9. Rasa Yang Tak Biasa

3.6K 330 28
                                    

Dalam keheningan Gista menatap ke arah lapangan dengan tatapan yang sulit diartikan. Ekspresinya datar, sehingga raut wajahnya tak bisa terbaca. Sekarang gadis itu, tengah duduk di bangku yang berada di pinggir lapangan. Padahal, sekarang seharusnya ia berada di kelas untuk mengikuti pelajaran B. Indonesia, tapi dirinya malah pergi ke lapangan untuk melihat anggota Marching Band yang sedang berlatih. Untuk pertama kalinya Gista bolos masuk pelajaran.

"Gi, bener, nih, nggak ikut latihan?" tanya salah satu teman ekskulnya itu, yang baru saja menghampirinya.

"Besok aja, ya, Gigi lagi nggak enak badan ini."

"Iya, sih. Muka lo pucet banget itu, kenapa lo nggak izin pulang aja?"

"Tanggung, satu jam pelajaran lagi. Abis itu pulang, lagian Gigi juga mau lihat kalian latihan," ujarnya yang diangguki mengerti temannya.

"Ya, udah, kalau gitu gue balik lagi latihan, ya. Lo jangan melamun aja," ucap Dhea yang langsung diangguki Gista. Gadis itu pun, kembali ke lapangan berkumpul dengan teman-temannya yang lain untuk latihan lagi.

Tak lama kemudian, seseorang datang menghampiri Gista yang masih asyik dengan lamunannya.

"Gue cari kemana-mana ternyata lo ada di sini," ujar cowok yang baru saja menghampirinya membuat Gista menoleh padanya.

"Bara, kok, ke sini bukannya di kelas, belajar?" tanya Gista, dan, ya, cowok itu adalah Bara.

Bara berdecak, lalu duduk di samping Gista dengan menunjukkan ekspresi muka kesalnya pada Gadis itu.

"Lo juga, kenapa malah ada di sini?" tanya balik Bara, namun tak mendapatkan jawaban dari Gista. Gadis itu, malah mengalihkan pandangannya lagi ke lapangan untuk melihat teman-temannya yang sedang latihan.

"Lo kenapa keluar dari Uks, sih? Bukannya istirahat aja di sana, malah diem di sini," ujar Bara, tadi setelah membawa Gista ke Uks karena pingsan. Bara tidak kembali ke kelas, melainkan ke kantin untuk membeli makanan. Tapi, setelah kembali ke Uks ia tidak menemukan Gista. Padahal, saat ia pergi Gista masih dalam keadaan pingsan.

"Uks serem, Bara."

"Kan, lo ditemenin sama petugas PMR, lo nggak sendirian di sana," ucap Bara.

"Gigi nggak suka suasana Uks, bukannya bikin Gigi sembuh. Malah bikin Gigi tambah sakit, jadi Gigi ke sini aja," balasnya tanpa mengalihkan pandangannya pada Bara.

"Nih, gue beli roti sama minum buat lo," ucap Bara sambil memberikan kresek berisi roti dan air mineral pada Gista.

"Berapa?"

"Berapa apanya?"

"Harga roti sama minumnya, Gigi mau ganti uang Bara."

"Nggak usah, itu gue beli buat lo. Gratis! Nggak usah diganti, sekarang lo makan rotinya. Dari tadi lo belum makan, kan? Lain kali jangan buat gue kesel lagi karena liat lo pingsan," ujar Bara.

"Kenapa Bara kesel lihat Gigi pingsan?" tanya Gista.

"Gue kesel karena lo selalu aja buat gue khawatir," jawab Bara yang membuat Gista terdiam dan menatap Bara dengan tatapan yang sulit diartikan oleh Bara.

"Oh," ucap Gista singkat, membuat Bara berdecak sebal.

"Kapan lo akan ngerti, Gista? Kenapa lo polos-polos banget jadi cewek?" batin Bara kesal, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain, tak lagi melihat Gista.

Gista mengambil roti di dalam kresek hitam itu, lalu membuka kemasannya untuk ia makan rotinya. "Makasih, Bara," ucapnya, tanpa mengalihkan pandangannya pada Bara. Gadis itu, memandang teman-temannya yang sedang latihan sambil memakan roti pemberian Bara.

Sinyal 2G Gista ✓ [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang