Uno

14.5K 1.4K 18
                                    

Akhirnya, setelah membelah lalu lintas padat Seattle di Jumat sore selama hampir empat puluh menit, Amaya tiba di kantor Slash bersamaan dengan turunnya hujan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Akhirnya, setelah membelah lalu lintas padat Seattle di Jumat sore selama hampir empat puluh menit, Amaya tiba di kantor Slash bersamaan dengan turunnya hujan. Senja yang hampir tiba terlihat jauh lebih gelap dari seharusnya akibat gulungan awan yang sedari siang menggantung, menghalangi sinar matahari. Amaya tahu bahwa penghujung Oktober memang selalu sekelabu ini. Tinggal di Seattle selama hampir 10 tahun membuatnya terbiasa dengan cuaca yang tak menentu. Karena itulah, prakiraan cuaca menjadi sahabatnya di pagi hari demi menentukan gaya berbusananya setiap hari. Pagi tadi, Amaya memilih celana panjang hitam, sebuah halter tank putih, sepasang angkle boots, dan sebuah jaket sepanjang betis sebagai pelengkap yang sekaligus digunakannya untuk mengusir suhu dingin musim gugur.

"Hai, Amaya! Apa kabar?" sapa Morgan, resepsionis Slash, ketika Amaya melewati pintu otomatis.

Ini memang bukan pertama kalinya Amaya datang ke kantor Slash, sehingga dia sudah mengenal beberapa orang yang bekerja di sana.

"Hai, Morgan. Aku baik," sahut Amaya. "Aku ada janji dengan Shulan."

"Oh, ya, tentu saja. Shulan bilang kamu bisa langsung ke studio A. Ada tim yang akan membantumu touch up sebelum mulai shooting," terangnya. "Naik dua lantai. Studio A ada di ujung lorong."

Amaya mengangguk. "Terima kasih, Morgan. Catch you later."

"Have fun!" seru perempuan pirang itu sambil mengangkat kedua jempolnya.

Amaya melangkah menuju tangga. Dia sengaja melewatkan lift yang tersedia. Hanya dua lantai, rasanya dia tidak butuh lift. Lagi pula sudah seminggu dia bolos ke gym, hitung-hitung membayar sedikit utang olahraga.

"Amaya!" seru seorang pria sebelum sepasang tangan menggenggam bahunya. Mereka hampir saja bertabrakan. "Hati-hati, Amaya."

"Sorry, Mike. Hey, kupikir kita akan bertemu di studio," ujar Amaya ketika menyadari bahwa Mike menggunakan jaket motornya, lengkap dengan ransel di punggung.

"Shulan sempat memintaku, tapi sayangnya aku ada janji di tempat lain. Jadi sepertinya malam ini kamu akan bersenang-senang dengan mantanmu yang lain. Aku janji akan membayarnya lain kali. Beer Pong, barangkali?" ajaknya.

Beer Pong yang dimaksud Mike bukan saja permainan beer pong ala anak kuliahan, tapi juga acara lainnya yang dimiliki oleh Slash sebagai konten rutin mereka. Amaya masih ingat bahwa Mike adalah salah satu tim kreatif untuk acara yang satu itu. Sebelum mereka mulai berkencan, Mike sudah sempat manawari Amaya untuk menjadi pengisi acara tersebut, tapi mengingat kemampuannya semasa universitas dulu, Amaya merasa lebih aman untuk menolak.

"Ini sudah kesekian kalinya kamu memintaku mengisi di Beer Pong, Mike. Kamu tahu aku payah dalam permainan itu, jadi jawabanku tetap tidak."

"Ya, tidak ada salahnya mencoba sekali lagi. Siapa tahu kamu akhirnya berbaik hati dan mau menjadi pengisi acaraku," ujar Mike seraya tertawa. "Setelah hari ini, Beer Pong menjadi satu-satunya permainan Slash yang belum pernah kamu coba, Amaya. Jadi, coba pertimbangkan lagi."

"Hmm ... akan kupikirkan," sahut Amaya akhirnya.

"Mungkin lain kali aku harus memohon-mohon seperti Shulan agar kamu mau melakukannya," ledek Mike.

"Hey!" protes Amaya.

"Aku ada di sana ketika Shulan meneleponmu. Aku menang taruhan $10 karena kamu menerima ajakannya," aku Mike. "Sebaiknya kamu segera bersiap, Amaya. Aku juga harus segera pergi."

"Oke. Sampai ketemu, Mike. Hati-hati, di luar hujan. Semoga saja tidak bertambah deras," ujar Amaya.

Mike mengacak rambut Amaya sebelum mereka berpisah.

"Hey, kirimkan salamku untuk Paola, Adam, dan Gina!" seru Mike sambil menuruni tangga.

"Will do!" sahut Amaya.

Seruan Mike tadi membuat Amaya ingat pada janjinya untuk menghubungi Adam sebelum mulai shooting. Sayangnya, kepala Amaya kini dipenuhi dengan banyak tanda tanya tentang siapa mantan yang akan berhadapan dengannya di meja Truth or Drink nanti.

Truth or Date [Terbit]Where stories live. Discover now