a half pas nine

18 2 1
                                    

Cece : kamu ada hubungan apa sama anak buluk itu?

Barel menatap notif dari Cece dengan hembusan nafas kasar, meletakkan handuknya Ia meraih deodorant lalu memakai kaos polos berwarna hitam.

Barel : Buluq hatimu

Barel : Buluq hatimu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cece memanggil

Barel menolak langsung panggilan dari Cece. Tak berselang lama, masuk pesan Cece yang sudah Barel tebak akan berakhir dramatis.

Cece : itu temen aku, kamu dapet darimana? Kamu lebih percaya sama orang daripada sama aku? Aku pacarmu rel, mereka cuma temen-temen kompor buat kamu.

Barel : 1. kalau temen kenapa di insta story aku gak ada.
              2. Kepercayaan apa yang sedang kamu bahas? Kepercayaan yang keberapa setelah ada Dio, Ardan, dan siapa lagi ni orang? Wtf
              3. Mereka bukan temen gue, mereka sodara.
              4. Kita putus. Hapus sorotan di Instagram lo yang ada gue, jangan ada gosip kita masih pacaran. Gue udah maafin lo makasih ya Ce 1 bulannya. Gue berharap, ini yang terakhir lo giniin cowok. Met malming wkwk

Setelah mengirim pesan itu, Barel merebahkan badannya ke kasur. Memejam sebentar, menikmati hidupnya yang sudah aneh semakin terasa aneh.

"Den, makan den. Udah mbok siapin sop buntut kesukaan aden." Suara mbok Ginah memecah acara me time Barel.

Ia segera bangkit dan membawa serta ponselnya "Temenin makan ya mbok?"

Mbok Ginah yang membawa setumpuk baju berjalan di depan Barel mengangguk mengiyakan permintaan Barel, dengan bahu yang terlihat sama kokohnya ketika umur 3 Tahun, Barel dikenalkan dengan mbok asuhnya. Mbok yang sudah Ia anggap sebagai Ibunya, mbok yang lebih paham makanan dan kesukaan Barel daripada mamanya sendiri. Mbok yang selalu mengompres Barel ketika panas tinggi, dan Mbok yang selalu hadir ketika Barel harus belajar menjadi tangguh ketika keluarganya mulai terasa tak utuh.

"Den, kok malah masih berdiri di sini?" Mbok Ginah sudah di depan Barel dengan tangan kosong, ternyata tadi Barel hanya diam di tempat.

Dengan menyengir Barel melangkah menuju meja makan yang sudah tersaji semangkuk nasi disertai sop buntut kesukaannya "Tadi mikir mbok, udah berapa hari aja sih belum makan sop buntut buatan mbok."

Mbok Ginah menyuci piring dengan menatap Barel dengan senyumnya yang khas "Adennya yang sibuk, oh ya bekel yang dibawa semenjani udah di tangan aden kan?"

Barel menghentikan suapannya ketika mendengar kata semenjani. "Udah mbok, uhm mbok masih punya anak seumuran Barel?" Tanya Barel sangat penasaran.

fly me to the Moon, Earth So Long For Short HeartWhere stories live. Discover now