Undici

8.6K 1.2K 25
                                    

"Lanjut, ya?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lanjut, ya?"

Amaya mengangguk untuk menanggapi pertanyaan Petra. Kemudian pria itu langsung mengambil sebuah kartu.

"Di mana kita merayakan first anniversary?"

"Disneyland. Kita ke Disney setiap anniversary," jawab Amaya.

"Kenapa Disneyland?" tanya sutradara.

"Amaya tergila-gila pada Disney princess," ujar Petra. "Sepertinya itu cukup menjadi alasan kenapa kami memilih untuk ke Disney. Tahun pertama kami pergi me Disneyland Cali, dan di tahun kedua kami pergi ke Disney World Florida."

"Saat first anniversary, kami melakukan road trip ke California, dengan tujuan utama Disney Park. Sedangkan, ke Florida kami harus naik pesawat demi menghemat waktu, karena tidak mungkin kami menghabiskan waktu seminggu hanya untuk pergi ke Disney World dan pulang kembali ke Seattle," cerita Amaya.

"Kita mungkin harus coba melakukan road trip ke Florida lain kali," ujar Petra sambil menatap Amaya.

"Aw... lain kali!" seru Shulan dari belakang kamera sebelum semua orang tertawa.

"Sejujurnya itu sebuah ide yang menarik, sekaligus sulit direalisasikan. Aku punya banyak pekerjaan yang tidak mungkin ditinggalkan demi berada di jalanan selama berhari-hari."

"Ah, ayolah. Kamu bisa saja ambil cuti sebentar."

"Beberapa pekerjaan tidak punya pilihan untuk cuti apagi liburan, Petra. Saat kamu lebih dewasa, kamu akan memahaminya," seloroh Amaya.

"Seingatku kamu lebih muda dua tahun dariku, jadi jangan sok dewasa, Babe," tukas Petra.

Petra tidak pernah memanggilnya Babe, bahkan tidak saat mereka masih pacaran. Amaya menduga itu adalah panggilan sayangnya untuk pacar-pacarnya yang lebih dari selusin setelah mereka berpisah. Empat tahun ternyata bisa mengubah seseorang sejauh itu.

Amaya memutuskan untuk menarik satu kartu lagi, seraya berharap agar tumpukan kartu di tengah meja itu bisa segera menghilang dan permainan ini berakhir secepatnya.

"Apa statusmu saat ini?" Amaya mengangkat satu alisnya. "Aku tahu jawabannya, dia akan segera menikah. Benar, kan?"

"Benar, hingga dua minggu lalu," jawab Petra yang membuat alis Amaya naik lebih tinggi saking terkejutnya.

"Maksudmu?"

"Kami membatalkan pernikahan dua minggu yang lalu, jadi saat ini aku single."

"Tidak mungkin! Ayolah, Petra, kamu bukan pembohong."

"Lihat sekelilingmu, Amaya. Pembicaraan ini direkam, dan dalam beberapa hari videonya akan bisa disaksikan oleh semua orang di dunia via YouTube. Apa kamu pikir aku bisa berbohong untuk hal itu?"

"Tapi ..."

"Bagaimana kalau kita sudahi penjelasan tentang statusku, dan fokus pada statusmu saat ini," saran Petra yang kini dengan santai menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi, menatan lekat pada Amaya.

"Aku ... aku single, but not available," ujar Amaya setelah memilih kata-katanya dengan hati-hati.

"Not available untuk semua orang, atau kamu hanya mengatakannya karena aku yang bertanya?" tanya Petra.

Pertanyaan itu sejujurnya memang amat dihindari oleh Amaya. Bukan hanya karena Petra yang bertanya, tapi karena dia memang tidak ingin menjawab pertanyaan seperti itu. Ada begitu banyak hal yang sedang menyita perhatiannya, tapi mencari pasangan bukan salah satunya. Memang, Amaya tidak benar-benar bisa menyebut dirinya not available, tapi pernyataan itu mempermudah dia menghindari pertanyaan lanjutan. Sayang, pertanyaan lanjutannya terlanjur meluncur dari lidah Petra.

"Apa aku harus jawab pertanyaan itu?" tanya Amaya ke arah kamera.

Harapan Amaya mendapat pembelaan agar dapat menghindar dari pertanyaan Petra seketika gugur ketika beberapa orang berseru hampir bersamaan agar dirinya menjawab.

"Oke," ujar Amaya. "Kalau begitu, i gonna drink for that. Maaf mengecewakanmu, tapi pertanyaan itu sudah jauh melewati garis privasiku."

Amaya menuangkan kembali tequila ke dalam seloki, kemudian mengangkatnya.

"Cheers," ujarnya sebelum menenggak cairan bening yang segera membakar kerongkongannya.

Saat ini Amaya harus mengakui bahwa dia mulai mabuk. Beberapa seloki alkohol yang masuk ke dalam mulutnya sudah melewati batas yang biasa dia konsumsi. Perempuan itu harus mulai memilih kata-katanya karena kontrol dirinya semakin berkurang seiring banyaknya cairan setan yang masuk ke dalam perutnya.

Truth or Date [Terbit]Where stories live. Discover now