45. Lelah - End

Mulai dari awal
                                    

Lova
Aku sm dia udah prinsip gbkln pacaran
Gush sotoy.

Me
Tapi deketnya melebihi pacaran
Sampe nonton berdua

Lova
Engga tuh
Yauda sih, lagian itu udah lama
Ngapain diungkit lagi
Lagian juga otwnya sendiri

Me
Kamu kayaknya
Apa-apa, Hilal mulu
Hilal hilal dan Hilal

Lova
Ck

Me
Kita udahan aja biar kamu ga usah diem-diem kalo mau jalan berdua sama dia:)

Lova
Itu tahun lalu.

Me
Sampe bohong demi jalan sama dia
Kasar sama aku demi ngebelain dia
Kamu pernah mikirin aku ga?

Lova
Pernah

Me
:)
Udahan aja...
Kamu bisa jalan sama siapapun yang kamu mau
Tanpa takut aku marah
Aku ga akan marah
Ga akan gapa-ngapain

Lova
Ga ada yang ngajak aku jalan lagi juga
Udahan?
Lalu mau pergi gitu?
Huft..
Ok, aku minta maaf tp yang bulan agustus itu udah tahun lalu
Hm
Yaudah kalo emang itu maumu

Me
Kamu bikin aku benci sama semua temenmu
Dan sekarang
Aku lagi berusaha buat benci sama kamu juga:)
Lama-lama nanti pasti kamu terbiasa hidup tanpa sapaan aku dan deretan spam dari aku


Lova
Iya
Gapapa

Me
Aku ga peduli kamu suka atau nggak tapi semoga cepet jadian sama Hilal ya^^

Lova
Ga bakalan jadian sampe kapanpun

Arsen meletakkan ponselnya diatas nakas, tatapannya lurus kedepan. Dirinya hampir dikuasai lamunan karena rasa sedih namun sebelum hal itu terjadi, lamunannya sudah lebih dulu buyar karena Razel mengetuk pintu kamar putranya itu.

"Rega? Kamu ga kerja? Ini udah jam berapa?" tanya pria itu dari luar sana.

Arsen menyeka air matanya yang hampir jatuh. Tidak mungkin ia tak menangis, jika ia bilang ia tidak menangis, itu adalah kebohongan terbesar yang ia ucapkan.

"Papa tolong bilangin ke managernya Rega, Rega ga kerja dulu. Ga enak badan.." sahutnya dari dalam kamar. Ia sama sekali tak tertarik untuk bangkit dan membukakan pintu.

Razel hanya terdiam, kemudian melangkah pergi menjauhi kamar Arsen.

Laki-laki itu bangkit, ia tak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Laki-laki itu linglung, ekspresinya kalut dan tak terbaca.

~~~

Arsen berdiri ditepi sebuah jembatan kota jakarta. Ia menatap mobil dan motor yang berlalu lalang dengan cepat. Semua benda itu tampak kecil jika dilihat dari atas jembatan.

Pikirannya yang kacau sempat membuatnya berkeinginan untuk meloncat dan mengakhiri hidupnya tapi ia mengurungkan niat bodohnya itu.

Setelah berkali-kali putus dan berakhir balikan, ia harap kali ini akhirnya berbeda. Sekarang, Arsen harus menghadapi kenyataan dunia.

Didunia yang besar ini, bukan hanya laki-laki yang bisa bersikap brengsek. Perempuan juga bisa. Tergantung bagaimana sikapnya pada seseorang yang ia sayangi.

Jika ia berani menyakiti orang yang ia cintai, berarti dia tak sungguh-sungguh mencintaimu. Dia hanya takut kehilanganmu dan belum siap hidup kesepian tanpa dirimu.

Selama ini, Arsen selalu bersikap seolah-olah ia baik-baik saja disaat nyatanya ia sangat terluka. Tak ada yang bisa memahami kondisi laki-laki itu.

Karena tak seorangpun tau bagaimana perasaan laki-laki itu. Arsen membutuhkan seseorang yang bersedia memberikannya sebuah pelukan hangat, dan ucapan "Aku gatau apa yang kamu rasain tapi kalau kamu butuh teman cerita, hubungi aku." bukankah itu yang dibutuhkan oleh orang-orang yang memiliki penyakit mental atau depresi?

Sayangnya, tak banyak orang memahami apa yang benar-benar mereka butuhkan. Yang mereka tau, orang seperti Arsen hanyalah orang gila. Atau banyak juga yang menganggap penderita bipolar hanyalah orang yang suka mencari perhatian.

Mereka bicara begitu karena mereka tidak tau apa yang penderita rasakan. Saat mereka sendiri yang merasakannya, mereka baru akan memahami rasa sakit yang tak akan pernah orang-orang rasakan.

Orang-orang yang mentalnya terganggu sama sekali tak membutuhkan ceramahmu, ia membutuhkan pelukan hangat darimu dan tunjukan sedikit sikapmu agar ia merasa bahwa ada yang menyayanginya dan peduli padanya.

Karena pada umumnya, mereka berpikir bahwa semua orang membencinya, tak ada yang membutuhkan dirinya, tak ada yang menyukainya, tak ada yang peduli padanya, dan ia berpikir bahwa dirinya hanyalah manusia yang tak dianggap didunia sebesar ini.

Arsen kembali kerumahnya, tak ada yang memahami perasannya. Laki-laki itu berbaring diatas kasurnya kemudian menelan semua obat yang tersisa dilaci nakasnya. Ia harap, ia akan tertidur dan tak bangun lagi.

Ia memejamkan matanya tanpa minat membukanya kembali. Ia harap semua obat yang ia telan, berhasil membuatnya mati seketika.

Karena ia terlalu takut untuk bermain pisau. Lebih baik meninggal karena overdosis. Laki-laki itu menghembuskan nafas terakhirnya tanpa ada seorangpun yang tau.

Terkadang orang-orang berpenyakit mental yang berusaha bunuh diri itu tidak benar-benar ingin mati. Mereka hanya ingin mengakhiri penderitaan yang mereka rasakan.

~~~

For info, guys!
Arsen Raditya Arkharega dikehidupan nyata masih menjalani hidup dengan baik. Dan kematiannya dinovel ini adalah atas permintaannya sendiri. Sekarang dia masih menjalani hidup dengan baik kok. Jadi, jangan khawatir^^

Love from us-!


ARSEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang