati. Ternyata benar kata Rafael rasanya tidak terlalu buruk seperti bayanganku. Walaupun tetap saja sakit.

Ya intinya ku benci suntikan.

-
Lebih mengenal tentang aku. Aku ini gadis yang membenci asap, rokok, obat, minuman terlarang apalagi narkoba. Aku tidak akan mendekati mereka yang memakai semua itu. Sama sekali tidak. Dan Rey dia sangat anti menyentuh semua itu. Aku bangga padanya. Dan itu salah satu alasan aku jatuh padanya.

"Cie..yang abis suntik" Rey menghampiriku dan mulai meledekku.

"Ah diem lu, sakit tau Rey."

"Eleh, apaan. Cuma digigit semut doang sakit." Ledekan Rey tidak pernah menyakitiku sama sekali tidak. Justru aku menyukai ledekan itu. Karna selalu berhasil membuat lengkungan bibir ini kembali.

"Vi, lu sekarang deket sama Kevin ya?" Tanyanya tiba tiba.

"Iya" jawabku singkat.

"Ooh..ganteng ya vi?" Pertanyaan aneh kali ini.

"Lumayan lah."

"Lu suka?" Pertanyaannya tiba tiba melenceng kearah situ.

"Hah? Ya enggak lah. Gua kan udah cinta sama cowok lain masa gua suka sama Kevin." Tolakku menatapnya.

"Nah loh..siapa tu cowok?" Lagi lagi dia menjebakku.

"Orang." Jawabku singkat.

"Yang bener deh vi." Kali ini tatapannya semakin dekat dengan tatapanku.

Okesip. Jantung. Kumohon berhenti berlari.

"Ya iya orang Rey, dia hidup dan ada dideket gua." Ups satu kodeku keluar. Mungkin karna tatapan nya kali ini tak bisa ku tolak.

"deket lu?" Tanyanya mulai berfikir menebak.

"Gak gak gak, udahlah gua mau ke kelas Sasa dulu. Byee rey." Dan aku berhasil menjauh dari tatapan maut itu.

"Gak. Rey gak boleh sampe tau dan nyadar sekarang. Ini blum tepat." Batinku mulai panik disituasi ini.

-

Sasa? Dia berlari antusias menghampiriku dari ujung koridor lantai 3 entahlah kenapa. Wajahnya terlihat riang penuh dengan senyum.

"Vii!" Benar saja dia langsung memanggilku dan menarik tanganku.

"Lu tau gak tadi gua abis ketemu sama siapa? Dan lu tau gak gua abis ngobrol sama siapa?" Mulutny terus menggeritu dihadapanku.

"Siapa?"

"K e v i n!, waw Vi, dari deket ternyata gantengg bangett. Aduh lu gak pingsan apa setiap hari deket sama dia?" Dia mulai kocak sekarang.

"Ya enggak lah. B aja sumpah. Ga ada istimewanya." Jawabku sebiasa mungkin.

"Haduh lu emang aneh! Gua heran sebenernya lu tuh suka sama siapa si? Dari dulu kayaknya lu gak pernah bilang tentang cowok yang lu suka ke gua." Sambungnya kesal.

"Kepo lu sa." Aku berusaha sebiasa mungkin agar dia tidak curiga.

"Tuh kan pasti gak mau cerita. Ah udah lah bodo amat yang penting gua abis ketemu sama Kevin."

Dia mulai berjalan dengan ekspresi anehnya meninggalkan ku.

-matahari bersinar cerah tanpa redup siang ini. Awan mendampinginya dengan ketulusan. Terimakasih Tuhan atas langit indahmu.-
    

-it's actually you-Where stories live. Discover now