Trust me

1.7K 132 10
                                    


"Arka, dia siapa?" tanya Nadine kebingungan sambil menunjuk Anais tepat di wajahnya.

Deg.

Arka?

Kenapa gadis asing itu memanggil Davin dengan sebutan Arka? Dan tidak bisa kah dia menurunkan telunjuknya tepat di depan muka Anais?

Sangat tidak sopan.

Davin dengan cepat menurunkan telunjuk Nadine dari wajah gadisnya.

Entahlah, atmosfer di sini seolah berubah mencekam.

"Ini Anais, pacar gue," kata Davin. "Disini gue di panggil Davin, Nad."

Nadine hanya mengangguk sebagai jawaban. Mata hazel nya kembali menyoroti penampilan Anais dari atas sampai bawah.

Tidak terlalu buruk tapi dirinya jauh lebih baik dari Anais.

"Oh ... lumayan lah."

Oh shit!

Apa katanya?

Lumayan?

Oke Anais tahu kalau dirinya bukan gadis paling cantik di dunia ini tapi tindakan Nadine benar-benar tidak sopan.

Rhea dan Fay bahkan sudah mulai emosi. Mereka mengepalkan tangan, bersiap mengambil tindakan kalau-kalau Nadine berbicara hal yang keterlaluan pada sahabat mereka, Anais.

Gio dan Bara pun benar-benar kaget dengan ucapan Nadine yang sangat frontal.

"Jadi gue doang yang suka manggil lo Arka? How lucky me, berarti itu panggilan kesayangan dari gue," sambung Nadine sambil tertawa geli.

Sialan! Nadine sudah keterlaluan.

Kalau bukan karena Anais yang mencekal tangan Rhea dan Fay, sudah dapat di pastikan kalau Nadine ini akan habis oleh duo jomblo itu.

Siapa sebenarnya cewek di hadapannya ini?

Anais sepertinya baru pertama kali melihat dia. Gadis itu juga tampak terlihat akrab dan tidak canggung saat berada di samping Davin.

Entah kenapa ada gemuruh hebat di dada Anais. Juga rasanya sakit dan sesak secara bersamaan.

Anais mengepalkan tangan, mencoba untuk menguatkan dirinya sendiri apalagi dirinya saat ini tengah berada di lapangan futsal, banyak sekali orang di sini.

Davin merasakan hal itu. Entah kenapa Anais memberikan tatapan terluka saat menatap dirinya.

Apa gadisnya merasa tersakiti dengan ucapan Nadine barusan?

Davin harus segera meluruskan kesalahpahaman ini.

Akhirnya dia menghampiri Anais, merengkuh pinggangnya mesra lalu membawa Anais ke belakang lapangan futsal.

"Arka, lo mau kemana?" kata Nadine kebingungan tapi Davin sama sekali tidak menjawab. "Arka?!"

•••

Arka ...

Arka ...

Arka ...

Nama itu terus terngiang di kepala Anais tapi untuk saat ini dia hanya bisa diam, membiarkan langkah Davin menuntunnya.

Sampailah mereka di ruangan olahraga, di sana memang tidak ada siapa-siapa.

Davin sengaja membawa Anais karena ingin meluruskan hal ini. Dia tidak mau Anaisnya berpikir hal buruk.

Di bawanya tubuh Anais ke dalam pelukannya. "Kamu marah?"

Feeling Blue ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang