be a night

5 0 0
                                    

Suasana BK lengang, hanya diisi suara derit kursi yang ditarik pak Kartono.

"jadi.." pak Kartono menahan katanya, menatap satu persatu kedua murid bengalnya "kalian ngrebutin apa?"

Barel menatap tajam Gandi "Dia ngelempar kertas ke kepala Semenjani pak, apa coba maksudnya sok jagoan?"

Gandi sudah akan berdiri menuju ke arah Barel, namun pak Kartono menahan mereka dengan penggaris panjang yang selalu berada di ruangannya "Duduk lagi Gandi!"

"Sekarang gue tanya sama Lo, apa maksud Lo ha?!" Tanya Barel dengan mata memerah.

Gandi tertawa "Kenapa, Semenjani pacar lo?"

"Pertanyaan dijawab sama pertanyaan, goblok." Cerca Barel menarik kursinya mendekat.

Pak Kartono hanya membiarkan mereka menyelesaikan masalah di sini, sambil menyimpulkan apa yang sebenarnya mereka rebutkan.

"Puisi gue jauh lebih pantes jadi juara satu, daripada puisi pacar lo." Suara Gandi mengeras.

Kepala Barel mendongkak "what the fuck, lo gak terima kalah gitu?"

"Kalau gue jawab iya, lo mau apa?"

"Kalau puisi Semenjani lebih bagus dari lo, lo juga mau apa?"

Deheman pak Kartono membuat mereka melirik ke sumber suara secara bersamaan "oh ini toh masalahnya. Gandi, di suatu kompetisi kekalahan itu biasa. Kalau kamu mau jadi kalah yang luar biasa, kamu bisa menerimanya lalu menjadi pemenang di lomba selanjutnya. Dan untuk Barel, kalau kamu gak terima pacar kamu diperlakukan seperti itu. Kamu bisa tegur Gandi secara baik-baik."

Barel memicingkan mata ke arah Gandi "Dia aja gak punya etika baik, gimana saya harus baikin dia?"

"Yaudah kamu gak perlu balas dengan cara yang sama, kamu ketua ekskul basket lho Barel. Harusnya kamu bisa mencontohkan cara berdiskusi yang baik." Ujar pak Kartono masih dengan nada tenang.

Gandi menunjuk Barel "Biasa bucin."

Satu tonjokan langsung mengenai wajah tampan Gandi, bertambah lah lebam dan robek dibagian bibir. Pak Kartono sudah berdiri menengahi mereka "STOP, saya sudah membiarkan kalian berdiskusi. Apa masih kurang baku hantamnya? Saya panggil saja kedua orang tua kalian, perlu?"

Ancaman Pak Kartono sama sekali tidak mereka hiraukan. Dengan berpindah tempat, Pak Kartono menjangkau telepon di meja kerjanya "Halo bu Indah, tolong buatkan surat peringatan untuk siswa bernama Gandi dan Barel ditujukan kepada orangtua wali masing-masing. Saya tunggu di bk ya bu. Terimakasih."

Barel mendesah, untuk pertama kalinya Ia akan mendapatkan surat cinta dari BK. Ia dan Gandi keluar bersamaan dari ruang BK, tanpa ada kata apapun mereka berpisah di lorong paling ujung.

Sesampainya di kelas, Barel tersenyum lega karena ruang kelas terdengar sangat riuh tanda tidak hadirnya guru.

"WEITS GIMANA REL GIMANA?" Teriakan Roma menghentikan aktivitas seluruh siswa yang ada di kelas.

Rubi menjitak kepala Roma dengan buku tulis "Dateng-dateng udah intogerasi aja lo bambang."

Barel hanya berjalan acuh menuju belakang kelas, menyambar tasnya dan menelungkupkan tubuh.

Langkah kaki Roma, Rubi, Joan dan Johan membuat Barel mendongkak "Kenapa pada ngeroyok gue?"

Joan duduk di depan Barel "Dapet sp kagak rel?"

"Wah gila juga si Kartono kalau gak kasih sp." Komentar Johan yang dibenarkan oleh yang lain.

Barel memutuskan untuk duduk dan menyandarkan kepala ke tembok "Awalnya sih aman aja gak ada kata sp apalagi poin. Eh si tengil ngatain gue bucin gue tonjok dia, habis itu si Kartono ngambek ngasih sp dong dia."

Rubi yang sedari tadi menyimak angkat bicara "Tapi emang tengil sih bocahnya. Tapi gatau sih katanya juga baik."

"Untung masih katanya." Sahut Roma terbahak-bahak.

"Pasrah deh gue anjir Kartono bawa-bawa basket lagi, gedek gue." Curhat Barel memegang keningnya.

Johan menjentikkan jari "Nah, yang gak gue suka tuh dia selalu hubung2in ke ekskul yg diikutin. Padahal kan masalah pribadi juga."

"Ya mungkin, niatnya kayak kita jaga nama baik ekskulnya masing-masing terus damai. Mungkin gitu maksudnya." Sela Joan dengan mimik wajah serius

Semenjani : Barel, makan yuk? Aku bawa bekel.

Barel membuka mata, mendapati ponselnya berbunyi.

"Gue beliin hansaplast gimana relll?" Teriak Johan dari depan kelas, sedangkan Barel sedang menidurkan diri di belakang kelas.

"gak usah jon. Makasih." Balasnya.

Barel : u gpp? Sekarang dimana?

Semenjani : gpp, di gazebo Deket perpus.

Barel membiarian pesan Semenjani lalu beranjak membersihkan seragamnya.

Rubi menengok "Mau kemana anjr, wajah lu lebam banyak "

"Kamar mandi, bentar."

Memasuki lorong yang penuh dengan siswa, Barel hanya berjalan acuh dengan banyak tatapan bahkan cuitan perhatian dari adik kelas atau teman seangkatannya.

Melihat Semenjani duduk sendiri di gazebo, Ia segera melangkahkan kaki mengacuhkan rumor yang pasti sudah beredar semenjak Ia menonjok Gandi.

"Mana bekelnya? Laper banget baku hantam." Canda Barel yang disambut wajah khawatir dari Semenjani.

Semenjani meraih wajah Barel "Wajah lu rel, kenapa sih lo harus berantem? Sini deketan, gue bawa hansaplast."

Barel merapatkan duduknya, menyambar kotak makan dan melahap nasi goreng dengan lahap. Sedangkan Semenjani sibuk membersihkan pipi Barel dengan tisu basah sebelum diberi hansaplast "Sakit gak?" Tanya Semenjani.

Barel menghentikan kunyahannya, melirik Semenjani sambil menggelengkan kepala.

"Lhou g mua..kan?" Tanya Barel Dengan mulut penuh.

Semenjani hanya diam sibuk menempelkan hansaplast, lalu terdiamlah gerakan Semenjani ketika Barel menyuapinya dengan tiba-tiba.
Mereka terdiam cukup lama, Barel memakan bekal dengan lahap, Semenjani menikmati pemandangan di depannya.

"Makasih ya rel, maaf. Kalau lo gak masukin puisi gue, gak bakalan lu kena sp." Ucap Semenjani yang sudah terisak.

Barel meletakkan bekal dan meraih bahu Semenjani "Woi kenapa nangis? Gak papa elah, jangan nangis. Gue maafin."

Semenjani mendongkak, Barel mengusap air mata Semenjani lalu melepasnya pelan-pelan takut dituduh berzina di area sekolah, nanti nambah masalah lagi.

"udah gak usah nangis, sekali lagi aaaa.." Barel menyuapi Semenjani lagi, Semenjani mengunyah lalu terkekeh diikuti Barel yang tiba-tiba merasakan dadanya menghangat.

Gandi menatap mereka dari gedung atas, ia mendecih, bucin sekali lawannya membuat puisi dan lawannya ketika baku hantam.

###

fly me to the Moon, Earth So Long For Short HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang