[11] Lips (입슬)

19.3K 2.2K 204
                                    


Oh canada!
Yeoreobunnnn abaikan aja titlenya yang asburd...

Huinngggg Haniiing

.

.

.

.

.

.

"Dengar ya Jae, apa yang eomma katakan itu memang benar. Kurasa hal itu lebih cepat akan lebih baik"

Haseul memandangi Jaehyun, terlihat adiknya itu kini tengah menggerakkan bola matanya ke kiri dan ke kanan seperti orang kebingungan. Dia mengerti dan memahami bahwa tidak semudah itu untuk kembali menyusun rencana pernikahan sesingkat yang di usulkan kedua orangtuanya. Belum lagi pekerjaan Jaehyun juga menumpuk, bahkan Haseul harus mengakui jika dia bahkan menitipkan Mark ke rumah Jaehyun karena saking sibuknya.

"Kita bisa pikirkan lagi lima hari dari sekarang- tentu saja setelah semua pekerjaan menyangkut perusahaan selesai. Kita tidak mungkin melepaskan pekerjaan saat ini juga bukan? Aku yang akan berbicara nanti ke orangtua kita"

Haseul memandang sang adik dengan tatapan penuh arti. Melihat adiknya pusing dan kebingungan membuatnya kasihan dengan sang adik.  Padahal hal yang membuatnya kebingungan adalah desakan kedua orangtuanya.

Tidak salah memang keinginan kedua orangtuanya, dengan menikahi Taeyong maka Jaehyun tidak perlu khawatir dengan rencana kepergiannya keluar negeri bulan depan. Dia bisa membawa Taeyong dan Jeno tentu saja- sebagai seorang istri dan anak. Status yang juga sangat jelas dan dapat di tampilkan ke publik.

Tapi, jujur saja Haseul tak mampu menahan dirinya untuk tidak mengatakan hal ini pada Jaehyun. Namun, karena mengingat akan beban tambahan Jaehyun jika ia memberitahukannya maka ia urungkan.

Beberapa hari lalu, sang ibu mengatakan jika dia memiliki firasat buruk entah karena apa. Maka dari itu dia meminta Jaehyun segera menikahi Taeyong. Jika, hal itu mampu membuat kekhawatiran sang ibu lega, maka Haseul akan mengusahakannya sebaik mungkin. Termasuk, membantu Jaehyun memikirkan rencana pernikahan.

"Terima kasih nuna"

Pelukan Jaehyun yang tiba-tiba membuyarkan lamunannya. Haseul segera menepuk pelan punggung sang adik dengan sayang.

"Aku akan selalu membantumu, Jae"

.

.

.

.

.

.

.

.

Sesekali Taeyong tersenyum, memandangi wajah Jeno yang terlelap. Mengusap dengan lembut rambut si balita yang sesekali bergerak merespon sentuhannya. Kadang Taeyong mencuri ciuman di bibir si kecil dan mengganggu tidurnya. Terkadang juga Taeyong mencubit dengan pelan pipi Jeno.

Taeyong menikmati waktunya, menikmati setiap kehangatan sebuah keluarga yang diberikan Jaehyun melalui pria itu sendiri dan Jeno. Kehangatan keluarga kecil yang tidak pernah Taeyong dapatkan. Perlakuan seorang ibu dari nyonya Jung yang ia dambakan. Kasih sayang dan cinta seorang kakak, dan nasihat seorang ayah. Keluarga Jung memberikan efek luar biasa untuk kehidupan Taeyong.

Jika saja, saat itu dia tidak bertemu Haseul- maka dia tidak pernah merasakan hal ini. Jika saja saat itu ia tidak nekat memanjat dinding tembok- mungkin nasibnya tidak seberuntung ini. Jika saja dia menolak tawaran Haseul menjadi pengasuh Jeno- mungkin saja dia tidak akan jatuh cinta pada Jung Jaehyun. Tapi, 'jika' yang ia pikirkan itu tidak pernah terjadi. Mungkin, inilah saatnya untuk mencoba melupakan masa kelam kehidupannya yang abu-abu.

Colors ✔ [Jaeyong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang