Compete

1.5K 119 2
                                    

"Mereka lagi double date huh?" kata Anais sambil melirik meja di sebelahnya.

Di sana ada Rhea dan Fay di temani Bara dan Gio. Mereka tampak asyik berempat padahal tadi Gio dan Bara duduk satu meja dengan Anais dan Davin.

Kedatangan Rhea dan Fay mengubah segalanya.

"Mungkin, biarin aja biar mereka jadian," kata Davin sambil terkekeh geli.

"Tapi ya mereka tuh--"

"DAVIN!!" kata seorang cewek tiba-tiba datang dari arah belakang sambil membawa nampan berisi semangkok bakso dan minuman. Tiba-tiba cewek itu langsung duduk di samping Davin.

Anais yang melihatnya hanya menatap cewek itu dengan datar.

"Nyebelin, masa beli baksonya ngantri," keluh Nadine.

"Sabar dong, kan murid di sini banyak, pasti ngantri lah," balas Davin.

Lo bikin aja bakso sendiri biar gak usah ngantri. Batin Anais.

"Davin makan apa?" tanya Nadine.

Makan paku. Batin Anais.

"Mie ayam."

"Mau nyoba," kata Nadine lalu mengambil garpu dan mencicipi mie ayam milik Davin. "Enak, nanti aku coba beli deh."

Anais berdehem sebagai tanda kalau dirinya juga ada di sana, satu meja dengan Nadine.

Menyebalkan sekali, apa Anais terlihat tembus pandang?

"Eh, Na. Gue boleh ikut gabung disini, kan?" tanya Nadine polos.

Anais hanya mengangguk tak acuh sebagai jawaban. Nadine ini mengganggu waktunya dengan Davin saja.

Anais jadi tidak berselera untuk makan.

Nadine mengambil beberapa sendok cabe ke dalam mangkuk baksonya.

Anais tidak peduli tapi Davin terlihat geram.

"Udah, Nad. Lo mau sakit perut?" ancam Davin tapi Nadine seolah tuli, dia terus memasukan sambal ke mangkuk baksonya. Jika di lihat-lihat itu seperti sambal dengan bakso, bukan bakso dengan sambal.

Davin menjauhkan mangkuk bakso itu dari Nadine. Dia tidak mau sahabatnya ini sakit.

"Ih Davin, siniin bakso gue!" keluh Nadine.

"Gak, udah lo pesen lagi yang baru."

"Nope!" kata Nadine keras kepala.

Davin menghembuskan napas kasar. "Pak Dodi, pesen bakso lagi satu!" teriaknya. "Tuh udah gue pesenin, gue gak mau lo sakit."

Sukses.

Kata-kata itulah yang sedaritadi Nadine tunggu.

Dia memang tidak suka pedas dan itu sengaja di lakukan untuk menarik perhatian Nadine.

"Thank's, Dav. Lo yang terbaik," kata Nadine sambil melirik Anais dengan tatapan meremehkan.

Cih.

Terbaik katanya? Dan apa maksudnya tatapan itu?

Raut wajah Anais berubah. Entah kenapa dia merasa menjadi orang ketiga disini padahal kan seharusnya yang ada di posisi itu Nadine.

Dia hanya menggulung mie dengan garpu di tangannya.

Anais sebal, dia cemburu.

Dia menopang dagunya, dia sudah tidak berselera.

"Sayang, kenapa gak di makan?" tanya Davin pada Anais.

"Aku kenyang," kata Anais sambil menjauhkan mangkuknya.

Feeling Blue ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang