42 - Semua hanya masa lalu

Mulai dari awal
                                    

Arsen mengalihkan tatapannya pada Naya yang tampak hampir menangis. Ia menatap gadis itu dengan tajam sedangkan Naya hanya bisa mengalihkan pandangannya agar tak saling tatap dengan abangnya itu.

"Papa tau kamu ga kasar. Emosimu kurang stabil akhir-akhir ini. Jadi, kamu harus minum obatmu. Banyaknya masalah bukan berarti kamu bakal begini terus, kan?"

"Iya, pa. Maafin Rega." ucapnya, namun ia masih melirik Naya dan melemparkan tatapan benci pada gadis itu.

Gadis itu keluar dari kamarnya bersama Razel tentunya. Arsen sendiri tidak paham. Emosinya yang tinggi dan tidak stabil seolah mengontrol perilakunya sendiri. Ia menjadi sangat kasar saat emosinya sedang tidak stabil.

Yang ia tau adalah, sekarang ia harus meminum obatnya.

~~~

2 orang gadis tampak berdiri didepan pintu toilet laki-laki. Mereka berdiri disana saat melihat Ganang dan Gazza masuk kedalam sana.

"Kiara, kayaknya mereka udah siap-siap keluar tuh. Mau masuk kedalem?" tanya salah seorang gadis itu, pada temannya

Gadis bernama Kiara itu menoleh kepada temannya yang baru saja bicara padanya, gadis itu menegakkan tubuhnya yang semulanya ia bersender malas pada dinding sekolah. "Lo yakin, Divya?"

Gadis bernama Divya itu membuka sedikit pintu toilet itu, keadaan koridor yang sepi membuat mereka tak perlu was-was kecuali jika 2 laki-laki didalam sana berteriak seperti anak perawan yang baru saja diintip ditoilet.

"Divya, mata lo kotor juga ya." desis Kiara, ia memutar bola matanya, malas.

Gadis itu terkekeh pelan, "Ayo masuk, orang ga ada apa-apaan kok."

Baru saja Divya hendak membuka pintu itu lebar-lebar dan masuk namun Ganang sudah lebih dulu membuka pintu dan hendak keluar namun langkahnya terhenti saat mendapati 2 gadis aneh itu berdiri tepat didepan pintu.

4 orang itu membeku bersamaan seolah-olah waktu terhenti saat itu. Gadis itu menatap Ganang dan Gazza dengan mata terbelalak namun sebaliknya, Ganang menatap mereka dengan tatapan santai seolah ia hanya hampir menabrak orang yang hendak lewat saja.

"Ngapain lu berdua?" tanya Ganang, nadanya sok dingin.

"Lo ga inget gue, Nang?" gadis bernama Kiara itu menunjuk dirinya sendiri.

"Inget. Kiara, mantannya Rega, kan? Ngapain lu disini?" laki-laki itu membalas dengan nada sombong sambil melipat tangannya didepan dada.

"Lo masih sekelas sama Rega?"

"Jangan ganggu dia, dia udah punya pacar. Lo udah tau kan?" balas Gazza, Ganang menoleh sekilas kearah temannya itu kemudian ia menyunggingkan senyuman miringnya seolah membenarkan ucapan Gazza.

"Geer lo!" ucap gadis itu, dengan nada ketus sambil melotot pada 2 laki-laki dihadapannya itu. "Gue cuma mau titip salam buat dia, gue..." gadis itu terdiam, ragu untuk mengucapkan hal yang belum pernah ia ucapkan seumur hidupnya. "Gue kangen dia."

Ganang hanya menyunggingkan senyuman mengejek, mungkin gadis bernama Kiara itu lupa bagaimana sikapnya dulu pada Arsen. Ia melangkah pergi, diikuti oleh Gazza yang langsung melewati mereka seolah mereka adalah makluk tak kasat mata.

Divya mendengus sebal kearah perginya Ganang dan Gazza, "Kiara! Mereka barusan--"

Sebelum gadis itu menyelesaikan omelannya, Kiara lebih dulu membungkam mulut gadis itu. "Cowok itu emang udah songong dari dulu. Ga jauh beda dari bos mereka."

"Bos mereka?" Divya berpindah, mensejajarkan dirinya dengan Kiara.

"Arsen Raditya Arkharega."

Ganang mendesah lelah, ia melambatkan langkahnya agar Gazza dapat mensejajarkan langkahnya. "Gila, pagi-pagi udah ketemu mantan gebetan yang dipacarin temen sendiri." desisnya, ia kembali mendesah lelah.

Dulu, Ganang memang dekat dengan Kiara. Laki-laki mana yang tak terpesona dengan kecantikan dan keanggunan gadis itu? Namun yang mendapatkan Kiara malah Arsen. Lebih tepatnya, Kiara malah jatuh hati pada Arsen dan menembak laki-laki itu dilapangan saat kelas 11 dulu.

Hubungan dua orang itu juga tak bertahan lama. Mereka hanya menjalin hubungan kurang lebih 3 minggu. Arsen memang cuek, ia tidak mengantar atau menjemput gadis manapun walau mereka statusnya adalah berpacaran.

Siapa yang menyangka, Kiara dendam hanya karena Arsen tak pernah menganggapnya pacar. Gadis itu menampar Arsen ditengah lapangan dan memutuskan hubungan mereka dihadapan banyak orang.

Walau saat itu Arsen tidak peduli karena ia juga tak pernah menyukai gadis itu. Namun pikiran orang lain justru berbeda, sebagian dari mereka merasa kasihan pada Arsen.

Tanpa mereka ketahui, harusnya gadis bernama Kiara itulah yang mereka kasihani. Bukan Arsen.

ARSEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang