Chapter 16 : Anak Yatim

188 12 2
                                    

"Fang! Siapa dia?" tanya Agen L yang datang bersama Agen Cat dan Face.

Fang menoleh ke arah L dengan matanya yang masih bersinar kemerahan. "Itu istriku," jawab Fang. Ia berdiri dan mendekati istrinya. Namun ia terhempas oleh kekuatan istrinya.

Agen Cat terdiam. Entah kenapa ia merasa nyeri di dadanya. Agen Cat tertunduk bertumpu lututnya. Lalu Cat memandang Eye yang tergeletak di sisi lain ruangan.

Agen Eye berteriak kepada rekan-rekannya saat Claire atau Anastasia bergerak cepat ke arah mereka. Mereka terlambat menyadari serangan Anastasia. Agen Cat dan Face terkena tendangan Anastasia. Sementara perut Agen L terkena pukulan dan membuatnya terlempar membentur pilar di ruangan itu.

Agen Eye hanya diam memandang teman-temannya tanpa membantu melawan Claire atau Anastasia. Mana mungkin baginya untuk melawan seorang wanita yang dicintainya dan telah menjadi istrinya.

"Ada apa denganmu Fang?" Agen L berteriak. "Dia bukan lagi istrimu. Dia hanya iblis yang memakai tubuh istrimu!" Agen L terbatuk-batuk saat berusaha menjelaskan kenyataannya pada Eye.

Anastasia mendekati L. Lalu cakarannya mengenai bahu L. "Kau banyak bicara!"

Anastasia semakin bernafsu untuk segera membunuh Agen L, yang menurutnya sangat mengganggu pestanya malam ini. Agen L masih terduduk dan terbatuk-batuk sambil memegang pundaknya yang terluka. Tangan Anastasia telah bersiap mencabik agen L. Namun sebelum mengenai L tangannya terhenti. Agen L melirik di balik rambutnya yang terurai ke depan. Ia melihat sebuah tangan yang sangat ia kenali sedang menahan tangan Anastasia.

"Eye," gumamnya.

Agen Eye menatap wajah istrinya lekat-lekat. "Claire. Maksudku, Ana, ada apa dengan dirimu? Apa benar kau Anastasia yang ku kenal dulu? Jawablah sayang!"

"Aku sangat mengenalmu. Aku tahu hatimu yang paling dalam masih tersimpan ingatan saat kita bersama."

Anastasia melepaskan pegangan Eye. Lalu dia memegang kepalanya. Iris matanya yang merah sesekali berubah-ubah dengan sendirinya menjadi hitam, kembali merah kembali hitam. Ia meronta kesakitan setelah mendengar kalimat yang dikatakan Eye. Ana berlutut dan masih memegang kepalanya.

Eye berusaha memenangkannya. "Kau adalah istriku yang kuat. Kau harus melawan iblis yang menguasaimu. Aku tau, kau bahkan tak tega menyakiti seekor kelinci sekalipun."

****

Matahari condong ke barat lima belas derajat. Eye keluar dari rumahnya dan berjalan menuju ibukota. Hari itu tiada kasus yang seperti biasanya ia hadapi dan selesaikan. Tidak ada orang kaya yang ia selamatkan dari hukuman. Tidak ada orang miskin yang dijebloskannya ke penjara.

"Ru ru ru! Di mana kau?" teriak seorang anak kecil yang melintas di depan Eye. Lalu ia berhenti dan menanyakan sesuatu pada Eye dengan wajah polosnya. "Apa kakak melihat seekor kelinci lewat di sekitar sini?"

Eye berjongkok agar sama tinggi dengan anak itu. "Tidak adik kecil. Memangnya ada apa? Apa dia itu kelincimu?"

"Iya kak. Aku akan mencarinya lagi."

"Bolehkah kakak membantu?"

"Hm. . .mungkin dia sudah di dekat sini. Terima kasih kak. Aku akan mencarinya sendiri."

"Hm. . .tidak apa kau sendiri?"

"Iya kak. Aku tak sengaja melepasnya. Aku yang memeliharanya. Jadi ini tanggung jawabku yang memeliharanya."

Agen Eye atau Alex Fang saat itu tercengang mendengar ucapan anak kecil itu. Sungguh suatu hal yang langka untuk seorang anak kecil yang berpikiran jauh seperti orang dewasa. Ia bertanya-tanya dalam hatinya tentang siapa yang mengajarkan hal tanggung jawab pada anak itu. Orang tuanya pasti mendidiknya dengan baik. Eye pun mengangguk dan membiarkan anak itu pergi sendiri mencari kelincinya. Namun dari jauh Eye masih mengawasi anak itu sebelum dia berbelok di sebuah pertigaan.

Hanya beberapa langkah Eye menghentikan langkahnya. Ia mendengar teriakan anak kecil. Ia merasa teriakan itu dari anak kecil yang mencari kelinci. Lalu Eye menuju sumber suara itu.

Sesampainya di tempat kejadian, sekelompok orang berkerumun dan berteriak memarahi seseorang. Dari kejauhan orang-orang itu bersiap memukuli seseorang yang mereka keroyok.

"Anak ini . . . kau merusak ladang wortelku . . . kau harus dihukum. Apa orang tuamu tak mengajarimu. . ."

"Maaf paman. . . aku tinggal sendiri di tepi kota. . . setahun lalu orang tuaku meninggalkanku. . . Ampuni aku. . . ."

Suara-suara itu terdengar samar di telinga Eye. Eye mulai berlari mendekat ke tempat orang-orang itu. Namun beberapa saat kerumunan itu mulai merenggang dan menyingkir. Seorang gadis menghampiri orang-orang itu.

"Hentikan! Tolong hetikan!" Gadis itu melerai. "Ada apa dengan anak ini?"

Seorang laki-laki dewasa berkacak pinggang. Kelihatannya dia si pemilik ladang wortel. "Nona, kelincinya telah merusak ladangku!"

Si gadis memeriksa lengan anak kecil itu. "Kenapa kau melukainya. Bukankah kelincinya yang bersalah?"

Saudagar itu tertawa. "Kau bodoh. Mana bisa kelinci disalahkan? Jelas-jelas anak ini tak bisa menjaga hewan peliharaannya dengan baik."

Eye (Fang) menyelip diantara orang-orang itu. Lalu setelah berada di depan barisan dan berdiri di sebelah kanan si gadis, ia tersenyum. "Kalau begitu orang tua kalian bodoh semuanya. Apa orang tua kalian pernah memukuli kalian saat berbuat kesalahan? Padahal kalian sendiri tidak tahu apa-apa?"

Saudagar itu dan masa yang berkerumun terdiam. "Tidak! Orang tua kami tentu menasehati kami dan mengajarkan hal yang baik."

"Kalian telah menganiaya orang dan bertidak sewenang-wenang. Apalagi terhadap anak yatim ini. Kalian telah melanggar hukum. Jika anak ini mau, dia pasti melaporkan hal ini pada raja, dan kalian dipenjara."

Saudagar itu menatap ketakutan. Ia menghela napasnya sambil memohon maaf dan ia berjanji akan merawat anak yatim itu beserta peliharaannya. Eye mengiyakan keputusan saudagar itu dan memperingatkan mereka sekali lagi.a mendengar teriakan anak kecil.

Third Eye : Supranatural JusticeOnde histórias criam vida. Descubra agora